balap F1 sebagai seorang legenda yang sangat karismatik. Selain itu Senna juga dikenal sebagai seorang pembalap yang agresif di lintasan balap. Sangat agresif sehingga sering menimbulkan kontroversi-kontroversi terhadap keagresifannya di dalam lintasan.Â
Ayrton Senna, sebuah nama yang lekat di ingatan para pecintaTapi Sayang juara dunia 3 kali bersama Mclaren ini harus terenggut nyawanya di dalam lintasan ketika dia mengalami kecelakaan di tikungan pertama sirkuit Imola pada 2 Mei 25 tahun lalu. Pada perayaan 25 tahun kepergiannya, saya disini ingin mengenang kembali siapa Ayrton Senna dan hari dimana dunia F1 kehilangannya.
Ayrton Senna Dan Awal Mulanya
Ayrton Senna Da Silva Lahir pada 21 Maret 1960. Senna adalah anak dari pengusaha yang bisa dibilang tekemuka di Sao Paolo Brazil yaitu Milton Da Silva dan istrinya Neide Senna Da Silva.Â
Senna yang mempunyai nama julukan "Beco" di keluarganya ini memulai karir Gokartnya pada umur 13 dan diumur 17 di berhasil memenangkan kejuaraan Gokart pertamanya. Dari situ akhirnya 4 tahun kemudian Senna pindah meneruskan karirnya di Inggris ketika dia mengikuti Formula Ford lalu Formula 3 Inggris yang pada saat itu dia bersaing dengan mantan pembalap dan sekarang komentator dan jurnalis terkenal F1 Martin Brundle.
Senna pada tahun 1984 akhirnya memulai karirnya di dunia F1 bersama tim Toleman. Setelah menjuarai beberapa kategori balap dibawah F1 seperti Fomula 3 Inggris, dan Formula Ford. Sebenarnya Senna bisa saja gabung langsung dengan tim-tim besar seperti Mclaren, Williams, atau Brabham saat itu.Â
Walaupun Senna sudah melakukan tes dengan berbagai tim tersebut dan membuat hasil yang impresif serta membuat takjub para tim bos, tapi karena ada beberapa hal di luar teknis dari pihak Senna sendiri untuk memilih tim-tim tersebut akhirnya Senna hanya bisa memilih tim Toleman yang pada saat itu terbilang adalah tim yang cukup baru di dunia F1.
Tapi dengan begitu Ayrton Senna bisa memperlihatkan sinarnya dan dengan hebat mempertontonkan kemampuannya kepada dunia dengan tim yang tidak terlalu bagus ini. Semua itu terjadi ketika di GP Monaco 1984. Setelah sebelumnya Senna sudah berhasil mendapatkan poin di balapan GP Afrika Selatan dan GP Belgia, kali ini di GP Monaco dia berhasil meraih podium F1 pertamanya di lintasan jalanan yang sangat basah saat itu.Â
Kemampuannya sangat diperlihatkan ketika dia merangsek naik perlahan-lahan dari posisi kualifikasinya ke 13 bisa sampai ke posisi 2 saat akhir balapan, dan jika bukan karena balapan di berhentikan karena hujan deras dan lintasan yang sangat basah bisa saja Senna memenangkan balapan melewati Alain Prost yang saat itu ketika Alain Prost yang memimpin balapan lambat laun mengalami kesulitan pada keadaan hujan yang terlampau deras.
Setelah GP Monaco, Senna menambahkan koleksi poinnya dengan dua podium lagi di GP Inggris dan portugal. Mengakhiri musim bertengger di posisi ke 9 dengan 13 poin. Hasil yang cukup bagus untuk debutan yang mobilnya kurang kompetitif.
Sinar Senna semakin bersinar ketika pada tahun 1985 dia bergabung dengan tim legendaris Lotus hingga 1987. Dengan Lotus lah Senna mulai bisa memetik buah dari segala kemampuan yang ia punya. Di awali pada GP Portugal 1985 yang didapuk menjadi seri kedua musim itu, Senna berhasil memperoleh pole poisition pertamanya di F1.Â
Walaupun saat balapan esok harinya lintasan tergenang air karena hujan yang lebat melanda, namun itu malah membuat Senna semakin menjadi-jadi membalapanya. Senna akhirnya menorehkan kemenangan pertamanya di tengah lintasan basah GP Portugal setelah berhasil memimpin sepanjang balapan dari awal sampai selesai.
