Di sisi lain, bergabungnya Prabowo merupakan kelihaian Jokowi dalam bermain catur perpolitikan. Betapa tidak, dari rival menjadi kawan Jokowi mampu meluluhkan hati Prabowo sehingga dia mau bergabung bersamanya.
Diplotnya Prabowo di posisi Menhan nampaknya juga merupakan strategi Jokowi untuk menangkal dan meminimalisir radikalisme yang dinilai menggerogoti stabilitas negara, sehingga mengganggu keamanan serta investasi negeri ini.
Selain itu Prabowo sebagai Menhan sama halnya memposisikan beliau untuk berhadapan sekaligus melunakan para  mantan pendukungnya dari organisasi masyarakat (ormas) garis keras yang sebagian pihak menilaianya radikal. Bahkan ada dari mereka oleh beberapa pihak dianggap ingin  mengubah Ideologi NKRI.
Dengan kondisi seperti ini diharapkan Prabowo  mampu melunakkan mereka, sekaligus menjaga ormas-ormas garis keras tersebut lebih soft. Kedepannya diharap mereka tidak melakukan hal hal yang dapat mengganggu stabiliasasi negara. Dengan demikia investasi negara pun dapat berkembang sesuai apa yang menjadi visi misi Jokowi.
Sementara untuk  Menag sendiri, Jokowi mencoba keluar dari tradisi, dengan menyerahkan posisi strategis tersebut kepada kalangan militer yaitu Fachrul Rozi dan bukan  pada kalangan Nadliyin seperti biasanya yang notabene ormas keagamaan terbesar di Indonesia.
Hal ini juga merupakan salah satu strategi Jokowi dalam menghadapi, menangkal dan meminimalisir radikalisme yang mengatasnamakan salah satu agama di Indonesia. Dengan dipegangnya Menag oleh kalangan militer, diharapkan program deradikalisasi dapat lebih berjalan efektif daripada sebelumnya..
Maka dari itu, tak heran bila kalangan militer diharapkan mampi menjalankan program deradikalisme yang efektif dibandingkan non militer. Alasan lainnya adalah, kebanyakan orang yang berasal dari militer mempunyai manajerial yang baik di semua bidang dan itu  tidak lagi disangsikan dan sudah terbukti. Inilah yang menjadi alasan Jokowi, sehingga program-program di kementerian Agama akan dapat berjalan efektif lebih baik dari sebelumnya.
Itulah yang menjadi alasan mengapa Jokowi memilih Fachrul Rozi untuk mengisi pos tersebut. Apalagi karir terakhir Fahrul Rozi di bidang militer adalah Wakil Panglima TNI. Tentunya Fahrul Rozi dianggap paham tentang cara-cara mencegah radikalisme yang akhir-akhir ini oleh sebagian kalangan menganggap bibitnya sudah berkembang pesat di Indonesia.Â
Bahkan tanda-tanda itu banyak terlihat, melalui  perekrutannya yang masif di kalangan bawah atau akar rumput, sehingga menciptakan rasa khawatir di kalangan masyarakat.
Meski demikian bukan berarti hal ini tidak menimbulkan tanda tanya besar dari sebagian pihak. Bahkan ditunjuknya Menag dari kalangan militer, Jokowi dianggap seperti sedang melakukan perjudian besar. Mengapa ? Tugas dan kewajiban Menag tentunya tidak hanya berkutat pada penangkalan radikalisme semata. Tetapi lebih luas lagi, yakni berhubungan dengan umat agama di negeri ini.
Tapi itulah Jokowi. Dia selain cerdas juga bisa membaca keadaan. Jokowi  memiliki strategi lain yaitu mencoba mensinergikan antara Fachrul Rozi dengan Wakil Presiden KH Ma`aruf Amin. Jokowi mengharapkan Fachrul Rozi dapat menimba Ilmu dari KH Ma`aruf Amin tokoh agama yang berasal dari kalangan Nadliyin  tentang pokok-pokok persoalan yang berhubungan dengan kerukunan umat beragama, haji, pesantren, ekonomi umat.