Butuh niat yang cukup tinggi untuk menonton film dengan durasi lebih dari 2 jam, karna pada dasarnya tidak banyak film durasi panjang menyajikan cerita yang mengagumkan atau menghibur. Apa lagi The Batman, dengan kegelapan dan penuh teka teki, serta dialog yang puitis, tentu akan terkesan monoton, maka tidak heran jika setengah dari isi studio waktu itu memilih tidur, termasuk wonder woman yang ada disamping kiri saya.Â
Tampil dengan layaknya peran Batman, The Batman kali ini berhasil membawa karakter Batman sesungguhnya. Sejatinya, Batman bukanlah seorang super hero seperti, Superman, Spiderman, atau Flash, namun Batman adalah seorang detektif yang menjadi pemeran utama dalam memecahkan banyak masalah kriminal di Gotham.Â
Tidak banyak khalayak yang terkecoh dan merasa kecewa setelah menonton The Batman, karna ekspektasi mereka terhadap Batman adalah seorang superhero yang menyajikan adegan laga superior, atau atraksi lompat dari gedung ke gedung, atau senjata rahasia yang menawan dan cerita ringan 3 babak, yang diawali dengan pengenalan, masalah, dan penyelesaian. Kadang kita lupa dan tidak tahu cara membedakan produk - produk dari Marver dan DC, begitulah! menonton saja butuh riset dan pengetahuan, setidaknya sedikit cerdas, tidak hanya ikut tren yang ramai.Â
Namun The Batman kali ini memang tensi dan temponya begitu lambat antara satu babak ke babak lainnya, sebut saja babak pertama jadi babak paling hening di dalam film, mungkin ini bertujuan mengembalikan ingatan kita pada Batman yang berperan sebagai detektif, yang harus diam dan kalem dalam melihat sesuatu kejadian.Â
Tapi, babak ini bisa saja menjadi kunci agar dapat membaca film sampai akhir, alias tidak ketinggalan cerita. Babak awal merupakan moment krusial agar penontont mengenal Batman dari perspektif yang berbeda, perspektif yang tidak pernah disajikan dalam film Batman sebelum - sebelumnya, terlebih Batman kali ini diperankan aktor lain, bukan lagi Ben Effleck.Â
Saya melihat Wonder Woman sebelah kiri yang tertidur pulas, mungkin ini efek babak pertama The Batman yang begitu hening dan gelap. Adegan party Hallowen yang menyajikan kegelapan dan Batman dengan kantong mata hitam pekat menjadikan film ini benar - benar lebih melankolis.Â
Film ini sangat detail, hal tersebut tampak pada babak ke dua, ketika karakter - karakter dikuliti satu - satu begitu dalam, kita bisa mengingat karakter - karakter lain hingga sifat lainnya. Hal ini membuat penonton bertengkar dengan opini sendiri.Â
Dari sini juga, teka - teki yang disajikan mulai memenuhi kepala dan fikiran saya sebagai penonton, bahkan kedipan mata menjadi hal pengganggu karna takut kehilangan moment penting dalam setiap scene, kecuali menengok ke kiri, melihat wonder woman, yang kali ini sudah tidak tidur, dan memilih main handphone.Â
Teka - teki yang disajikan dikemas dengan sangat elegan dan cerdas, tapi tetap ditahan, agar nanti pada ending film bakal menemukan jawaban dan twist yang luar biasa.Â
FILM INI BUKAN SOAL TERBANG ANTARA SATU GEDUNG KE GEDUNG LAINNYA
Pada babak ke 3, The Batman berhasil Brain Wash kepala saya, pesona Batman sebelumnya hilang dari ingatan, kharismatik Batman dengan motor legendarisnya lenyap seketika, ini harusnya Batman, seperti ini!