Senna berhasil menambah 5 kemenangan lagi dan mengoleksi total 16 podium dalam kurun waktu 3 tahun bersama tim Lotus. Dan bersama tim Lotus inilah Senna dikenal dengan kecepatannya dalam satu lap ketika dia berhasil mengoleksi total 22 pole position.Â
Senna yang saat itu haus akan kemenangan memutuskan untuk bergabung dengan tim Mclaren untuk tahun 1988 dan akan menjadi rekan setimnya Alain Prost yang saat itu adalah juara dunia F1 sebanyak 2 kali. Ini adalah awal dari 3 juara dunia yang ditorehkan Senna dan rivalitas paling hebat di F1.
Juara Dunia Pertama
Seperti dalam sub judul diatas, Senna berhasil meraih juara dunia F1 pertamanya di tahun 1988. Juara dunia pertamanya dari tiga juara dunia yang ia raih sepanjang karirnya. Memang dia harus jadi juara dunia. Kalau bukan dia ya pasti Alain Prost. Kenapa? Karena memang mobil Mclaren saat itu sangat atau bisa dibilang terlalu dominan.
Mobil Mclaren yang tahun 1988 mempunyai nama Mclaren MP4/4 berhasil meraih kemenangan di 15 seri dari 16 seri yang diperlombakan. Begtu hebatnya mobil Mclaren MP4/4 ini sehingga dibutuhkan suatu ketidak beruntungan untuk kedua pembalapnya tidak memenangi balapan pada musim itu.
Kejadian nyatanya ketika GP Italia saat Prost sudah duluan terhenti balapan karena masalah mesin, Senna yang sedang memimpin balapan secara tidak beruntung harus tertabrak dengan pembalap terbelakang yang akan dia lewati. Menyerahkan kemenangan kepada Ferrari di rumahnya sendiri.
Namun walaupun dominannya Mclaren bisa dilihat membuat F1 sedikit membosankan namun Senna tetap harus berjuang keras untuk mendapatkan juara dunia F1 pertamanya.
Senna pada saat di GP Jepang membutuhkan kemenangan untuk meraih juara dunia pertamanya, malah mengalami masalah saat start. Senna mengalami kendala dan harus turun sampai posisi ke 20an diakhir lap pertama. Walaupun begitu Senna akhirnya lambat laun berhasil melewati lawan-lawannya dan kembali di posisi satu untuk dapat memenangkan GP Jepang serta memenangkan juara dunia F1 pertamanya.
Senna Vs Prost
Tahun 1989 adalah tahun dimana hubungan Senna dan Prost semakin memburuk. Bagaimana tidak, sepanjanga tahun Senna dan Prost mengalami persaingan sengit di lintasan dan persaingan tensi tinggi juga terlihat di luar lintasan. Dari permasalahan bedanya perlakuan mesin Honda yang ada di Senna dan Prost yang ditemui oleh bos tim mereka Ron Dennis di GP Perancis, lalu sampai pada permasalahan dilanggarnya perjanjian antar rekan tim yang dilakukan Senna ketika dia melewati Prost di GP San Marino yang pada saat itu Prost start di depan dan siapapun melewati tikungan satu berada di depan maka rekan setimnya tidak boleh melewatinya lagi dan itu yang dilanggar Senna.
Senna sebenarnya sudah unggul di awal-awal tahun dari Prost di klasemen pembalap, namun masalah-masalah mesin yang menimpa Senna di beberapa balapan dan kesalahan-kesalahannya ketika bertabrakan di GP Brazil dan Portugal membuat Prost melewati Senna di papan klasemen sementara. Tensi tinggi yang dihasilkan inilah yang membuat GP Jepang 1989 menjadi balapan penentuan untuk Senna walaupun sebenarnya setelah GP Jepang ini masih menyisahkan satu balapan lagi di GP Adelaide. Jika dia ingin punya peluang juara dunia 1989 maka Senna harus menang.
