Seolah Inkyun tidak fokus pada satu tugas sehingga tugas utamanya sebagai penyambung lini tengah dengan lini depan pun tidak dijalankan dengan baik. Namun anehnya defensive action Inkyun pun tak terlihat di laga ini, Gomez sebagai pelatih beraliran sepakbola klasik tentu ingin para pemainnya bermain lebih kolektif dalam hal bertahan/menyerang.
Sampai pada akhirnya puncak frustatif pemain berpaspor Korea Selatan itu terjadi, diawal babak kedua Ia melakukan hal yang tak perlu dan amat merugikan tim: melakukan provokasi dengan cara menyikut, imbas dari duelnya dengan Alsan Sanda. Tindakan tersebut mengantarkannya ke ruang ganti lebih cepat. Situasi ini membuat Persib harus bermain dengan 10 orang saat pertandingan masih menyisakan banyak waktu bagi Bhayangkara FC untuk mengejar ketertinggalan dua digit gol.
Sejatinya kehilangan Inkyun bukan masalah berarti bagi permainan Persib, toh sejak babak pertama pun perannya diambil alih oleh Joni Bauman/Ezechiel yang bergerak lebih liar di area sepertiga serangan Persib.
Beberapa saat setelah Inkyun keluar Persib masih bisa mengimbangi bahkan melakukan beberapa serangan lewat Ezechiel, Bauman, serta Supardi. Justru saat Bauman ditarik keluar akibat cedera lah masalah yang sebenarnya, Persib benar-benar kehilangan penyuplai bola dan pengatur ritme serangan.
Menariknya Gomez tidak mengganti Bauman dengan pemain tengah macam Kim Kurniawan/Eka Ramdani, Ia malah memasukan Patrice Wanggai. Otomatis, Hariono bekerja seorang diri dalam menetralisir lini tengah Persib. Awalnya memang terlihat baik-baik saja, namun ketika memasuki menit ke-80 Hariono mulai lunglai dan konsentrasinya pun menurun drastis.
Hal tersebut dimanfaatkan oleh para pemain Bhayangkara FC yang memang menguasai medan lapangan yang mulai becek. Dzumafo Epandi berhasil mengoyak jala Made Wirawan dan mempersunting skor menjadi 1-2. Gomez memang agak terlambat membuat keputusan saat memasukan pemain berkarakter bertahan. Kim Kurniawan dimasukan saat situasi sudah sangat genting selepas kebobolan.
Selebihnya Persib mulai memainkan sepakbola bertahan sebagaimana normalnya sebuah tim ketika bermain dengan 10 orang dilapangan. Berangkat dari simpulan pertandingan ini, jika Gomez serius memilih opsi pertama (juara) saya rasa kemandekan final third harus segera diperbaiki, apalagi Inkyun dipertandingan selanjutnya harus menjalani sanksi.
PR nya bukan lagi memperbaiki final third yang bermasalah bersama Inkyun tetapi juga lebih ke harus menata ulang/mencari lagi pemain bertipe pengatur serangan yang murni dari tengah selain bergantung pada opsi bala bantuan dari penyerang yang proaktif macam Bauman/Ezechiel.
Tugas yang sedikit berat, mengingat disaat yang sama produktivitas dua rival Persib kian menanjak. Marko Simic mulai menemukan ketajamannya diiringi dengan performa positif Renan Silva menguasai final third. Pun dengan PSM, Rene Alberts seperti sudah punya segalanya mengacu pada kolektifitas tim ini yang sudah dibentuk beberapa tahun ini.
Oleh karena itu, sampai artikel ini ditulis belum ada pengamat sepakbola nasional yang berani mengeluarkan prediksi siapa yang akan keluar sebagai Juara musim ini di Liga 1. Karena semuanya baru diketahui di pekan terakhir nanti. Hal demikian tentu saja sulit diperhitungkan dengan metode matematis.
Antara Kompetitif dan Lagu Lama