Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Futsal Rasa Sepak Bola ala Sleman

8 Januari 2017   22:52 Diperbarui: 9 Januari 2017   11:01 3179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sebetulnya, dimanapun kita selalu menjadi underdog dan tidak pernah diperhitungkan karena kita tidak punya satupun pemain bintang dalam tim. Pemain-pemain kita asli putra daerah Sleman, mungkin tak pernah dikenal sebelum-sebelumnya”, Ujar Yuri saat ditemui selepas pertandingan di pelataran Gor ITB Jatinangor.

Bersama Yuri yang bergabung dengan tim ini sejak 2011 lalu, pelan-pelan SFC Planet Sleman mulai mematahkan label underdog. Pria Belanda kelahiran 1986 silam itu berhasil memupuk kekuatan tim dengan kolektivitas.  Eks pemain Timnas Belanda U-21 tersebut lebih mengedepankan organisasi permainan ketimbang skill individu pemain.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
5 Personel Brigata Curva Sud (BCS) Menghadirkan Atmosfer Sepakbola

Lima orang pria berbalutkan baju ijo-ijo khas PSS Sleman tak henti-hentinya bernyanyi menyuarakan dukungan kepada SFC Planet Sleman sepanjang pertandingan. Perlu diketahui, BCS ini merupakan Ultras-nya Sleman, onggokan penonton yang mengadopsi kreativitas ultras-ultras Italia pada umumnya.

Brigata Curva Sud mewajibkan anggotanya untuk memakai sepatu dan berpakaian rapi disaat mendukung tim kebanggaan mereka PSS Sleman. Yang membuat nama BCS lebih istimewa di bandingkan suporter lainnya di indonesia adalah BCS pernah menjadi suporter terbaik nomor 4 di dunia versi ULTRASWORLD.

Hanya dengan lima orang saja mampu membuat suasana Gor ITB Jatinangor saat itu menjadi riuh dan meriah. Mungkin, yang ada dibenak pemirsa yang hadir langsung di lapangan mereka lebih merasakan atmosfer menonton sepakbola ketimbang pertandingan futsal. Bendera, spanduk, dan banner semakin menyulap Gor menjadi Stadion mini sejadi-jadinya.

Bahkan, entah terinspirasi pemain sepakbola dari Italia atau bagaimana, sehabis mencetak gol pemain-pemain SFC Planet Sleman ini kerap menaiki pembatas pagar penonton untuk berselebrasi bersama BCS. Dan di akhir laga, demi sebuah penghormatan atau selebrasi belaka, tim SFC Planet Sleman pun ikut bernyanyi bersama Curva Sud yang jauh-jauh datang langsung dari Sleman, DIY.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Lima orang itu, terus membuat Gor berisik. Meski berkali-kali diingatkan oleh announcer pertandingan agar tidak menyanyikan, menabuh drum, hingga meniup terompet karena hal-hal tersebut cukup mengganggu jalannya laga, mereka tak peduli. 

Bagaimanapun juga, habitat mereka di sepakbola memang membawa tradisi tersendiri yang mengubah esensi futsal itu sendiri, lama kelamaan bisa saja aturan ‘dilarang berisik’ itu dihapuskan berkat kreativitas supporter sepakbola yang salah masuk tempat itu.

Mereka, lima orang yang menamakan BCS itu membuat saya serasa berada di stadion Sleman, Yogyakarta. Dengan kreatifitasnya, mereka membuat Sleman sendiri di Jatinangor, mereka membawa atmosfer sepakbola di stadion ke futsal di Gor tersebut.

Bravo Slemania!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun