Gazidis yang kini punya kuasa lebih, jabatannya sebagai CEO dan tangan kanan perusahaan Elliott bisa saja mengikis de-Milanization di Milan serta menjauhkan tim ini dari rongrongan para legendaris.
Sebab pikirnya, modernitas telah membuka pemikiran orang-orang Italia. Seperti misalnya, klub tetangga, Inter Milan, yang mulai berani menugaskan eks orang-orang Juventus seperti Beppe Marotta dan Antonio Conte.Â
Meski Gazidis berada diatas angin untuk melanggengkan kuasanya. Namun pada akhirnya tidak akan ada yang menang dari pertandingan Milan legendaris vs Milan modern ini. Semua hanya merugikan tim itu sendiri.
Meski pahit untuk kubu manapun, penulis mesti katakan jika musim ini telah berakhir bagi AC Milan. Sebab disaat tim lain bertarung mendapat scudetto dan targetnya masing-masing.Â
AC Milan malah berebut kekuasaan di internalnya sendiri. Hal demikian mulai tergambar pada pertandingan lanjutan Giornata ke-26. Milan dibungkam oleh Genoa dengan skor 1-2 pada Minggu (8/3), di San Siro.
Tuntas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H