Damian Emiliano Martinez Romero atau para kolega memanggilnya "Martininho" lahir dan dibesarkan di Mar del Plata, Provinsi Buenos Aires, Argentina, 28 tahun silam. Martininho berasal dari keluarga yang sederhana, Ayahnya bekerja sebagai sopir dan Ibunya bekerja shift 12 jam sebagai cleaning service hotel.
Tak mengherankan sewaktu memulai karir di Atletico (CA) Independiente, Martininho yang berusia 16 tahun mulai menanggung keuangan keluarga. Di klub itu pula, Martininho muda mulai berani untuk bermimpi tentang masa depan. Sebelum akhirnya Ia terendus oleh tim scouting Arsenal.
Ia diterbangkan ke London pada 1 Juli 2010 dan CA Independiente senang berpisah dengan Martininho yang berbakat lewat kesepakatan 1,1 Juta Pound. Sejak awal Martininho telah membuat hubungan yang baik dengan Arsene Wenger yang menyebutnya sebagai masa depan klub.
Mungkin dengan harapan yang diucap The Professor itulah Martinez bersedia bertahan di Emirates Stadium selama satu dekade, meskipun tak pernah dijadikan pilihan utama.
Meski begitu, sejak pertama kali mendarat di London, Martininho yang saat itu belum genap berusia 18 tahun tak bisa langsung bergabung dengan skuad Arsenal musim 2010/11 dengan alibi Ia tak memiliki paspor Eropa dan usianya belum cukup bermain di level tinggi. Lagi pula, stok kiper Arsenal musim itu cukup banyak, Manuel Alumunia, Lukasz Fabianski, Wojciech Szczesny, dan James Shea.
Sepanjang musim Ia hanya bermain di laga persahabatan. Kondisi demikian membuatnya akrab dengan status pinjaman mulai dari Oxford United (2011/12), Sheffield Wednesday (2013/14), Rotterham (2014/15), Wolves (2015/16), Getafe (2017/18), dan Reading (2018/19).
Dalam kurun waktu 10 tahun itu pula, kiper berjangkung 195 cm itu hanya dimainkan 38 kali oleh Arsenal di laga resmi. Bakatnya terhalang oleh sinar terang nama besar seperti Jens Lehmann, Manuel Alumunia, Vito Mannone, Wojciech Szczesny, Lukasz Fabianski, David Ospina, Petr Cech, hingga yang teranyar Bernd Leno.
Lantas apa yang bikin Martininho betah di Arsenal meskipun hanya jadi pilihan kedua? Agaknya Ia sadar dengan kualitas yang dimilikinya, bahwa suatu saat Ia bisa meraih tempat utama seperti yang dikatakan Wenger. Namun dibalik itu semua, upah yang diterimanya dari The Gunners juga telah berhasil mengeluarkannya dari jerat kemiskinan.
Rata-rata orang di Argentina perlu bekerja minimal 10 tahun untuk mendapatkan 100 juta Peso (baca: mata uang Argentina). Sementara dilansir dari transfermarkt, Martininho bisa mendapatkan nominal itu dalam kurun waktu yang lebih singkat yakni hanya satu tahun dari upah yang didapat di Arsenal.
"Itu bukan latar belakang yang miskin tetapi keluarga saya mengalami banyak kesulitan dalam hal keuangan. Saya kembali ke Argentina dan seminggu setelahnya, saya mendapat tawaran dari Arsenal. Saya melihat saudara laki-laki dan ibu saya menangis sambil berkata: tolong jangan pergi," ungkap Martininho mengenang kepergiannya ke Arsenal. Seperti dinukil dari The Guardian.