Mohon tunggu...
Gigih Alfajar
Gigih Alfajar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seni

Pengelana tanpa pelana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sumbawa dan Pengembaraan Musikal

20 Februari 2023   20:54 Diperbarui: 20 Februari 2023   21:29 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak kedatangan saya pertama kali di Sumbawa yang hampir genap setahun, Sumbawa banyak memberikan keindahan alam dan sambutan hangat masyarakatnya. Saya yang gemar melangkah jauh dari rumah merasakan betapa pesona geografisnya yang masih jarang dijamah banyak orang sungguh luar biasa. Akan tetapi kedatangan saya di Sumbawa bukan semata-mata untuk plesir melainkan berkerja, mencari uang dengan modal mengandalkan ilmu musik yang seadanya. Selain itu, sejauh ini tentunya saya juga masih harus lebih beradaptasi terkait kebudayaan dan cara pandang masyarakat terhadap sesuatunya.

Salah satu yang menjadi perhatian saya selain alamnya adalah seni. Sebagai lulusan magister seni yang belum ‘ada apa-apanya’, memang merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari studi saya mengenai estetika khususnya music. Sebab bagaimana saya bisa diberi tanggung jawab mengajar jika saya sendiri tidak mengenal terlebih memahami praktik musik di Sumbawa. Singkat cerita saja, sejauh ini, kalau boleh saya jujur perkembangan music di Sumbawa masih memiliki minat yang sedikit dari masyarakat yang memang menetap di sini. Bahkan ada perbedaan sedikit kontras jika dibanding tetangganya, Lombok. 

Minimnya minat berdampak pada pertumbuhan musik di Sumbawa yang terkesan biasa saja. Hal tersebut jadi memungkinkan pandangan terhadap praktik bermusiknya yang masih sebatas band-bandan atau “jrang-jreng”. Padahal masih ada music tradisional, meski masih harus dikembangkan dan dipelajari lebih jauh. Sangat disayangakan apabila keragaman hayati yang dimiliki Sumbawa tidak berbanding lurus dengan tumbuh kembangnya musik di sini. Mungkin, bisa jadi, motivasi berdirinya prodi musik di Sumbawa ini adalah merangsang pertumbuhan musik di Sumbawa.

Saya mengajar tepatnya di prodi musik yang belum lama bergabung di Universitas Teknologi Sumbawa. Di situ saya secara tidak langusng banyak mengamati situasi hubungan masyarakat dengan musik. Dari beberapa perkuliahan yang dilewati, tampaknya prodi musik ini memiliki beban yang tak sedikit jika harus menghadapi persoalan minat musik yang minim dan akses yang terbatas. 

Saya tak ingin membandingkan dengan kampus di Jawa di mana minat musik mahasiswanya sudah tumbuh sejak mereka sekolah, karena tidak akan ada habisnya. Sederhananya anggaplah hal ini adalah persoalan tersendiri dan tantangan tiap-tiap kampus yang baru berdiri. Syukurnya melalui kegiatan kampus, saya melihat ada kesempatan dan celah untuk menyuburkan musik di Sumbawa.

Kemarin belum lama, melalui program Merdeka belajar, saya yang ditunjuk sebagai pengampu program tersebut terlibat dalam mengarahkan mahasiswa menerapkan perkuliahan di sekolah menengah. Saya dan beberapa mahasiswa dua disiplin yakni musik dan informatika kebagian tugas di SMKN 1 Sumbawa. Membaca situasi sebelumnya terkait situasi musik di pulau ini, hal yang tepat untuk menanamkan minat music adalah dari usia dini yakni dari mereka bersekolah. Dengan begitu tumbuhnya kesadaran musikalitas akan semakin tinggi jika dimulai lebih awal.

DOKTRIN MUSIK DAN TEKNOLOGI

Jika menggunakan termonologi Yunani, kata teknologi berasal dari techne yakni keterampilan menghasilkan sesuatu entah itu dari tangan langsung ataupun alat. Namun pandangan masyarakat hari ini, teknologi selalu dikaitkan dengan sesuatu yang sophisticated atau yang bernuansa komputasi dan robotik, berbeda dengan Yunani yang mulanya menyematkan kata teknologi terhadap penciptaan karya seni. Di luar kesimpangsiurannya, jalan tengah yang ditawarkan untuk memahaminya adalah kebermanfaatan teknologi itu sendiri yakni sebagai kecakapan untuk mempermudah urusan manusia di kehidupannya.

Kita sekarang berhadapan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, mulai dari zaman mesin uap, mesin hingga internet seperti yang kita rasakan saat ini. Beberapa pandangan meyakini, yang akan kita hadapi di hari esok adalah dunia A.I atau Artificial Intelligence. Maka persiapan dengan hal yang bertaut dengan komputasi menjadi keharusan dalam Pendidikan. Kembali ke pembahasan sebelumnya, Sumbawa yang memiliki tantangan musik tersendiri juga harus mempersiapkan diri dalam mengikuti arus perkembangan teknologi masa depan sejak dini. 

Berdasarkan latar belakang masalah demikian, dalam program merdeka belajar terbesit gagasan untuk mengarahkan siswa dalam pengajaran musik koding. Sebuah kesempatan yang terbaik untuk menanamkan ide musical dan teknologi sekaligus. Saya hanya mengarahkan, mahasiswalah yang bergerak mengeksekusi dan mengembangkan ide tersebut kepada siswa SMK sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Mereka bergerak kolaboratif dari dua disiplin yakni music dan informatika dalam pembelajaran siswa.