Senna pada GP Jepang ini sebenarnya sangat unggul dibanding Prost dengan hasil dua kualifikasi memberikan Senna posisi pertama dengan jarak pada posisi dua yang diisi Prost lumayan jauh yaitu 1,7 detik.Â
Senna di prediksikan dengan hasil kualifikasi itu untuk memenangkan balapan GP Jepang. Pada saat permulaan Prost berhasil melewati Senna menuju tikungan pertama, dan terus berada di depan Senna hingga 10 lap terakhir. Senna yang mulai terlihat tidak sabar karena jika Prost menang maka Prost lah yang akan menyabet gelar juara dunia 1989.
Senna harus melewati Prost, dan dia benar-benar melakukan manuver untuk melewati Prost di tikungan ke 16. Manuver itu terlihat sekilas sangat memaksakan dan akhirnya benar memaksakan ketika Prost tidak melihat Senna yang telah berada di sisi dalamnya ketika ingin memasuki tikungan.Â
Alhasil mereka pun bertabrakan dan memaksa Prost untuk tidak bisa melanjutkan balapan sedangkan Senna walaupun sayap depannya rusak tapi dia tetap bersikeras untuk melanjutkan balapan dengan meminta tolong para penjaga lintasan untuk mendorong mobilnya.Â
Senna berhasil kembali ke lintasan dan melanjutkan balapan setelah melakukan perbaikan di sayapnya dan dia sekarang berada di posisi ke 3. Â Setelah dia berhasil melewati Alesandro Narnini yang berada di posisi 1 di lap ke 50, akhirnya dia berhasil memenangkan balapan GP Jepang.
Namun Senna harus didiskualifikasi dari balapan GP Jepang ini karena Senna melanggar peraturan dengan menerobos satu tikungan ketika dia hendak didorong oleh para penjaga lintasan saat itu.Â
Senna berargumen jika dia tidak menerobos tikungan tersebut lalu kembali ke lintasan dari bagian yang bukan lintasannya akan membahayakan dia, para penjaga lintasan dan pembalap lain yang mungkin bisa menabrak mereka. Namun keputusan diskualifikasi ini bersifat tetap dan kemenangan Senna pun harus dicabut dan dinyatakan tidak sah. Karena hasil itulah maka Prost dinyatakan sebagai juara dunia tahun 1989 atau yang ketiga buatnya.
Senna Vs Prost Bagian 2
Seperti halnya sebuah film seru yang mempunyai kelanjutan-kelanjutan kisah yang lebih seru lagi, Senna dan Prost pun terlibat kisah persaingan yang lebih seru lagi pada tahun 1990. Persaingan ini akan saya sebut Senna Vs Prost Bagian 2. Senna yang masih berada di tim Mclaren berhadapan dengan Prost yang pindah ke tim Ferrari. Kepindahan Prost ini didasari oleh ketidaksukaan Prost dengan perlakuan yang dianggap istimewa ke Senna oleh tim Mclaren.
Pada awal hingga pertengahan musim Senna sudah berhasil memimpin klasemen pembalap dan terpaut jauh dengan lawan-lawannya bahkan jauh dengan Prost. Namun apa yang terjadi di tahun 1990 tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, ketika di fase-fase akhir Senna mengalami sederet ketidak beruntungan dengan masalah mesin dan kecelakaan-kecelakaan serta diperparah oleh Prost dan Ferrari yang kemudian menantang Senna dengan 5 kemenangannya. Dan kembali pertarungan Senna dan Prost harus berlangsung hingga GP Jepang.
Senna yang pada GP Jepang kali ini juga membutuhkan kemenangan atau Prost gagal menyelesaikan balapan untuk dapat merengkuh gelar juara dunia. Pada sesi kualifikasi Senna pun mencatatkan pole position dan diikuti oleh Prost yang berada di posisi kedua. Walaupun Senna secara teoritis sudah melangkahkan satu kaki kearah juara dunia, tapi Senna melihat ada sesuatu yang salah.Â
Jadi setiap tahun dari tahun 1987 atau awal mula Suzuka kembali ke kalender F1, siapapun yang meraih hasil terdepan saat kualifikasi akan menempati posisi grid di sebelah kanan atau dengan kata lain tidak berada di racing line (jalur ideal yang sering dilewati pembalap ketika balapan maupun latihan).Â
Karena tidak berada di racing line itu maka penempatan grid posisi satu akan berpasir atau tidak mempunyai cengkraman aspal yang bagus kepada ban dan itu merugikan tentunya. Sedangkan grid yang berada di racing line akan mendapatkan cengkraman aspal dan ban yang bagus dan itu menghasilkan keuntungan saat permulaan balapan.
