Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Psy War Atalanta untuk PSG

16 Juli 2020   00:17 Diperbarui: 16 Juli 2020   00:16 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sepak bola, psywar atau physchological warfare yang berarti perang urat saraf merupakan hal yang paling menarik jadi pembahasan sebelum maupun sesudah pertandingan. Biasanya, psywar kerap digunakan pelatih atau pemain melalui metode komunikasi yang disediakan dalam sesi konferensi pers.

Namun demikian, berbeda dengan psywar yang dilontarkan salah satu klub sepak bola Italia yang berbasis di Bergamo, Lombardy, yaitu Atalanta Bergamasca Calcio (Atalanta B.C), kepada calon lawannya yang berasal dari Ibukota Perancis, Paris Saint-Germain jelang laga perempat final Liga Champions, keduanya akan saling bunuh untuk berebut tiket semifinal lewat format baru satu leg pada 12 Agustus mendatang.

Meskipun tim yang upah seluruh pemainnya setara dengan upah Cristiano Ronaldo -- upah pemain Atalanta 36 juta euro/sekitar Rp598 miliar per musim, sementara upah Ronaldo 39,7 juta euro/Rp660 miliar per musim -- dianggap anak bawang pada drawing Liga Champions di markas besar UEFA, Nyon, Swiss, pada Jumat (17/7) petang WIB.

Mereka tak henti-hentinya menyusun strategi psywar yang ciamik lewat permainan kolektif nan produktif di Serie A. Teranyar Duvan Zapata cs mengirimkan pesan propaganda kepada Neymar dkk lewat kemenangan besar 6-2 pada partai Derby Lambordia melawan Brescia dalam lanjutan giornata ke-33.

Atalanta mengungguli sang tamu selepas memperoleh 69 persen berbanding 31 persen penguasaan bola, sebuah narasi betapa dominannya permainan Atalanta. Kini, Ruslan Malinovskyi cs tak bisa dianggap sebelah mata di kompetisi paling akbar antar-klub di benua biru itu. Sebab ketika Serie A masih menyisakan 5 pertandingan lagi, La Dea -- julukan Atalanta -- sudah menghimpun 93 gol.

Sebelumnya Napoli pernah lebih baik lewat 94 gol dari 38 laga pada musim 2016/17, namun dengan jumlah laga yang lebih sedikit Atalanta tentu bisa mempertajam catatan produktivitas mereka. Sehingga Marten de Roon cs berkesempatan memecahkan rekor yang bertahan dalam 70 tahun terakhir yang dipegang AC Milan dan Torino sebagai tim paling subur di Serie A.

Seperti dikutip dari Opta Paolo, AC Milan mencetak 101 gol pada 1950-1951, sementara Torino melakukannya pada musim 1949-1950 dengan menghimpun 103 gol. Bahkan di tingkat regional Eropa, catatan gol Atalanta musim ini (hingga pekan ke-33 Serie A) hanya kalah dari Bayern Munchen yang telah mencetak 100 gol.

Sang allenatore tak canggung mempertegas psywar yang dimainkan anak buahnya lewat ketajaman membobol gawang lawan, Ia menyebut bahwa catatan tersebut positif bagi timnya dan semusim silam timnya juga melakukan hal serupa meskipun tak sebaik musim ini.

"Ini sangat bagus bukan? Jumlah itu (93 gol) begitu banyak. Kami sebenarnya juga mencetak banyak gol musim lalu. Tapi kami lebih baik musim ini dan banyak gol berkualitas tercipta," pekik Gasperini memuji dengan bangga pasukannya. Seperti dikutip dari Sky Sports Italia.

"Kami tidak pernah memulai musim untuk berharap di posisi yang sangat tinggi, tetapi ini adalah tahun kedua berturut-turut kami berada di posisi empat besar. Bermain di Liga Europa dan kemudian Liga Champions membantu kami menjadi dewasa dan terbiasa dengan level yang berbeda," sambungnya.

