Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Yang Perlu Ditiru PSSI dari Timnas Jepang di Asian Games 2018

3 September 2018   14:45 Diperbarui: 3 September 2018   16:45 2333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MARTIN BUREAU/AFP/BOLASPORT

Juli 2020 adalah waktu bagi Son Heung-min untuk memenuhi wajib militer (baca: Wamil). Seperti diketahui bersama, kewajiban tersebut berlaku bagi setiap kaum laki-laki di Korea Selatan.

Namun, Sabtu malam (1/9), Son dkk. di Stadion Pakansari, Cibinong, Jawa Barat, memastikan terbebas dari wajib militer selama 21 bulan penuh setelah menang atas Jepang di babak final Asian Games 2018 dan meraih medali emas dari cabang olahraga sepakbola. Kemenangan Korsel juga sekaligus mempertahankan status juara bertahan Timnas U-23 Korea Selatan yang diraih pada Asian Games 2014 lalu.

Sepanjang 90 menit kedua tim bermain imbang tanpa gol. Hingga akhirnya Young Samurai Blue harus rela gawangnya kebobolan dua kali berturut-turut di babak tambahan pertama. Setelahnya, mereka hanya mampu membalas sebiji gol via kepala Ayase Ueda.

Meski begitu, langkah Jepang lebih menarik dicermati ketimbang perjuangan prajurit tempur milik Kim Hak Bum (pelatih Korsel U-23) yang hanya bertujuan menghindari wamil belaka.

Di balik ketidakberhasilan Negeri Matahari Terbit ini meraih medali emas di cabang olahraga sepakbola, sebetulnya mereka tidak bisa dikatakan sepenuhnya gagal.

Ada beberapa catatan positif yang membuat federasi sepakbola Jepang (JFA) patut diapresiasi dan layak ditiru PSSI, terutama dalam hal cara menyiapkan tim.

Pertama, mereka menurunkan pemain dengan usia maksimal 21 tahun di Asian Games 2018.

Kedua, grafik permainan dari laga ke laga yang terus meningkat. Ketiga, target olimpiade 2020.

Yuto Iwasaki dan kolega sempat kalah oleh Vietnam U-23 di fase grup. Selain itu, dari total tujuh laga, produktivitas mereka kalah dari Lilipaly cs. Jepang hanya mampu mencetak 10 gol sedangkan Indonesia yang notebene hanya bertahan sampai babak 16 besar mampu menghimpun 13 gol.

Namun publik sepakbola di manapun berada seolah mewajarkan hasil minor pasukan Samurai biru tersebut mengingat faktor usia tadi.

Namun selepas kalah dari Vietnam, pelatih Jepang U-23, Hajime Moriyasu, mengamini grafik penampilan timnya yang kian membaik dari hari ke hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun