Mohon tunggu...
Gigih PN
Gigih PN Mohon Tunggu... Akuntan - Kepala Keluarga

Mas - mas biasa Penduduk Urban Kota Magelang,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jogja Menuju Senja

24 Juli 2024   17:48 Diperbarui: 24 Juli 2024   17:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali menyusuri jalan malioboro, baginya seperti berziarah ke cerita masa lalu yang sudah mati, seolah menabur bunga diatas makam harapan yang sudah tak mugkin bisa hidup kembali.

Karena memang sebenarnya Alena tidak ingin kembali ke jogja, kota yang memang penuh duka, baginya.

#InginLupa

Manusia mana yang bisa tahu jalan takdir akan seperti apa. Begitu juga Alena, ia juga tak menyangka akan kembali ke jogja. Salah satu kota yang masuk dalam daftar kota ternyaman untuk hidup di masa tua, namun tidak untuknya.

Setibanya Alena dirumah Yani, Alena pun sudah disambut hangat oleh ibu Yani. Namun Ibunya yang sedang nampak bergegas pergi karena ada keperluan, kemudian langsung mempersilahkan alena untuk istirahat. Sebelum Ibunya pergi, beliau berpesan ke Yani untuk jangan lupa segera mengajak Alena makan seberes mandi.

Setelah mereka selesai mandi, Yani pun mengajak Alena untuk makan malam. Di sela waktu makan, mereka pun mengobrol sampai terbahak -- bahak, bernostalgia cerita sewaktu masa kuliah. Hingga pada akhirnya sampailah Yani memberanikan diri bertanya kepada Alena perihal pasangannya sekarang.

Sejenak Alena terdiam, mengambil nafas lalu mulai bercerita, bahwa ia masih belum bisa membuka hati untuk siapa pun. Meskipun sudah ada lelaki yang mendekatinya. Ia masih belum bisa melupakan Lukman. Seseorang yang masih tersimpan rapi dalam sudut ruang hatinya, seorang laki -- laki yang sedang dia upayakan untuk lupa.

Obrolan mereka pun agak sensitif, namun Alena bercerita dengan kondisi yang sudah lebih kuat daripada lima tahun sebelumnya. Bercerita tanpa berurai air mata, menunjukan bahwa ia sekarang sudah lebih tangguh untuk menerima keadaan dan lebih kuat untuk menjalani kenyataan, walaupun sampai sekarang ia menjalani hidup dibelakang bayang -- bayang kenangan, dan belum mampu melupakan Lukman.

Tak lama kemudian setelah makan, mereka lalu bersiap -- siap untuk istirahat.

#Apakabar?

Di pagi cerah yang masih berselimut embun, Alena terbangun oleh suara kicau burung dibalik jendela kamar. Bergegas Alena beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Tidak dengan Yani, seberes Alena keluar dari kamar mandi, Yani baru membuka mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun