Sedangkan konsep inovasi ATM (amati, tiru, dan modifikasi) sepertinya kurang bekerja dengan baik untuk di Lembah Harau yang terkesan mengambil jalur cepat dan mudah saja.
Yang paling disayangkan adalah pembuatan bangunan ikonik dan kampung Eropa di Lembah Harau justru jelas-jelas menghilangkan nyawa dari Lembah Harau itu sendiri.
Lembah yang dijuluki sebagai Taman Yosemite-nya Indonesia sudah lahir dengan pesona yang alami yang menawan. Lembah hijau yang diapit dua tebing tinggi serta pesona air terjun yang terletak pada salah satu bukit tersebut sudah menjadi ruh tersendiri di Lembah Harau,
Hanya dengan meningkatkan pengelolaan yang baik, Lemah Harau sudah punya identitas keindahan yang luar biasa.
Apabila ingin dilakukan reformasi yang lebih pada pariwisata di Lembah Harau, seharusnya bagian yang perlu ditingkatkan adalah kemudahan aksesbilitas, pengelolaan yang baik, keramahan dari penduduk sekitar, serta keamanan ketika berwisata.
Terkait kedua belas destinasi Eropa tersebut sudah ada dengan pro dan kontra nya tersendiri dan masih banyak potensi pariwisata di Indonesia yang belum dikembangkan secara maksimal, baik dari pengelolaan akses hingga perawatannya.
Apabila hal ini bisa diwujudkan dengan perpaduan potensi wisata yang berlimpah dan daya cipta kreasi yang lebih menyegarkan tanpa harus kehilangan kita sebagai Indonesia. Maka sektor pariwisata di Indonesia menjadi ujung tombak kekuatan tersendiri.
Bagaimanapun juga pariwisata menjadi sebuah gerbang dimana orang di luar Indonesia bisa mengenal Indonesia yang super kaya dan super indah dengan nilai-nilai identitas yang sudah tertanam dan mengakar dengan sangat kuat baik dari manusianya maupun dari tempat-tempatnya.
Kita sebagai warga negara Indonesia, mempunyai identitas Indonesia, mempunyai nilai Indonesia, baik warga negaranya maupun destinasi wisatanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H