Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Peran Klasik yang Dirindukan di Lapangan Hijau

22 Juli 2020   21:42 Diperbarui: 24 Juli 2020   11:53 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlebih lagi, peradaban taktik di sepak bola terus berjalan, maka taktik pula lah yang kemudian menggerus penyerang klasik macam Pippo dan Bepe. 

Sepak bola masa kini mulai memberdayakan false nine atau penyerang palsu. Tak banyak lagi penyerang yang statis di area penalti, semua bergerak fleksibel dan punya kans yang sama buat menjadi penentu, mencetak gol.

Istilah Bad Boys dan Smarts Guys dalam Tim
Permainan kotor yang kerap dipertontonkan oleh Gattuso atau Ponaryo di dalam lapangan sering disebut juga sebagai peran bad boys atau pemain nakal. 

Dalam konteks mengacaukan konsentrasi pemain lawan, mereka sah masuk ke dalam kategori tersebut. Namun di balik hal-hal teknis, Gattuso/Ponaryo juga kerap mereduksi sikap temprementalnya sebagai senjata utama.

Misalnya, ketika rekan satu tim terlibat friksi, keduanya selalu pasang badan untuk berada di garda terdepan. Jadi, pemain "nakal" yang dimaksud kategori bad boys itu memang yang bisa fight bukan perkara urusan merebut bola dari lawan, melainkan juga fight dalam arti yang sebenarnya.

Meskipun begitu, peran bad boys takkan berarti banyak jika tak ada pemain yang berperan sebagai smart guys alias pemain yang cerdas, hal demikian ibarat sebuah simfoni yang sumbang. Maka dari itu, di setiap tim yang hebat selalu ada dua peran tersebut yang saling bersinergi.

Pembagian tugasnya memang terlihat sederhana, pemain bad boys yang memancing emosi lawan, atau menguras tenaga lawan. Sementara smart guys dengan kecerdasannya jadi penentu permainan.

Namun secara detail, peran bad boys dan smart guys tak sesederhana itu. Bad boys di era Gattuso dan angkatannya kerap punya magis tersendiri. Mereka pandai menggertak lawan, tak heran jika kemudian selalu memunculkan adrenalin lain saat menonton friksi-friksi semacam itu.

Cristiano Ronaldo, Zlatan Ibrahimovic, Peter Crouch, dan Pavel Nedved pernah merasakan amukan Gattuso di lapangan. Bahkan korban aksinya tak hanya pemain melainkan asisten pelatih Spurs, Joseph Jordan, di Liga Champions 2011/12.

Gattuso mendorong leher Joseph Jordan di pertengahan babak kedua, tak berhenti di situ saja Ia juga kembali cekcok selepas laga usai dan menanduk kepala Joe. Pria yang kini jadi allenatore Napoli itu mengaku kesal lantaran mendapat provokasi dari pelatih berpaspor Skotlandia itu.

Tak heran bila kemudian Gattuso jadi sasaran empuk media dan berkat itu pula lah Ia bisa mempropagandakan DNA tempramentalnya secara cuma-cuma sehingga pemain lawan bisa segan terhadapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun