Apalagi setelah mendengar pernyataan Brigjen A AB Maliogha, Presiden klub PS TNI, yang berbunyi; “Sekarang tim ini dilatih Ivan Kolev. Dia sudah bersedia menangani PS TNI. Target tetap juara, harus menjadi nomor satu. Kolev dipilih karena sudah mengerti karakter sepakbola Indonesia, dia sudah berpengalaman”,
Bagaimana jika yang berkata demikian adalah Roman Abramovich untuk memecat Antonio Conte di pekan ketiga, ketika tim belum terkalahkan, tim baru saja menang di derby, dan tim bertengger di posisi lima dengan torehan lima poin? Tidak terpikirkan, bahkan sulit sekali dibayangkan ke arah sana, ketika Abramovich mengucap kata-kata tersebut. Ivan Kolev memang beberapa kali menangani sepakbola nasional, baik itu Timnas maupun di klub.
Namun, pengalaman bukanlah jaminan pasti bagi klub untuk lebih mudah meraih sukses. Resikonya agak terlalu besar jika ke depan Kolev tidak bisa memenuhi ekspetasi klub, bahkan menampilkan kinerja dibawah Hutton. Hal tersebut berarti kemunduran bagi tim loreng.
Konsep permainan terorganisir yang di presentasikan Hutton dalam tiga laga terakhir merupakan sebuah fondasi bagaimana ke depannya perkembangan klub ini. Terlepas dari strategi dan tehnik, mungkin ada alasan lain yang tidak di share ke khalayak ramai karena urusan dapur tim hanya mereka yang tahu. Dibalik segala kekeliruan yang sedari tadi tak terlepas dari pembahasan, semoga saya juga keliru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H