Hal inilah yang dirasa oleh Senna sebagai bentuk kesalahan, dan dia memproteskan itu kepada pihak promotor Suzuka untuk memindahkan posisi grid startnnya kesebelah kiri dan posisi kedua di sebelah kanan dengan alasan jika seseorang yang berada di pole position harusnya memiliki keuntungan sesuatu karena berhasil mencatatkan waktu tercepat. Hasil protes Senna pun diiyakan oleh promotor Suzuka dan akan berjanji untuk memindahkan grid posisi satu kesebelah kiri.Â
Namun ternyata dibatalkan oleh FIA dan harus tetap bertahan dengan posisi grid yang tetap sama begitu. Senna pun memprotes dengan mengatakan jika Prost pada permulaan balap akan langsung melewati dia dan berada di depannya, dia akan melakukan apapun caranya untuk melewati Prost di tikungan pertama.
Dan benar apa yang dikatakan Senna, Prost pada awal balapan berhasil melewati Senna sebelum tikungan pertama. Senna yang memang sudah mengatakan akan melakukan berbagai cara dengan resiko apapun untuk melewati Prost pun mencoba menyalip di tikungan pertama walaupun tidak ada celah sedikit pun namun Senna tetap memaksakannya.Â
Hasilnya Senna dan Prost mengalami tabrakan ditengah kecepatan yang lebih dari 200 kilometer per jam dan membuat kedua pembalap tidak bisa melanjutkan balapan. Itu merupakan manuver atau tindakan yang sangat beresiko yang bisa mengakibatkan cedera maupun kematian untuk kedua pembalap tapi tetap harus dilakukan oleh Senna sebagai tindakan "balas dendam" dengan perlakuan tak adil yang menurut Senna di lakukan FIA dan Prost kepadanya di dua tahun terakhir.
Dengan kedua pembalap tak bisa melanjutkan balapan, Senna dipastikan memenangkan kejuaraan dunia F1 musim 1990. Namun cara yang dilakukan Senna menghadirkan pro dan kontra. Prost sendiri mengatakan sangat jijik dengan apa yang dilakukan Senna dan mempertimbangkan untuk pensiun pada saat itu.
Juara Dunia Yang Ketiga
Tahun 1991 adalah tahun yang baik bagi Senna. Pada musim itu Senna berhasil menorehkan 7 kemenangan dan 5 podium dan itu mengantarkan Senna dengan gelar juara dunia ketiganya. Tak ada yang bisa memberikan perlawanan kepada Senna pada musim itu. Prost yang adalah rival Senna mengalami kesulitan bersama Ferrarinya yang mengakibatkan Prost tidak bisa memenangkan satu balapan pun saat itu. Rival terdekat Senna pada musim itu adalah Nigel Mansell dari Tim Williams dengan 5 kemenangannya di paruh kedua musim 1991.
Awal musim berjalan, Senna sudah unggul jauh dengan para rivalnya. Namun lambat laun Mansell dengan Williamsnya berhasil mengejar perlahan-lahan.Â
Kejaran yang dilakukan Mansell sempat membuat Senna cemas, apalagi paruh musim kedua Mclaren Hondanya Senna bukan lagi yang tercepat saat itu. Senna pun meminta para mekanik dan engineernya untuk fokus memperbaiki mobil untuk akhir musim dan akhirnya Senna bisa mengamankan gelar juara dunianya kembali di GP Jepang. Ini adalah ketiga kalinya GP Jepang menjadi tempat atau saksi Senna mendapatkan gelar juara dunianya.
Siapa sangka ini menjadi gelar juara dunia terakhir Senna di ajang F1.
Tahun-tahun Frustasi
Setelah menyabet gelar juara dunia, Senna sebenarnya ingin pindah dan bergabung dengan Williams. Alasannya sederhana karena ketika paruh musim kedua Senna melihat Williams sepertinya akan jauh lebih unggul untuk tahun-tahun berikutnya.Â
Tapi CEO dari Honda saat itu Nobuhiko Kawamoto secara pribadi meminta kepada Senna agar tetap dengan Mclaren untuk satu musim kedepan yang dikabulkan oleh Senna karena rasa loyalitasnya terhadap Honda telah membantu dia selama ini.
