Selain palang pintu yang tangguh, Italia juga identik dengan penjaga gawang hebat jangka panjang. Setelah nama Dino Zoff di medio 1968-83, Walter Zenga 1980-an hingga awal 1990-an, dan kini Gianluigi Buffon. Rentetan daftar itu tentunya bukan sembarang dokumentasi catatan, mereka memiliki cerita suksesnya masing-masing. Pemain terakhir bahkan dinobatkan sebagai kiper terbaik abad ke-21 oleh IFFHS. Buffon tak tergantikan sejak 1997 hingga saat ini, Ia masih memimpin rekan-rekannya di Timnas dengan ben kapten yang melingkar dilengan kirinya.
Menariknya, saudara jauh Lorenzo Buffon ini seakan meneruskan tongkat estafet Dino Zoff sebagai seorang Juventus sejati yang kokoh dibawah mistar Gli Azzurri. Namun agaknya hari ini Italia tengah bersiap menyambut penerus Gigi sapaan Buffon dari luar klub Juventus. Calon pengganti itu berasal dari kota Milan. Dengan ciri memiliki postur tinggi menjulang, permainan yang kelewat mirip dengan Buffon, dan masih belia. Siapa lagi kalau bukan Gianluigi Donnarumma.
Rasa-rasanya, ini hanya soal waktu untuk bisa melihat Gigio sapaan akrab Donnarumma untuk meminggirkan Gigi (Buffon). Mengingat Gigi sendiri sudah menggapai usia 38 tahun. Jika Dino Zoff merupakan batasan pensiun seorang kiper maka tak kurang dua tahun lagi Gigi akan menanggalkan posisinya sebagai penjaga gawang nomor satu Timnas Italia, tepat ketika usia Gigio menginjak 20 tahun.
Sulit menyingkirkan Gigi di pos utama Timnas Italia. Bertahun-tahun, dalam perjalanannya Cristian Abbiatti, Marco Amelia, Morgan De Sanctis, Federico Marchetti, dan Mattia Perin adalah deretan kiper yang tak sanggup menggoyahkan konsistensi Gigi dibawah mistar gawang Timnas Italia. Siapapun pelatihnya, Gigi akan berdiri dengan tegak di bawah mistar gawang.
Kehadiran anak-anak muda potensial tak membuat Gigi gentar. Alih-alih merasa terancam Ia malah meningkatkan kualitas diri untuk lebih baik dan kuat. Agaknya peribahasa makin tua makin jadi bagi seorang kiper juga berkiblat pada penampilan Gigi selama ini.
Tidak ada kesempatan bagi mereka yang punya niat menyingkirkan Gigi. Ia sudah dijadikan maskot bagi Gli Azzurri disetiap turnamennya. Kata ‘sulit’ sudah mampu mendelegasikan ‘tidak adanya kesempatan’ untuk setiap kiper yang punya cita-cita bermain untuk Timnas, kecuali di dalam doa kiper itu terselip agar Gigi cedera. Ya, hanya cedera yang bisa membuat Gigi menepi menjaga gawang Italia barang sejenak.
Gigio (Donnarumma) agaknya tak perlu ikut berdoa agar Gigi diterpa cedera hanya untuk mencicipi debut pertama disebuah turnamen besar macam Piala Eropa atau Piala Dunia. Karena Gigi tengah menyiapkan masa senjakala tak ubahnya calon pensiunan PNS hari ini, tak mungkin Gigi terus menerus berdiri dibawah mistar Azzurri, lambat laun konsentrasi-nya akan menurun tergerus oleh usia. Tanda-tanda tersebut mulai terlihat. Tanpa kekompakan Trio BBC (Bonucci-Barzagli-Chielini) agaknya Gigi sudah menepi sejak jauh-jauh hari.
Ia sudah kenyang akan gelar. Akan tetapi bagaimanapun juga generasi penerus Gigi pastinya tidak bisa dengan asal menunjuk saja. Gigio yang kini berada dibelakang Gigi harus se-konsisten mungkin mempertahankan penampilan ciamiknya di AC Milan.
Pemain belia berusia 18 tahun itu harus terus belajar agar dirinya bisa menyetarakan kemampuan dengan seniornya. Dalam beberapa kesempatan keduanya sudah saling berhadapan, di Liga Seri A, Final Coppa, bahkan final Piala Super Italia baru-baru ini. Khusus untuk final Piala Super Ia menampilkan aksi penyelamatan heroik dibabak adu tos-tosan (penalti) dan berhasil menghadirkan gelar bagi AC Milan sekaligus melambungkan banderol-nya menjadi 60 juta euro!
Dalam pertemuan-pertemuan itu agaknya Gigio semakin memantaskan dirinya menjadi Gigi. Saves dan clean sheet sudah dicatatkan dengan mulus. Gigio hanya belum teruji di Liga Champions dan Liga Eropa, untuk kancah domestik tidak ada yang bisa meragukan penampilannya.
Gigi menjalani debutnya sebagai kiper Parma dalam usia 17 tahun pada 19 November 1995. Ya, tepat 21 tahun lalu ketika pria bernama Gianluigi Donnarumma belum lahir ke dunia. Kemudian Gigi meraih debut Timnas-nya pada 29 Oktober 1997. Gianluigi (Donnarumma) sendiri baru lahir 25 Februari 1999 ketika Gianluigi pendahulunya sudah mendapatkan label bintang di sepakbola Italia.
Namun, Gianluigi baru (Donnarumma) seakan tak mau kalah dari Gianluigi sebelumnya (Buffon). Setelah mendapatkan debut pada usia 16 tahun di Seri A dari pelatih Sinisa Mihajlovic, Gianluigi baru dipanggil ke dalam skuat Timnas Gianpiero Ventura pada usia 17 tahun. Ia pun menjadi kiper termuda timnas Italia sejak 1911 silam yang waktu itu dijalani Rodolfo Gavinelli.
Keberadaan pelatih yang berani mengambil resiko dengan mengorbitkan pemain muda memang perlu diacungi jempol, Italia yang selama ini sulit lepas dari kata ‘tua’ (rata-rata pemain yang menghuni Timnas diatas 30 tahun) dengan kehadiran mereka seakan memberi solusi tersendiri. Mihajlovic dan Ventura merupakan sebagian kecil saja yang nampak berkontribusi dalam hal ini.
‘Gianluigi baru’ harus berterima kasih kepada keduanya, tanpa pelatih seperti mereka Ia hanya akan bersembunyi dibalik gemerlapnya ‘Gianluigi lama’. Namun, Mino Raiola agen yang terkenal mata duitan itu sempat membelah harmonisnya hubungan Gianluigi Donnarumma dengan pihak klub AC Milan. Raiola meminta agar kliennya itu digaji dengan harga yang lebih tinggi sesuai dengan kontribusi yang sudah diberikan. Hal semacam ini menjadi lumrah karena agen Raiola kerap menangani pemain super di Eropa.
AC Milan harus bisa mengatasi Mino Raiola, kerena menyoal loyalitas, agaknya Gianluigi yang ini sama seperti Gianluigi di Juventus. Ia takkan berpaling dan mencintai satu klub saja. Kadar bahagia Donnarumma berlipat-lipat ketika berada di Milan, uang saja tak cukup untuk membelah kecintaannya terhadap klub yang sarat sejarah itu. Jika Ia tidak bahagia dengan pindah ke klub lain, bisa jadi karirnya di Timnas pun akan berakhir tidak bahagia.
Kita tahu hidup dan kontroversi Mino Raiola, kata ‘pemerasan’ seringkali dialamatkan kepada pria kelahiran 1967 silam itu. Sebetulnya agak kurang berkenan ketika Gianluigi Donnarumma berada dibawah naungan agen Raiola. Faktor non-teknis akan sangat memengaruhi perjalanan karir Gianluigi Donnarumma yang masih sangat panjang, karirnya tidak hanya untuk AC Milan saja, namun untuk Italia. Jadi, seluruh stakeholder sepakbola Italia perlu menjaga-nya dari Raiola-Raiola yang terkutuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H