Mereka mulai mendatangkan The Dream Team pada Ligina II 1995/96, Henk Wullems dari Belanda sebagai pelatih hingga dua legiun asing Olinga Atangana (Kamerun) dan Dejan Gluscevic (Yugoslavia). Para pemain lokal berstatus bintang pun didatangkan seperti Herry Kiswanto, Nuralim, Surya Lesmana, Hendriawan, Budiman Yunus, Adjat Sudrajat, Alexander Sanunu, Hermansyah, dan Peri Sandria.
Dream team tersebut tampil trengginas di wilayah barat, mereka lolos ke babak 12 besar sebagai juara grup. Tren positif mereka terbawa hingga final kontra PSM Makassar di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Heri Rafni Kotari dan Peri Sandria mencatatkan namanya di papan skor.
Hasil akhir 2-0 untuk keunggulan MBR akan selalu diingat sebagai sejarah publik Bandung yang berpesta tiada henti di Ligina I-II. Dejan Gluscevic melengkapi gelar juara MBR sebab Ia dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak dengan 30 gol dari 32 laga yang dilakoninya, sementara pemain terbaik diraih oleh Ronny Wabia dari Persipura Jayapura. Namun demikian, pesta juara MBR tak semeriah pesta Persib di musim sebelumnya. Hal tersebut diutarakan oleh IGK Manila.
"Bandung Raya memang juara, tapi Bandung Raya bukanlah Persib. Mereka sudah menjadi yang terbaik di Indonesia, tapi tidak ada peristiwa macet totalnya jalur Jakarta-Puncak-Bandung seperti yang dibuat Bobotoh Persib akibat euforia gelar kampiun. Tidak ada pula pawai keliling Kota Bandung layaknya Persib menjadi juara semusim sebelumnya. Tapi kesuksesan itu tetap membuat bangga publik Bandung," demikian ungkap IGK Manila. Seperti dinukil dari Historia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H