Dan benar saja dugaan Senna, tim Williams pada tahun 1992 menjadi mobil yang paling dominan dengan 10 kemenangan dan 11 podium. Mansell pun meraih gelar juara dunia pertamanya dan rekan setimnya berada di posisi kedua.Â
Sedangkan Senna pada musim itu hanya berada di peringkat keempat, dengan 3 kemenangan. Alasan Senna tak bisa bahkan untuk berada di posisi 3 besar klasemen akhir pembalap adalah mobil Mclaren yang mempunyai masalah dengan realibilitasnya. Apalagi kurangnya perangkat-perangkat pendukung performa mobil seperti aktif suspensi dan traksi kontrol.
Pada akhir musim, Senna diperlihatkan oleh pilihan-pilihan yang terbatas ketika dia untuk tahun 1993 tidak mempunyai kontrak dengan tim manapun. Williams untuk tahun 1993 merekrut Alain Prost namun Prost menyetujuinya hanya dengan satu syarat, Williams selama dia membalap tidak boleh merekrut Senna. Membuat pilihan Senna semakin berkurang, Williams, Ferrari dan Benetton tidak bisa dia datangi. Hasilnya untuk tahun 1993 Senna memilih bertahan dengan Mclaren namun dengan kontrak perbalapan bukan kontrak 1 musim penuh yang biasa di berikan kepada pembalap-pembalap.
Mclaren pada tahun 1993 merupakan mobil yang baik dan mempunyai ketahanan mobil yang bagus, namun masalah Mclaren tahun itu ada pada mesin mereka. Keluarnya Honda membuat Mclaren mencari mesin mana yang mau dengan mereka, dan ketika sama seperti Senna pilihan semua terbatas maka Mclaren hanya bisa memilih mesin Ford dan menjadikan Mclaren adalah tim kostumernya Ford bukan tim utamanya karena slot itu sudah diisi oleh tim Benetton.
Tahun 1993 menjadi tahunnya Prost dengan 7 kemenangan dan hanya 2 kali gagal menyelesaikan balapan, jauh meninggalkan Senna di posisi kedua klasemen berbeda 26 poin di antara mereka berdua dengan Senna menyabet 5 kemenangan. Dan dengan hasil ini Prost menyatakan pensiun pada dunia F1 serta Senna akhirnya untuk tahun 1994 bisa bergabung dengan Williams.
Â
Akhir Perjalanan
Tahun 1994 merupakan tahun yang penuh dengan tekanan untuk Senna sebenarnya. Tekanan itu mulai terlihat saat sesi tes resmi F1 ketika tim Benetton yang dikendarai Michael Schumacher diketahui mempunyai mobil yang sama cepatnya dengan Williamsnya Senna. Berbeda dengan dua musim sebelumnya ketika tim Williams benar benar merajai dengan meninggalkan jauh para pesaingnya.Â
Perlu diingat juga untuk tahun 94 ini semua perangkat pembantu seperti aktif suspensi dan kontrol traksi telah dilarang dan hasil itu membuat mobil Williams yang menurut Senna sangat sulit diprediksi dan tidak bisa diberi tekanan untuk melaju lebih cepat. Senna sendiri mengatakan bahwa musim 94 akan menjadi musim yang banyak kecelakaannya dan dia akan merasa sangat beruntung jika kecelakaan tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang buruk.
Senna dalam dua balapan pertama dengan Williams gagal menyelesaikan balapan dikarenakan serangkaian keselahan dan kecelakaan yang terjadi, sedangkan rivalnya saat itu Schumacher berhasil memenangkan kedua balapan tersebut dan membuat jarak di papan klasemen pembalap sementara antara Schumacher dan Senna berjarak sudah 20 poin. Ini adalah awalan musim terburuk Senna sepanjang karirnya di dunia F1 dengan tidak satu balapan pun meraih poin.
Untuk tahun 1994 ini, seri ketiganya berlangsung di lintasan Autodromo Enzo E Dino Ferrari yang berada di Imola Italia. Senna menyatakan bahwa musim 94nya dimulai disini di Imola, berlangsung 14 seri bukan 16 seri. Dan Williams juga telah menyiapkan paket mobil terbaru yang sudah di modifikasi dari dua balapan sebelumnya. Namun siapa sangka seri ini akan menjadi seri dan minggu terkelam F1 sepanjang masa.
