Akan tetapi resiko yang dihadapi juga cukup besar jika saja Saddil Ramdani malam ini tidak mampu membuka keran gol di menit ke-82. Sebuah comeback positif yang membuka gol-gol selanjutnya dari Firza Handika menit ke-83, tendangan jarak jauh Saddil di menit ke-85, dan diakhiri oleh akselerasi menawan Todd Ferre di menit terakhir waktu normal. Dari drama delapan menit melawan Filipina itu agaknya kita sudah bisa menebak siapa-siapa saja yang layak jadi starter untuk bertarung meladeni Vietnam dan Thailand.
Pakem Filanesia
Berbicara strategi Timnas U-19 tentu saja masih seperti tim juara AFF U-19 2013 yakni passing dari kaki ke kaki. Keberadaan Coach Indra menegaskan hal tersebut. Meski tiga kemenangan telah diraih, Timnas U-19 kita rasanya belum memeragakan bentuk permainan terbaiknya. Terlepas dari staf pelatih yang masih menyimpan taktik utama.
Tentu yang membuat tim ini berbeda dari tim 2013 adalah metode Filanesia atau Filosofi sepak bola Indonesia. Bersama Danurwindo dan Luis Milla, Indra Sjafri diharapkan mampu memunculkan identitas bermain khas Indonesia yang militan, cepat, dan passing dari bawah. Kecepatan yang dimiliki Saddil, Todd Ferre, Witan, Feby Eka, dan kawan-kawan dianggap memenuhi prinsip of play ala Indonesia itu.
Terbukti tiga lawan menjadi pesakitan Garuda Nusantara akibat tidak mampu mengimbangi kecepatan para pemain lincah kita. Indonesia sebenarnya diuntungkan oleh para pemain yang menjadi starter di klub nya masing-masing yang berkiprah di Liga 1. Hanis Saghara (Bali United), Nurhidayat (Bhayangkara), Abimanyu (Sriwijaya FC), Saddil (Persela), Asnawi Mangkualam (PSM) Todd Ferre dan David Remakiek (Persipura). Kualitas yang diimbangi oleh ketenangan sehingga kemampuan terbaik berhasil dipertunjukkan.
Pestanya Para Winger
Kekuatan dunia sepak bola internasional kini tengah bergeser ke posisi sayap. Pemain yang berposisi sebagai penyerang murni mulai usang. Transfermarkt menarasikan hal tersebut dengan merilis harga-harga pemain sepakbola dunia.Â
Kini pemain termahal tak lagi dipegang oleh striker murni macam Ronaldo de Lima, Filippo Inzaghi, atau Harry Kane, Edinson Cavani, dan Karim Benzema. Namun era Ronaldo-Messi, Gareth Bale, Neymar, Mbappe, Mo Salah, tengah merevolusi industri sepak bola. Selain itu, kemunculan strategi false nine juga cukup memengaruhi.
Data diatas seolah merubah mindset stakeholder sepak bola di segala penjuru dunia, termasuk Indonesia. Semakin langkanya mencari striker type Bepe dipelbagai jenjang usia bukan karena kualitas bibit sepakbola kita yang menurun melainkan pergeseran strategi. Kini, sayap-sayap macam Febri Hariyadi, Riko Juntak, Osvaldo Haay dll tumbuh berkembang di belantika sepak bola nasional.
Di Timnas U-19 sendiri ada Saddil Ramdani, Witan Sulaiman, Feby Eka, Todd Ferre, plus Egy MV yang pandai mencari ruang lewat sayap Garuda. Hal demikian membuat Coach Indra memanfaatkan SDM sayap mumpuni timnya. Gol dari sayap lebih besar ketimbang striker murni macam Rafli atau Saghara.
Sebuah pencerahan atas keresahan kita mengenai minimnya sosok-sosok Bepe yang dimiliki Indonesia. Bukan kualitas sepakbola kita yang menurun, khususnya lini depan. Tapi hari ini adalah pestanya para pemain sayap yang bertipikal cepat. Piala Dunia, AFF U-19 2018, Liga 1 2018, atau bahkan nanti di Asian Games 2018 para Winger akan tetap berpesta ria. Well see..