Kejaran yang dilakukan Mansell sempat membuat Senna cemas, apalagi paruh musim kedua Mclaren Hondanya Senna bukan lagi yang tercepat saat itu. Senna pun meminta para mekanik dan engineernya untuk fokus memperbaiki mobil untuk akhir musim dan akhirnya Senna bisa mengamankan gelar juara dunianya kembali di GP Jepang. Ini adalah ketiga kalinya GP Jepang menjadi tempat atau saksi Senna mendapatkan gelar juara dunianya.
Siapa sangka ini menjadi gelar juara dunia terakhir Senna di ajang F1.
Tahun-tahun Frustasi
Setelah menyabet gelar juara dunia, Senna sebenarnya ingin pindah dan bergabung dengan Williams. Alasannya sederhana karena ketika paruh musim kedua Senna melihat Williams sepertinya akan jauh lebih unggul untuk tahun-tahun berikutnya.Â
Tapi CEO dari Honda saat itu Nobuhiko Kawamoto secara pribadi meminta kepada Senna agar tetap dengan Mclaren untuk satu musim kedepan yang dikabulkan oleh Senna karena rasa loyalitasnya terhadap Honda telah membantu dia selama ini.
Dan benar saja dugaan Senna, tim Williams pada tahun 1992 menjadi mobil yang paling dominan dengan 10 kemenangan dan 11 podium. Mansell pun meraih gelar juara dunia pertamanya dan rekan setimnya berada di posisi kedua.Â
Sedangkan Senna pada musim itu hanya berada di peringkat keempat, dengan 3 kemenangan. Alasan Senna tak bisa bahkan untuk berada di posisi 3 besar klasemen akhir pembalap adalah mobil Mclaren yang mempunyai masalah dengan realibilitasnya. Apalagi kurangnya perangkat-perangkat pendukung performa mobil seperti aktif suspensi dan traksi kontrol.
Mclaren pada tahun 1993 merupakan mobil yang baik dan mempunyai ketahanan mobil yang bagus, namun masalah Mclaren tahun itu ada pada mesin mereka. Keluarnya Honda membuat Mclaren mencari mesin mana yang mau dengan mereka, dan ketika sama seperti Senna pilihan semua terbatas maka Mclaren hanya bisa memilih mesin Ford dan menjadikan Mclaren adalah tim kostumernya Ford bukan tim utamanya karena slot itu sudah diisi oleh tim Benetton.
Â