Dimulai oleh Rubens Barrichello yang saat itu adalah pembalap muda bertalenta asal Brazil mengalami kecelakaan parah di tikungan Variante Alta pada sesi kualifikasi hari jumat. Senna yang melihat kejadian itu langsung bergegas ketempat dimana Rubens dirawat, dan beruntungnya Rubens tidak mengalami cedera yang parah dan hanya memar ditangan dan sobek di bibirnya.
Lalu pada hari sabtu di sesi kualifikasi kembali pembalap muda Roland Ratzenberger yang kali ini berasal dari Austria mengalami kecelakaan fatal di tikungan Villenueve menuju ke Tosa.Â
Saat itu mobil Ratzenberger membentur tembok secara langsung dari depan dengan kecepatan lebih dari 250 kmh. Impact yang dihasilkan begitu keras sehingga menyebabkan Ratzenberger meninggal seketika karena cedera yang dia derita dikepalanya. Senna saat melihat kejadian tersebut sama seperti kejadian dengan Rubens langsung pergi ketempat perawatannya Ratzenberger.Â
Di tempat itu Senna bertemu dengan Dr Sid Watkins yang adalah dokter resmi dari F1 dan teman baik Senna dan Dr. Sid Watkins menyarankan ke Senna agar segeralah pensiun dan pergi memancing dengan dia. Namun Senna menolak dengan menyatakan bahwa dia tidak bisa pensiun saat ini.
Senna pada sesi kualifikasi berada di posisi pertama, mengalahkan Schumacher yang berada di posisi kedua dengan jarak 0,3 detik. Senna mengawali balapan dengan sangat baik dengan berhasil tetap berada di depan Schumacher. Kecelakaan terjadi dibelakang mereka dan mengharuskan keluarnnya safety car.Â
Beberapa lap setelahnya akhirnya balapan kembali dimulai dengan Senna memimpin dan Schumacher dibelakangnya. Lalu terjadilah kecelakaan itu. Mobil Williams yang dikemudikan Senna kehilangan kendali dan langsung berhadap-hadapan menabrak tembok pembatas di tikungan tamburello dengan kecepatan 190 Kmh. Balapan pun dihentikan sementara dan Dr. Sid Watkins langsung bergegas menuju ke lokasi kejadian.
Dr. Sid Watkins mengatakan dalam sebuah interview bahwa sesaat setelah Senna telah di keluarkan dari mobilnya dan dibaringkan untuk pertolongan pertama, dia melihat Senna seperti mengambil nafas terakhirnya lalu menghembuskannya secara perlahan. Lalu ketika dia melihat pupil mata Senna, Dr. Sid sudah mengetahui bahwa Senna pada saat itu sudah tidak ada. Senna kemudian dinyatakan secara resmi meninggal dunia pada sore harinya di rumah sakit Bologna's Maggiore Hospital.
Senna secara tragis harus mengakhiri hidupnya melakukan hal yang paling dia suka. Bukan hanya dunia F1 saja yang kehilangan namun masyarkat Brazil kehilangan sosok Senna. Karena Senna semasa hidupnya dikenal menjadi pahlawan untuk masyarakat Brazil. Dia sering memberikan sejumlah uang dengan nominal yang cukup besar untuk membantu anak-anak yang kurang mampu. Bahkan beberapa bulan sebelum kematiannya Senna membuat sebuah organisasi kemanusiaan dengan nama Instituto Ayrton Senna (IAS) dan sebuah maskot untuk menghibur anak-anak kurang mampu yang bernama Senninha.
Akibat juga kecelakaan yang merenggut Senna serta Ratzenberger, ajang F1 langsung berbenah pada keselamatan dari para pembalapnya dengan membuat gebrakan-gebrakan pada mobil F1 untuk lebih aman lagi. Hasilnya selama 20 tahun setelah Senna meninggal, hanya satu pembalap saja yang meninggal karena kecelakaan yang adalah Jules Bianchi.
Selamat jalan Ayrton Senna.. 25 tahun kepergianmu tidak membuat namamu hilang begitu saja, bahkan makin melekat dan makin dekat dengan para penggemarmu. Senna Sempre!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H