Tak dipungkiri bahwa Serie A dan Liga Champions penting bagi Gasperini, kini Ia tengah mempersiapkan timnya untuk meladeni PSG pada 12 Agustus mendatang tanpa kehilangan konsentrasi di Serie A. Tentu dengan terus mengasah mental, intensitas, dan fokus di kompetisi domestik.

"Kami sedang bersiap-siap untuk PSG, tetapi juga ingin berjuang sampai akhir di Serie A. Saya pikir cara terbaik untuk bersiap-siap untuk 12 Agustus adalah tetap memainkan pertandingan Serie A dengan mental, intensitas, dan fokus yang tepat. Kami berada di Liga Champions untuk musim depan, tempat kedua atau ketiga bukan tujuan utama, tapi kami masih bisa mencoba sementara di sini," terangnya.

Gasperini sebenarnya tak bisa menebak siapa yang lebih baik jelang bergulirnya perempat final. Sebab meskipun Atalanta bisa dikatakan lebih siap karena telah melewati 13 pertandingan yang kompetitif di Serie A, dirinya tak menganggap sebelah mata persiapan PSG yang hanya memainkan dua pertandingan Piala Perancis.

"Saya tahu PSG memainkan dua pertandingan Piala di Perancis sebelum Liga Champions. Saya tidak tahu apakah lebih baik memiliki 13 pertandingan di Serie A seperti kami atau dua pertandingan kompetitif ditambah beberapa pertandingan persahabatan. Kita lihat saja nanti," tambahnya lagi.

Sebabnya lagi, disamping lebih panas menjelang meladeni PSG, Atalanta dibayangi risiko kelelahan. Sementara tim lawan lebih diuntungkan dengan pertandingan yang jauh lebih sedikit sehingga Icardi cs bisa lebih fresh.

"Ini seperti mengatakan kami bermain setiap tiga hari dan karena itu lelah, sesuatu yang saya tidak percaya sama sekali. Demikian pula, saya tidak percaya bahwa PSG tidak akan siap karena mereka belum bermain," lanjutnya.

Meski pertandingan perempat final ini sangat penting bagi publik Bergamo. Gasperini menerangkan bahwa secara teknis Ia belum melakukan analisis terhadap permainan yang digalang oleh Neymar dan Mbappe itu.

"Saya belum mempelajari Neymar dan Kylian Mbappe, tetapi mereka adalah dua pemain terbaik di dunia. Ada rasa percaya diri yang berlebihan ketika kami memilih PSG, tetapi kami tidak boleh lupa bahwa ini adalah tim yang luar biasa," lanjut dia lagi.

Kedua tim memiliki lini serang yang produktif, jadi tak heran jika kemudian Gasperini menggaransi laga ini takkan berakhir 0-0 dan bagaimana pun akan memaksa timnya untuk terus mencetak gol.

"Ketika Anda menghadapi tim-tim tingkat ini, Anda dapat memeriksa kekuatan mereka, kelemahan mereka, tetapi Anda tak harus mengubah sifat Anda. Yang saya tetap yakin adalah bahwa permainan ini takkan berakhir 0-0, jadi jika Anda ingin mendapatkan hasil, Anda harus mencetak gol," pungkasnya.

Sementara itu, pelatih PSG, Thomas Tuchel, seolah menyadari psywar-psywar yang Atalanta gaungkan di level kompetisi domestik Italia lewat hasil pertandingan yang menarasikan betapa berbahayanya Duvan Zapata cs di depan gawang.

"Laga menghadapi Atalanta akan sangat sulit, akan ketat. Mereka tim berkualitas. Kita sudah lihat saat mereka menghadapi Juventus. Mereka tim yang seimbang saat menyerang dan bertahan. Tim yang sangat kuat bermain fisik. Tapi, kami belum bisa memikirkan itu saat ini," pekik Tuchel. Seperti dinukil dari Sportskeeda.

Sejauh ini, belum ada serangan balasan untuk psywar yang makin hari membuat setiap lawan Atalanta gentar. Mungkin, bagi mereka keberadaan Neymar, Mbappe, dan pemain mega bintang lainnya sudah cukup membalas perang urat saraf kali ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun