Persija versi FP lantas melayangkan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, prosesnya cukup panjang yang dimulai 7 Februari 2012 hingga 23 Oktober 2012. Meski demikian hasilnya cukup positif dan berhasil menyudahi dualisme tata kelola di Persija Jakarta.
PN Jaktim memutuskan bahwa PT. Persija Jaya Jakarta yang diketuai FP lah yang berhak menyandang nama Persija Jakarta. Artinya Persija LPI yang dibidani kubu Hadi Basalamah tidak berhak lagi memakai nama Persija.
Pada 17 Maret 2013, saat kondisi sepak bola benar-benar kondusif seperti sedia kala. Akhirnya tim verifikasi Kongres Luar Biasa (KLB) memberikan jatah suara kepada Persija yang dikelola oleh FP cs.
Meski begitu, penolakan tak berhenti begitu saja. Keputusan demi keputusan, baik itu yang dikeluarkan oleh PN Jaktim maupun tim verifikasi KLB menuai gugatan dari kubu seberang yang masih mengakui Hadi Basalamah cs sebagai kepengurusan yang berhak menyandang nama Persija Jakarta.
Pada akhirnya, efek domino dualisme Persija berbuntut pada persiapan mereka jelang mengarungi kompetisi tahun 2013. Beberapa sponsor menarik diri dan imbasnya dirasakan oleh para pemain itu sendiri, upah mereka ditunggak klub. Akibatnya sejumlah pilar seperti Bambang Pamungkas (PBR) dan Ramdani Lestaluhu (Sriwijaya FC) minggat dari Persija.
PSMS Tidak Akui versi RAB
Berbeda dengan Persija yang gerak cepat menyelesaikan sengkarut konflik dua kubu kepengurusan, PSMS Medan masih terjebak dalam dualisme. Seperti halnya klub lain, PSMS menjadi dua versi berkat dualisme kompetisi yang pernah terjadi di Indonesia.
PSMS tandingan lahir pada 27 November 2011, tepat di musim perdana LPI. PSMS versi Rapat Anggota Biasa (RAB) membuka babak baru dualisme klub. PSMS RAB mengaku sah sebab didukung penuh oleh 22 anggota klub di bawah naungan PSMS.
Namun pembina PSMS, Kodrat Shah, tak mengindahkan sengkarut dualisme kepemilikan sebabnya Ia menganggap PSMS hanya satu mengingat dewasa ini klub yang diakui telah berbadan hukum dan tidak mengandalkan suara dari klub (PS) anggota sebagaimana era perserikatan.
"Itu hanya orang-orang liar saya anggap. Bukan dualisme, PSMS tetap hanya satu. Yakni yang berkiprah di Liga 2 dan markasnya di Kebun Bunga. Cerita balik ke belakang profesional perserikatan gak ada lagi," ungkapnya. Seperti dinukil dari IDN Times Sumut.
"[22 anggota] klub yang ada sekarang seharusnya sudah jadi anggotanya Askot Medan, bukan lagi anggota PSMS. Itu sesuai statuta PSSI Sekarang. Jadi tak ada lagi klub yang dibawahnya klub anggota. Melainkan badan hukum dan PT. Kinantan Medan saat inilah yang menjadi badan hukum PSMS," tambahnya.