Peristiwa tersebut tak ayal menjadi nilai tambah pada persona Jokowi yang mengusung narasi perasaan yang dianggap tak berjarak dengan rakyatnya.
Selain itu, bila kita perhatikan dengan seksama selama kampanye ini, intensitas publikasi narasi perasaan haru tentang orang-orang yang menangis karena keinginannya bertemu Jokowi terpenuhi itu lebih banyak dibandingkan pada sisi Prabowo itu sendiri.
Selama ini di pihak Prabowo, ketika sedang berkampanye seperti tidak terlihat momen yang mengharukan. Bila pun ada jumlahnya tidak sebanyak Jokowi.
Kenapa hal ini bisa mempengaruhi suara yang masuk ke Jokowi? Karena di Indonesia sendiri narasi siapa yang paling bisa menyentuh perasaan dialah yang berpotensi memenangkan kontestasi. Dan Jokowi melakukan itu.
Privilege Sebagai Seorang Petahana
Sebagai seorang petahana, Jokowi mempunyai keuntungan tersendiri yang tidak bisa dilakukan oleh Prabowo, yakni membuat keputusan-keputusan strategis yang secara tidak langsung menguntungkan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Setidaknya selama masa kampanye, Jokowi tidak cuti menjadi presiden, hal tersebut adalah sah dan dijamin oleh undang-undang.
Ketika pada masa kampanye, Jokowi sebagai presiden sendiri membuat beberapa keputusan yang sangat taktis dan strategis untuk memicu suara yang masuk seperti menaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan aparatur kepolisian, tidak hanya PNS dan Polri, Jokowi juga menaikan gaji tentara TNI.
Tidak hanya itu, Jokowi juga meneken Peraturan Presiden (PP) terkait gaji perangkat desa setara dengan PNS golongan IIA. Selain itu Jokowi juga meneken PP tentang pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) 2019 dan juga gaji ke-13 untuk para PNS atau ASN yang ditargetkan akan cair mendekati hari raya.
Meskipun dikatakan keputusan yang dibuat oleh Jokowi sebagai Presiden dengan tujuan kepentingan masyarakat dan tidak mengandung unsur politis, namun kita tidak bisa memungkiri hal ini secara tidak langsung menguntungkan dari Jokowi dan sangat politis sekali.
Apakah keputusan Peraturan Presiden ini menyalahi aturan? Tentu saja tidak. Apakah etis? Semua tergantung dari perspektif masing-masing. Namun secara sekarang Jokowi-Ma'ruf Amin memenangkan kontestasi ini.
Jokowi Tidak Blunder
Prabowo beserta dengan tim suksesnya sebenarnya sudah salah dalam memulai kampanye, yakni terkait kasus Ratna Sarumpaet yang secara tidak langsung berpengaruh besar terhadap kepercayaan kepada Prabowo menjadi bekurang.