Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Emiliano Martinez: Kualitas di Antara Impitan Nama Besar Kiper Arsenal

12 November 2020   13:12 Diperbarui: 12 November 2020   14:08 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar disadur dari Metro.co.uk

"Tetapi saya juga kerap melihat ayah saya menangis hingga larut malam karena dia tidak dapat membayar tagihan. Jadi saya harus berani saat itu, karena saya bilang Iya untuk mereka [Arsenal]," pungkasnya.

Kala Martininho Jadi Nomor Satu di Arsenal

Setelah berkelana sebagai pemain pinjaman dan bersabar menunggu dari bangku cadangan, kesempatan akhirnya didapat pasca Bernd Leno mendapat cedera serius pada bulan Juni 2020. Seperti yang sering terjadi dalam olahraga tim, kisah sukses seorang atlet kadang berawal dari kemalangan atlet lainnya. Termasuk yang terjadi pada Martininho.

"Saya akhirnya menjadi nomor 1 dan saya siap untuk itu. Butuh waktu sepuluh tahun untuk sampai ke sana. Bagaimana jika Anda tidak bermain selama empat bulan? Apakah Anda akan terus maju atau akankah Anda mati secara mental? Saya bisa melakukan lebih banyak lagi selama bertahun-tahun, tetapi dunia mulai melihat apa yang mampu saya lakukan," ungkap Martininho kepada The Independent.

Ia dengan sigap mengambil alih posisi di bawah mistar yang ditinggalkan Leno dan memainkan seluruh laga sisa musim 2019/20. Puncaknya, Ia tampil mengesankan kala membantu Arsenal memenangkan FA Cup musim lalu dan Community Shield.

Namun, ketika Ia tampil heroik di dua partai besar itu, tak ada satu pun penggemar yang memberi tepuk tangan padanya. Ada momen pedih saat dimana Martininho amat berjasa bagi klub namun pertandingan final dimainkan tanpa penonton akibat pandemi covid-19.

Andilnya sudah terasa sejak partai semifinal Piala FA melawan Manchester City, Ia berhasil mencatatkan cleansheet. Bahkan Ia mengaku cukup emosional di partai tersebut, apalagi sudah 10 tahun Ia menunggu momen itu.

"Itu sedikit emosional [ketika peluit akhir dibunyikan di semifinal]. Bukan karena kami mengalahkan City, yang bagi saya adalah salah satu tim terbaik di Eropa saat ini, tetapi karena saya telah berjuang keras untuk bermain di final bersama klub yang saya cintai," demikian pernyataan Martininho yang dilansir dari akun twitter resmi Arsenal pasca laga.

"Sudah 10 tahun sejak saya bergabung dengan klub dan saat peluit akhir, semuanya melewati kepala anda. Saya berharap para penggemar dan keluarga saya ada di sini untuk final, jelas dengan 90.000 atau 80.000 orang di Wembley, sesuatu yang tidak Anda mainkan setiap hari," terangnya lagi.

"Saya berharap seluruh keluarga saya ada di sana. Seperti yang saya katakan, kami berasal dari keluarga yang miskin dan bagi mereka untuk melihat saya di sana memenangkan trofi di depan 90.000 orang dan mendapatkan medali adalah sesuatu," tambahnya.

"Saya mengingat debut Liga Champions saya melawan Anderlecht, ayah saya terbang 27 jam untuk mencapai permainan itu dan dia menangis selama 95 menit. Saya ingat hari dimana saya dan saudara laki-laki saya makan dan bukan dan ibu aya saya. Jadi saya tahu persis apa yang mereka alami," lanjut dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun