(1)
Menyusuri jalan pulang yang berliku,
kita berhenti di tikungan-tikungan waktu,
mencari tanda, potongan peta,
jejak langkah yang tak pernah bulat.
Kisah-kisah tua, setengah nyata,
menjadi jembatan yang kita bangun bersama,
seolah dunia ini pernah rapi,
meski hanya dalam ingatan.
(2)
Malam ini, kota membeku dalam ketenangan,
cahaya dari rumah-rumah kecil
seperti garis tipis di kanvas malam.
Anak-anak di mobil bertanya,
"Adakah kisah yang lebih gelap dari kota ini?"
Dan aku bercerita tentang mimpi,
di mana suara yang pernah kucintai
memintaku jangan takut pada kesendirian.
(3)
Mereka mendengar, tangan kecil menyisir
permukaan kaca, mencoba merasakan rahasia
yang lembap oleh embun malam hari.
Mobil bergoyang, seolah menjawab.
Langit malam diam, hanya memantulkan
apa yang tak terucap. Ketakutan adalah bayangan
yang tumbuh dari cinta.
(4)
Kita selalu kembali ke sana,
ke percakapan-percakapan yang terputus,
ke harapan yang memudar bersama umur.
Pulang bukan soal jarak, tapi apa yang kita bawa
dari masa lalu yang tak pernah utuh.
Dan di setiap remang malam,
ada cahaya kecil yang menyelinap di sela ranting.
(5)
Dan sekarang kita di sini, mengambang
di atas sesuatu yang gelap dan dalam,
air yang tahu lebih banyak daripada yang ingin kita pahami.
Perahu ini goyah, tapi bukankah itu hidup?
Cerita yang kita sampaikan memandu kita,
perlahan, menemukan jalan pulang yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H