Mohon tunggu...
Gigih Prayitno
Gigih Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Masih belajar agar dapat menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Mundur dari PAN Menuju PSI, Mampukah Faldo Maldini Maju di Pilkada Sumbar?

5 Oktober 2019   15:52 Diperbarui: 22 November 2019   08:02 3073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faldo Maldini | Tribunnews

Kabar terbaru dari politisi muda Faldo Maldini resmi mundur dari partai yang telah memberinya banyak ruang dan membesarkannya dari bawah, Partai Amanat Nasional (PAN).

Pengunduran diri Faldo ini setelah dia berkonsultasi sebanyak dua kali dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan tiga kali dengan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Suparno.

Melalui surat pengunduran diri yang ditulisnya, Faldo mengungkapkan alasan dia mundur dari dari kepengurusan PAN karena ia ingin fokus ikut dalam pemilihan kepala daerah di Sumatera Barat.

Tidak hanya itu, Faldo mengungkapkan sudah ada dukungan dari partai politik lain kepadanya untuk mencalonkan diri ke Pilkada Sumatera Barat yang akan berlangsung tahun 2020 mendatang.

Faldo Maldini, politikus muda pernah menjadi oposisi tersebut kini mendekat dengan partai yang menjadi lawan politiknya dan mengusung Jokowi, Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ini adalah bukti bahwa politik di Indonesia sangat cair, tidak ada musuh atau sekutu yang abadi ketika sedang berada dalam dunia politik, begitu juga dengan Faldo.

Sepak terjang Faldo Maldini menjadi oposisi untuk melawan tim sukses Jokowi pada Pilpres 2019 yang lalu sudah terlihat dan diakui oleh publik.

Sebelumnya ia duduk sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional dan juga sebagai Juru Bicara Termuda BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo-Sandi.

Ketika masa kampanye pemilihan presiden, Faldo justru lebih banyak mengkampanyekan Prabowo-Sandi dibandingkan dirinya sendiri, bisa jadi ini salah satu alasan Faldo tidak lolos untuk masuk ke Senayan.

Menjadi garda terdepan di BPN, Faldo terlihat banyak tampil di televisi dalam diskusi dan perdebatan-perdebatan panas dari kedua kubu.

Selain itu, di sosial media Faldo juga sering berselisih pendapat dengan para pendukung Jokowi, sebut saja Tsamara Amany, Ryan Ernest hingga komedian Arie Kriting. Mereka kerap menjadikan diri mereka sebagai panggung untuk ditonton oleh masyarakat yang sedang puber politik.

Dan saat ini, terlihat seperti mengejutkan Faldo yang awalnya menjadi oposisi justru malah berbalik mendekat di partai koalisi pemerintah (PSI).

Sebelumnya, koran lokal Sumatera Barat, Harian Umum Independen Singgalang edisi Rabu 18 September 2019 muncul iklan yang berisi foto Faldo menggunakan kemeja putih dan peci hitam, dan di samping gambar Faldo terlihat tulisan "Sumangaik Baru" dan logo dari PSI.

Tidak hanya iklan di koran lokal, pada beberapa titik di Sumatera Barat terdapat beberapa reklame besar iklan Faldo Maldini dengan logo poster PSI.

Beberapa hari setelahnya, Faldo Maldini dan beberapa politikus dari PSI seperti Tsamara Amany, Dara Nasution dan Cakra Yudi Putra menggugat UU Pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Yang digugat oleh Faldo dan para politisi dari PSI ini adalah syarat minimal usia untuk pencalonan kepala daerah.

Dalam UU Pilkada disebutkan syarat minimal untuk mencalonkan kepala daerah adalah 30 untuk cagup/cawagup dan 25 tahun untuk cabup/cawabub.

Sedangkan tahun depan, tepat sebelum mendaftarkan diri sebagai cagub/cawagub Sumatera Barat usia Faldo 30 tahun kurang 1 hari, dan Tsamara dan Cakra berusia 23 tahun sedangkan Dara berusia 24 tahun.

Gugatan UU Pilkada tersebut dikuasakan pada kuasa hukum PSI Ryan Ernest Tanudjaja.

Faldo dan PSI di Pilkada Sumbar 2020

Iklan Faldo di Koran Lokal | Twitter/gigihprytn
Iklan Faldo di Koran Lokal | Twitter/gigihprytn

Akan mencalonkan diri pada Pilkada Sumatera Barat 2020, Faldo menggunakan kendaraan baru, PSI, tentu bukan hal yang mudah baik untuk PSI maupun Faldo Maldini sendiri. Ada banyak permasalahan politis seperti pemetaan politik di Sumbar yang terlihat sederhana namun justru berat.

Faldo Maldini sebagai politikus muda, meskipun berasal dari Sumatera Barat tidak serta merta mempunyai elektabilitas yang besar di Sumatera Barat, lagi pula pada Pileg 2019 yang lalu Faldo bukan caleg dari Sumbar tetapi justru Jabar V.

Tantangan terbaru dari Faldo, yang pertama kali akan maju Pilkada di daerahnya namun dengan pengamatan politik yang masih belum terpetakan.

Masalah lainnya adalah Faldo maju dengan PSI sebagai partai pengusungnya. Pertama Faldo akan dianggap "penghianat" atau "kutu loncat" yang akan akan menjadi serangan utama untuk lawannya nanti.

Namun sebelum sampai di sana, untuk bisa mencalonkan diri ke Pilkada Sumbar ada beberapa hal yang harus dilalui oleh Faldo dan PSI.

Pertama, PSI adalah partai tidak mendapatkan kursi di Sumatera Barat karena terganjal ambang batas minimal presidential threshold. Padahal untuk maju ke Pilkada melalui partai politik, setidaknya parpol atau koalisi parpol tersebut mempunyai kursi minimal 20 persen di DPRD.

Ini artinya, PSI harus mencari koalisi dan melobi beberapa "partai besar" di Sumatera Barat dengan deal-dealan politik yang terjadi di belakangnya. Tentu saja ini tidak mudah melihat PSI tidak mempunyai nilai tawar yang besar di Sumbar yang bisa saja akan dipandang sebelah mata.

Atau cara lainnya adalah Faldo maju sebagai calon independen non-partai yang syaratnya juga tak mudah, yakni harus mengumpulkan suara dukungan 7,5 persen dari daftar pemilih tetap (DPT) di Sumbar.

Diketahui DPT Sumatera Barat sebesar 3,7 juta, jadi setidaknya Faldo harus mendapatkan dukungan sebanyak 277.500 suara terlebih dahulu baru bisa mencalonkan diri di Pilkada Sumbar 2020.

Faldo dan PSI Faldo harus mendapatkan dukungan dari warga Sumbar dengan rentang waktu yang tidak panjang, yakni sekitar 9 bulan.

Tantangan lainnya yang juga tak bisa dihindarkan adalah, Faldo harus bertarung di Sumatera Barat yang pada Pilpres 2019 mayoritas penduduknya adalah pendukung Prabowo-Sandi.

Berdasarkan rekapitulasi suara dari KPU, di Sumbar pasangan Prabowo-Sandi menang telak dengan 85,95 persen suara dan Jokowi hanya mendapatkan 14,05 persen suara.

Sepertinya akan banyak masyarakat Sumbar yang menganggap Faldo sebagai penghianat, padahal akan lebih mudah mendapatkan suara bila Faldo maju lewat PAN, tapi PAN sendiri akan gamang di PAN Faldo sendiri "kurang modal".

Bila maju secara independen Faldo dan PSI harus mengumpulkan dukungan suara 277.500 pendukung, hal ini bukan hal yang mudah terlebih PSI sebelumnya mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin habis-habisan.

Belum lagi ideologi dari PSI yang cenderung lebih terbuka dan "liberal" menjadi tantangan lainnya dimana sebagian besar masyarakat Sumatera Barat cenderung konservatif.

Bagaikan Daud melawan Goliath, si kecil melawan raksasa, dengan beragam tantangan yang  tidak mudah kita menunggu apa strategi Faldo Maldini untuk memenangkan medan peperangan di Pilkada Sumatera Barat 2020.

Atau ini hanya gimmick politik dari Faldo Maldini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun