Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

5 Alasan Dota 2 adalah Contoh Game E-Sport Ideal

15 April 2022   16:30 Diperbarui: 16 April 2022   20:30 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri e-sport mengalami kemajuan pesat ketika semua turnamen mulai ditayangkan di berbagai platform video streaming, sangking pesatnya bahkan industri hiburan terbesar di dunia olahraga yaitu sepakbola merasakan dampaknya lambat laun pasar esport mulai menyenggol tayangan berbayar sepakbola di seluruh dunia. 

Bahkan hal yang paling kontroversial dalam dunia sepakbola yang saat ini tidak terjadi yaitu European Super League pun tadinya ingin menggabungkan basis fans sepakbola dari tim-tim besar untuk nantinya mewadahi tempat bagi para pecinta bola untuk mempunyai satu tempat saja untuk menyaksikan timnya.

Pada beberapa tahun lalu mantan chairman Juventus, Andrea Agnelli sebagai salah satu penggagas dan penggiat ESL yang paling lantang untuk mewujudkannya pun berbicara bahwa industri esports adalah ancaman yang nyata untuk industri sepak bola. 

Bentuknya yang sangat cair membuat para penontonnya tinggal memilih jenis game apa yang dirinya ingin tonton, ya memang kadang berbeda dengan sepakbola yang memungkinkan 90 menit menjadi membosankan, di Esport suatu game cenderung menghasilkan satu tim pemenang dalam setiap permainannya, berbeda dengan konsep liga yang berada di sepakbola.

Berbicara dengan cairnya industri esport yang sangat pesat dari perubahan satu game ke game yang lainnya pun membuat terkadang, industri ini juga memakan korban yaitu mulai sepinya minat pasar terhadap salah satu game yang dulu memiliki hype yang sangat tinggi.

Disini penulis akan menjabarkan apabila salah satu dari pembaca memiliki minat untuk turun menjadi atlet profesional esport, tidak cukup hanya bermodal jago saja pada satu game tapi pemain dituntut untuk tahu seberapa lama karirnya bisa berjalan.

Karena kembali lagi bukan hanya soal skill tapi juga kadang pemain harus tau seberapa lama game tersebut mempunyai peminat dan turnamen akan tetap dilakukan oleh para developer (pembuat game ) tersebut.

Darisini nampaknya Valve (developer dota 2)  lah selaku developer yang memiliki sistem yang paling manusiawi dalam memelihara komunitasnya. 

Salahnya beberapa komunitas gamer cenderung membela berlebihan game yang sedang disukainya, apalagi ketika developer membuat kebijakan yang memberatkan untuk player dan komunitasnya karena sudah terlanjur menyukai game tersebut kita malah seolah-olah ditarik untuk melakukan pembelian dalam game itu yang belum tentu berefek baik untuk kita.

Maka dari itu inilah gamer kadang harus memiliki suara lantang untuk melawan sebuah kapitalisme yang dilakukan oleh para developer game yang bisa menjadi salah satu cabang di esport.

Berikut beberapa alasan yang bisa menjadi tolak ukur dari valve selaku developer dota 2 apabila "developer game yang sedang anda mainkan sedang melakukan sebuah kapitalisme terhadap komunitas":

1. Open Qualifier

Sebuah turnamen esport diciptakan seharusnya untuk semua pemainnya tidak terkecuali anda yang senang bermain bersama teman-teman anda. 

Semua orang kadang terlintas di benaknya untuk berlaga di suatu turnamen esport tingkat internasional, dari sini banyak sekali beberapa developer yang justru menjadikan turnamen sebagai tempat meraih untung besar dari para pemainnya. 

Padahal seharusnya sebuah industri yang sehat adalah industri yang justru memanjakan para pemainnya contohnya saja Sepakbola banyak liga meraup keuntungan dari hak siar dan sponsor yang masuk. 

Meski begitu pemain-pemain di sepakbola pun mendapatkan gaji yang sangat tinggi untuk mengapresiasi pelaku-pelaku industri tersebut. 

Ya beberapa developer game disini bahkan hanya membuka turnamen khusus untuk "Orang berduit" saja dan memupus impian para pemainnya untuk berlaga di kancah nasional dan internasional. 

Tapi untungnya Dota 2 hadir dengan konsep Open Qualifier dimana Valve mengijinkan semua tim untuk mendaftar dan mengikuti kualifikasi secara terbuka untuk secara bertahap apabila anda memiliki skill yang cukup hebat anda memiliki satu kesempatan untuk ditonton oleh banyak orang. 

Dan berlaga di kejuaraan dunia dota 2 bahkan tidak dipungut biaya sepeserpun, berbeda dari beberapa game yang mengharuskan para pemainnya mempunyai modal uang besar di awal Dota 2 ingin memberikan suatu tujuan para pemainnya pada akhirnya.

Sangat boleh untuk bermain secara fun tapi jika anda memiliki impian untuk berlaga di turnamen berkancah internasional maka hal itu pun Valve sediakan. 

