Maka dari itu, apa yang dilakukan oleh Jaksen dan Djanur layak kita apresiasi. Sebab tak banyak pelatih yang mau mengambil risiko tersebut, terlebih hal tersebut dilakukan pada laga pembuka yang dikenal selalu sulit.
Pada laga melawan Bali United di Stadion Kapten Dipta Bali, Kamis (16/5), Djanur menurunkan Hansamu Yama, Rachmat Irianto, dan M Syaifudin untuk mengisi central tiga bek. Sedangkan Ruben Sanadi dan Abu Rizal diplot sebagai bek sayap. Ketiadaan Otavio Dutra jelas sangat terasa di lini belakang Bajul Ijo, tidak ada pemain yang mengatur tempo bahkan bertindak sebagai ball playing defend.
Disengaja atau tidak (berdasar intruksi pelatih/situasional), garis pertahanan tim Persebaya terlalu tinggi. Hansamu yang menggantikan peran Dutra kerap mengajak dua rekannya untuk mendekati garis tengah lapangan. Memang hal tersebut memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri.
Disatu sisi, mereka bermain dengan tempo tinggi, lebih mendominasi permainan sebab ruang gerak pemain Serdadu Tridatu -- julukan Bali United -- jadi makin sempit, kemudian tim asuhan Teco Cugurra juga lebih banyak terperangkap offside akibat garis pertahanan tinggi yang diperagakan Hansamu cs.
Namun dilain pihak, di area serangan Persebaya juga tidak punya target man. Artinya tidak ada pemain yang bisa menyelesaikan dominasi/peluang bahkan sekadar pemantul, mereka hanya mengandalkan ball possession yang nir-efektif. Dan ketika hilang bola mereka terpukul oleh counter attack cepat yang diinisiasi Paulo Sergio dan Stefano Lilipaly secara bergantian.
Seperti yang terjadi pada gol pertama Spasojevic pada menit ke-15, dengan kondisi garis pertahanan yang masih tinggi. Stefano Lilipaly melakukan counter lewat sisi sayap kanan Persebaya sebelum akhirnya merangsek lebih jauh dan melepas umpan kepada Spaso.
Jika ditilik lebih mendalam, garis pertahanan tinggi cukup berisiko menghadapi fleksibelitas Lilipaly dan juga kecepatan Paulo Sergio dari lini kedua. Terlebih lagi Lilipaly tidak ditempatkan sejajar dengan Spaso -- artinya Bali mengandalkan trio penyerang bukan dua penyerang yang biasanya memudahkan pola tiga bek mematikan duet lini depan lawan -- dan pergerakan Lilipaly yang kerap melakukan transisi ke kiri dan ke kanan cukup membuat limbung tiga bek Persebaya.
Dalam beberapa momen ketika ditekan juga tiga bek Persebaya tidak dalam kondisi sejajar. Ketika tiga bek mulai tidak terkonsentrasi menjalankan konsep dasar defense inilah pola tiga bek akan berantakan.Â
Seperti kita ketahui bersama, konsep dasar defense adalah mengerucut bukan membuka selebar-lebarnya, kadang satu dari tiga bek Persebaya terpancing terlalu jauh dari areanya oleh pergerakan Paulo Sergio atau pemain lawan lainnya.
Sepanjang babak pertama itu pula Djanur tidak menurunkan garis pertahanan meskipun timnya telah kemasukkan gol melalui kelemahan tersebut. Tiga bek Persebaya terus bermain dengan tempo tinggi beberapa meter dari garis tengah lapangan.Â
Sebenarnya bisa saja Djanur memainkan deep-defending atau bertahan lebih dalam, namun probabilitas pertimbangannya cukup banyak. Ketiadaan pemain senior macam Dutra cukup riskan andai Djanur menurunkan garis pertahanannya.