Musik koding sebagai gagasan tersebut hanyalah salah satu dari domain musik yang begitu luas. Entah itu secara kebetulan atau tidak, gagasan tersebut dirasa merupakan langkah tepat sebagai pendekatan awal memahami musik dan teknologi. Selain itu, saya berharap dengan dilakukannya hal tersebut kedepannya akan tumbuh minat music yang beragam, bahkan lebih jauh akan segera tumbuh gagasan-gagasan baru dalam dunia music yang tentunya lebih relevan dalam situasi kebudayaan di Sumbawa.

Pada mulanya gagasan tersebut hanyalah formalitas saja, ternyata minat siswa tumbuh dengan baik. Terlihat dari konsistennya mereka berlatih setiap jam sekolah berakhir. Yang lebih mengagetkan saya, mereka menemukan banyak formula dengan mandiri, artinya pemahaman dan minat mereka sungguh memiliki potensi yang besar, hanya saja peran para pendidik dan lingkunganlah yang menentukan untuk mendukung mereka.

Setelah dua bulan berlatih dengan pendampingan mahasiswa music, akhirnya mereka mementaskan hasilnya. Secara keseluruhan cukup mengejutkan saya, berjumlah lima orang siswa SMK tersebut memainkan komposisi live coding satu di antarnya adalah siswa perempuan. Melihat mereka bermain mementasakan di Expo Universitas Teknologi Sumbawa membuat saya semakin yakin, bahwa besar potensi musik-musik yang beragam akan tumbuh di pulau ini.

KEBERLANJUTAN

Jikalau hanya sebatas pementasan sebagai tujuan akhirnya maka perjalanan music akan berhenti begitu saja. Maka saya mencoba mengajak siswa SMK tersebut untuk melanjutkan minatnya di dalam musik koding. Kebetulan saya memiliki sahabat yang memang pentolan musik koding di Jogjakarta. Beliau juga yang meracuni saya untuk mencoba mencicipi musik koding. 

Kala itu di tahun 2019, di sepersinggahan saya dari Tanjungpinang, kami membuat diskusi di Rumahitam yang notabene bekas kontrakan saya yang baru didiami teman-teman. Hal yang menarik di sini, dia dengan modal keahlian kodinganya sedang saya hanya bermodal keberanian membuat kegiatan tersebut. Namanya Rangga Purnama Aji, dia pendiri Paguyuban Algorave Indonesia, yang fokus bermusiknya dalam ranah kreatifitas musik dan alogaritma, dengan kata lain boleh dikatakan musik yang ruwet. Sejak pertemuan saya dengannya, referensi terkait domain musik yang begitu luas semakin terejawantahkan pada diri saya.  

Pada malam hari, tanggal 6 Februari 2023 sekitar dua minggu sejak pementasan siswa SMK di Expo, kami mengadakan online meeting. Inti dari pembahasan itu Rangga mengenalkan “platform” musik koding yang beragam. Di antara siswa yang terlibat adalah siswa jurusan Teknik Komputer Jaringan dan Rekayasa Perangkat Lunak. Dari jurusan mereka sesungguhnya sudah terlihat bahwa minat mereka berdasarkan hal yang sama, yakni Algorimta, hanya saja peran musik menyusup memberikan jalan lain untuk memperdalam kreatifitas mereka. 

Di akhir sesi, mereka bertukar kontak, karena yang tidak kalah penting siswa SMK telah berkenalan dengan Rangga, sisanya biar mereka mengembangkan minatnya sendiri dan terhubung secara mandiri. Saya hanya memfasilitasi dan saya harap mereka nanti menjadi salah satu mortir perkembangan alternatif musik Sumbawa di masa yang akan datang. Dengan begitu domain musik yang beragam akan tumbuh subur di sini, sehingga menambah keindahan serta pesona tersendiri di pulau ini selain keindahan alam yang telah saya sebutkan di awal.

Inti dari tulisan ini sebetulnya hanyalah sebatas catatan perjalanan mengenai kesan awal saya datang di Sumbawa. Kota di pulau ini tidak seramai kota di pulau Jawa dan Tanah kelahiran saya, Kalimantan Barat. Meskipun demikian, masyarakat dan keindahan alam pulau ini menyimpan banyak potensi yang sangat besar untuk dipelajari dan dihayati. 

Belum lagi tradisinya yang beragam dan khas. Selain itu, Kehadiran saya di pulau ini terkait erat dengan berdirinya program studi musik di Universitas Teknologi Sumbawa. Berdirinya kampus ini tentu saja tidak dapat dipandang sebelah mata. Di antara perbukitan dan deretan pohon yang menjulang, kampus ini boleh jadi menjadi salah satu pilar peradaban masyarakat Sumbawa untuk semakin bersaing dan selalu siap menjawab tantangan teknologi dan pendidikan di masa depan. Tidak hanya alamnya tapi manusia dan kebudayaannya juga akan semakin berkembang lebih jauh, sejauh ombak menghantam tepian dari tengah lautan.

Terima kasih sudah membaca, Saya yang gemar melangkah jauh dari pintu rumah ini selalu berharap ada hal yang saya pelajari dan dibagikan di bumi Tambora ini. Entah sampai kapan saya juga tidak tahu.
Tabe’!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun