Jokowi mengungkapkan bahwa Ibu Siti Jariyah yang berasal dari Bekasi tersebut adalah satu contoh sukses program pemerintahan yang bernama Program Keluarga Harapan (PKH)
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dalam pidato kebangsaannya di Sentul International Convention Center (SICC) pada Minggu 24 Februari 2019 yang lalu, menyebutkan beberapa nama salah satunya adalah Ibu Siti Jariyah.
Dalam pidato kebangsaannya tersebut, Jokowi mengungkapkan bahwa Ibu Siti Jariyah yang berasal dari Bekasi tersebut adalah satu contoh sukses program pemerintahan yang bernama Program Keluarga Harapan (PKH).
Jokowi mengatakan bahwa dahulu Bu Siti dan suami berkekurangan dalam membiayai hidup anak-anak mereka, kemudian pada tahun 2015 di berjualan lontong sayur yang dibantu oleh PKH dan usahanya pun berkembang pesat.
Jokowi melanjutkan bahwa saat ini Bu Siti sudah menerima pesanan katering untuk kantor dan acara pernikahan, serta anak-anaknya juga sudah bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah.
"Artinya Bu Siti sudah lulus dari PKH. Ini hebat. Inilah contoh dengan bekerja keras tidak kenal menyerah, optimis, maka bisa sejahtera. Maka bisa memajukan ekonomi keluarganya."Â kata Jokowi diiringi dengan riuh tepuk tangan dari para pendukungnya.
Apa itu Program Keluarga Harapan (PKH)?
Keluarga miskin yang mendapatkan PKH memiliki beberapa ketentuan-ketentuan khusus seperti memiliki anak berusia 0-6 tahun, atau memiliki anak berusia kurang dari 18 tahun dan belum menyelesaikan pendidikan dasar SD dan SMP, atau juga ibu yang sedang hamil.
Bantuan tunai yang PKH diberikan kepada keluarga miskin ini berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 2,2 juta per tahun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bantuan tersebut menjadi insentif bagi keluarga yang sangat miskin untuk dapat mengakses layanan pendidikan dan kesehatan, dua faktor fundamental dalam pemenuhan kesejahteraan keluarga.
Berbeda dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kita juga mengenal bantuan tunai yang bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang juga memiliki kinerja yang hampir mirip, yakni memberikan bantuan tunai kepada keluarga miskin.
Namun PKH berbeda dengan BLT, perbedaannya itu terlihat dari kematangan perencanaan PKH.
Selain pelayanan dalam pemenuhan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang dirangkum dalam kesejahteraan sosial, PKH juga turut serta bersinergi dalam progam bantuan komplementer lainnya seperti subsidi energi, ekonomi, perumahan dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.
Oleh karena itu, perencanaan konsep PKH ini dibuktikan dengan saling taut antar lembaga seperti Kemensos, kemendikbud, Kemenkes, Bulog, KemenESDM hingga PLN dengan tujuan mensejahterakan kelompok keluarga sangat miskin.
Pendampingan ini bertujuan agar dalam waktu paling lama 3 tahun para peserta PKH bisa melakukan graduasi, yakni kondisi keluarga yang awalnya masuk dalam PKH sudah tidak lagi memiliki status ekonomi yang miskin.
Pendampingan-pendampingan yang dilakukan seperti pelatihan keterampilah baik melalui Bimsos, FDS maupun berbagai keterampilan lain yang diharapkan para peserta PKH bisa lebih mandiri dan melakukan graduasi.
PKH pun sudah menunjukkan hasilnya, berdasarkan data dari keluargaharapan.com yang diambil dalam evaluasi World Bank terdapat peningkatan konsumsi perkapita dan pengeluaran makanan di tahun 2015 hingga 2016.
Lalu indeks peningkatan akses terhadap fasilitas kesehatan setelah menerima PKH juga terjadi dengan angka yang cukup signifikan di tahun 2016.
Sedangkan untuk dunia pendidikan tercatat sekitar 743 anak memperoleh peringkat 10 besar di sekolahnya yang terdiri dari 356 anak di SD/MI, 188 anak di SMP/MTs, dan 199 anak di SMU/MAS. (Data dihimpun dari 18 kabupaten/kota di 17 provinsi).
Hal ini belum masuk beberapa usaha mikro kecil menengah (umkm) yang tercipta dan menjadi penggerak ekonomi keluarga akibat dari Program Keluarga Harapan seperti Ibu Siti Jariyah yang diceritakan oleh Jokowi pada kesempatannya ketika memberikan pidato kebangsaan tersebut.
Program Keluarga Harapan menjadi satu tombak penting untuk menciptakan kemandirian bagi para keluarga miskin untuk bisa berdiri sendiri dan mulai menciptakan sebuah harapan baru untuk keluarga mereka.
Dengan pemenuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, serta kebutuhan mendasar lainnya membuat beban yang harus dibawa menjadi tidak begitu berat dan mulai untuk berfokus membangun kembali sebuah keluarga yang keluar dari zona kemiskinan dan mulai membangun zona baru yang lebih makmur.
Meskipun begitu langkah yang harus ditempuh oleh PKH untuk memenuhi tujuan dalam mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi di Indonesia masih terlalu jauh, namun hal tersebut perlu diapresiasi karena program ini melangkah ke arah yang benar.
Dengan menjangkau kaum miskin bawah dan mengurangi beban pengeluaran untuk meningkatkan kemandirian keluarga, ada satu hal yang terjangkau oleh Program Keluarga Harapan, yakni mempersiapkan anak-anak yang mampu bersaing di ranah global terlebih dengan revolusi industry 4.0 yang didengung-dengungkan oleh pemerintah saat ini.
Efektivitas dari kinerja PKH di dunia kesehatan dan ekonomi sudah terlihat dengan baik, namun dalam dunia pendidikan masih membutuhkan usaha yang lebih keras lagi, karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dibanding dengan lini kesehatan dan ekonomi.
Hal ini ditunjukkan dengan angka penerima PKH yang berusia sekolah dengan jumlah anak yang berprestasi dan juga siswa KPM yang masuk ke dalam perguruan tinggi masih rendah.
Oleh karena itu, dalam program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh PKH selanjutnya tidak hanya sekadar menambah anggaran dan jumlah peserta KPM dalam PKH, tapi juga meningkatkan sisi pendidikan yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada mereka yang berusia sekolah untuk menjadi lebih siap ketika menghadapi tantangan di era yang sudah berbeda.
Perpaduan dari tiga segmen ekonomi pendidikan dan kesehatan menjadi tiga dasar pilar penting yang harus diusahakan oleh pemerintah dalam Program Keluarga Harapan (PKH) untuk menumbuhkan berbagai lini fundamental dari kehidupan agar mereka yang tidak mempunyai privilege mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk menciptakan kehidupan dengan keluarga sejahtera di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H