Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lagu Burung di Pinggir Sungai

4 Desember 2024   13:40 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:21 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1

Aku mendengar mereka,

suara yang memotong angin seperti pedang tipis,

memanggil dari kejauhan,

di luar batas sungai dan rumah-rumah tua ini.

Mereka bebas, lebih bebas dari janji-janji

yang melekat di kota kecil ini,

tapi aku tetap di sini,

berakar seperti pohon tua,

bernyanyi untuk siapa saja yang mau mendengar.

2

Pernah kau lihat burung-burung itu?

Mereka datang dari musim yang lain,

ketika udara dingin menggigit

dan sungai seperti cermin retak.

Mereka bertengger sebentar,

menghapus jejak badai di sayap mereka,

dan meninggalkan kita dengan tanda tanya

yang menggantung di langit abu-abu.

3

Di musim panas, aku melihatnya juga--

berputar di atas sebuah masjid tua,

menyapu bayangan di atap-atap.

Di bawahnya, burung-burung kecil melayang,

tidak tergesa-gesa, tidak tersesat,

menuju ke entah yang jauh,

meninggalkan siapa pun dengan doa-doa,

yang melayang tanpa arah

seperti daun di sungai.

4

Aku tahu kalian punya lagu sendiri,

lagu yang menggema di ruang-ruang sempit,

mengisi udara dengan sesuatu yang berat,

seperti asap yang tidak pernah pergi.

Aku tidak pernah marah, meski aku tahu,

lagu itu bukan milikku, bukan milik siapa pun.

Kita semua bernyanyi untuk sesuatu,

dan itu cukup.

5

Lihatlah burung itu,

mereka tidak melawan badai,

hanya bergerak ke laut,

ke tempat di mana garis horizon

membelah langit dan air,

tenang, seperti cerita yang selesai.

Aku tetap di sini,

menulis cerita-cerita lain

untuk kalian yang mendengar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun