Beberapa aksi proaktif kedua sayap mampu dikonversi menjadi tendangan bebas. Baik Tony Sucipto, Ardi Idrus, bahkan Eka Ramdani pun kerap terpaksa melakukan pelanggaran karena kalah cepat dalam mengimbangi sayap-sayap kilat tersebut. Skema set piece inilah yang kemudian menciptakan beberapa peluang emas. Di babak pertama, Tanidis sempat berhadapan man to man dengan kiper Made Wirawan setelah menerima umpan free kick dari Abul Azis.
Namun kiper asal Bali tersebut berhasil mempersempit ruang gerak Tanidis sehingga sontekan pemain berpaspor Jerman itu tak maksimal dan malah menemui Made Wirawan.Â
Sedangkan Persib bermain seperti tanpa lini tengah, bersamaan dengan itu Bojan Malisic dan Victor Igbonefo yang bergantian menjadi Ball Playing Defender tak memiliki umpan yang akurat. Long ball jadi solusi, tetapi targetnya bukan Ezechiel. Lebih kepada menetralisir zona pertahanan, sekalipun umpan mereka pas ke pemain depan yang dituju adalah Ghozo yang secara postur kalah dengan bek jangkung PSMS.
Itu sebabnya pemain Timnas Chad terisolasi di lini depan. Hanya menciptakan satu shot on target sepanjang pertandingan cukup jadi narasi ada yang tidak berjalan dengan skema Gomez. Kita mulai dari bawah (baca: defense), action map para pemain belakang dilaga ini cukup mengkhawaitrkan. Mereka hanya melakukan 2 saves/blocks, 5 clearance made, 8 successful tackle, 14 intercepts made, 11 successful aerial duel, 1 successful dribble, 10 successful cross, 1 shot attempted, dan tanpa membuat key pass serta shot on target.
Defence map yang cukup buruk, bagaimana para pemain "minim" melakukan reaksi terhadap kecepatan sayap PSMS atau ancaman lain yang datang dari lini kedua serta target man. Data aksi pemain tengah lebih runyam lagi, 1 saves/blocks, 1 clearance made, 7 successful tackle, 6 intercepts made, 5 successful aerial duel, 1 successful dribble, 5 successful cross, 1 shot attempted, 1 key pas, dan tanpa membuat shot on target.
Ada indikasi jika lini tengah tidak berjalan, semua terjabarkan lewat umpan kunci dan umpan silang sukses yang minim. Selain itu masih bisa dihitung oleh jari berapa kali Eka Ramdani/Hariono menyentuh bola. Hal tersebut terlihat dalam duel sukses, drible sukses, takel sukses, dan membuat intersep/membuat clearance.
Fungsi Hariono memang lebih fokus pada braker, hal tersebut terlihat saat Ia memegang bola. Ia kerap bermain simpel dengan cepat melakukan passing/back pass ke rekannya. Berbeda dengan Eka yang punya visi offensive lebih bagus. Sayang, eks pemain Persisam ini aksinya tidak terlihat sama sekali.
Sehingga deadlocks yang dialami oleh lini kedua memengaruhi performa para pemain depan. Forward map yang dibuat Eze-Patrice pun menurun drastis dari pertandingan sebelumnya (melawan Bhayangkara FC). 1 saves/blocks, 0 clearance made, 1 successful tackle, 0 intercepts made, 11 successful aerial duel, 3 successful dribble, 1 successful cross, 3 shot attempted, 4 key pas, dan 1 shot on target.
Yang perlu disoroti adalah shot on target dan usaha tembakan yang sangat minim. Menyebut bahwa ini merupakan kesalahan lini tengah memang tak seutuhnya benar, sebab Ezechiel yang biasanya bergerak liar pun seolah tanpa aksi di laga ini. Jangankan menjadi solusi di area Final Third untuk beranjak dari areanya sendiri pun agak sulit.
Selain masalah teknis yang telah dijelaskan. Ada masalah non teknis yang perlu disampaikan supaya kita mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dalam skema Persib yang mandek kali ini. Pertama, jelas soal laga usiran, bisa saja pemain kadung jenuh dengan hal ini.Â
Kedua, tanpa penonton, tim ini sudah terbiasa dengan kehadiran bobotoh, dimanapun Persib bermain disana pasti ada bobotoh, hal tersebut membuat motivasi bermain Persib sedikit berkurang. Ketiga, tim yang tidak utuh.