Harusnya disini beberapa developer mulai sadar bahwa pada akhirnya gamer-gamer lambat laun akan bosan apabila game yang dimainkannya tidak membuka hal ini seluas mungkin maka game tersebut akan ditinggalkan.

2. Prize Pool tertinggi di dunia

Banyak sekali beberapa developer game yang mulai beradu untuk menunjukan bahwa gamenya ditonton oleh banyak orang, namun hal ini pada akhirnya hanya akan menjadi sejarah untuk dikenang saja. 

Karena mirisnya beberapa game yang memiliki penonton sebanyak itu tidak bisa menguntungkan para atlet profesionalnya yang menjadi beberapa lakon dalam turnamen tersebut sebesar viewers yang mereka dapatkan.

Berbeda dengan Turnamen The International Dota 2, Valve yang tahu bahwa komunitasnya sangat luas menjual Battle Pass bukan untuk keuntungan secara masif terhadap perusahaannya melainkan tambahan dana untuk hadiah yang akan diberikan untuk para lakon yang bermain di turnamen mereka dan uniknya di Indonesia. 

Dua  pro player Dota 2  asal Indonesia yang baru sekali saja berlaga di The International Kenny "Xepher" dan Matthew "Whitemon" Filemon menjadi atlet internasional dengan penghasilan tertinggi Xepher dengan minimal $350,000.00, padahal mereka hanya masuk peringkat 8-9 besar di turnamen tersebut.

Bahkan mirisnya tim-tim seperti RRQ Endeavour yang pernah menjuarai kejuaraan Point Blank dunia dan juga Evos Legends sebagai juara M1 dalam kejuaraan dunia M series Mobile legends para pemainnya tidak berada di 15 peringkat teratas pro player dengan penghasilan tertinggi di Indonesia. 

Untungnya para pemain BTR Red Aliens yang juga mengharumkan Indonesia berada di peringkat 4 sampai 7 sebagai pro player penghasilan tertinggi. 

Bahkan donkey pernah mengatakan ada beberapa pemain yang rehat karena hadiah di Mobile Legends tidak sesuai dengan effort latihan para pemain yang kadang bisa membuat pemainnya cedera total. 

Hal tersebut pun pernah dialami dan dikeluh kesahkan oleh raja para Marksman dahulu yaitu Tuturu, dirinya adalah salah satu gambaran pemain yang harus mengakhiri karirnya karena cedera, di dota 2 sendiri hadiah di TI kemarin untuk juara pertama adalah sebesar USD 18 juta atau sekitar Rp 253 miliar

3. Pemeliharaan Komunitas

Di dota 2 sendiri valve adalah developer paling care terhadap para komunitasnya semua keluhan yang disampaikan oleh para pemain seringkali diwujudkan bahkan valve adalah developer game yang membina komunitasnya dalam game pun sangat baik misalkan anda bertemu orang yang toxic. 

Maka orang tersebut diberi hukuman dengan cara memenangkan 3 pertandingan selanjutnya di low match priority dimana pemain-pemain yang di report akan disatukan dan mau tidak mau harus berlaku friendly pada akhirnya soalnya apabila tidak maka anda tidak akan bisa nge rank. 

Belum lagi fitur hero gratis yang diberikan dota 2 akan memudahkan pemain yang ingin baru memulai dota 2 memiliki opsi yang banyak untuk mempelajari game tersebut secara terbuka berbeda dengan beberapa game moba lain yang mengharuskan para pemainnya untuk membeli beberapa karakter dalam game

4. Region friendly

Dota dua mungkin adalah satu satunya game yang mengedepankan kenyamanan untuk para pemainnya bahkan mereka membuat server tersendiri agar para pemain tidak mengalami lag dan enjoyable untuk memainkan gamenya tersebut.

Ya untuk mereka semakin besar pendapatan yang mereka dapatkan dari para pemainnya harus berbanding lurus dengan usaha untuk membuat para pemainnya nyaman melakukan pertandingan di game tersebut

5. Big No For Pay to win

Hal ini yang memang menjadi keunggulan di Dota 2 berbeda dengan beberapa developer game yang justru mengeluarkan item, karakter, senjata yang sengaja dibuat kuat untuk dibeli oleh banyak pemain mereka dan kemudian dilemahkan, dan fasenya berulang-ulang.

Ya, sangat menyebalkan sekali untuk mempunyai developer yang kapitalis seperti ini, dan percayalah hal ini akan semakin menjadi bola salju yang lambat laun akan buruk untuk komunitas game secara luas. 

Maka dari itu agar kita tidak selalu ditarik dan dipaksa untuk melakukan hal tersebut maka kita sebagai salah satu pasar dari game mereka harus membuka mata lebar-lebar agar kedepannya tidak semakin banyak developer game yang semakin tamak dan kapitalis. 

Karena pada dasarnya game Online akan seru untuk dimainkan apabila komunitasnya juga dipelihara dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun