Mohon tunggu...
GIGI02
GIGI02 Mohon Tunggu... Penulis - Motorsports Enthusiast

Focusing just about Motorsports

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Biar Sekalian Aja.."

26 April 2019   20:11 Diperbarui: 26 April 2019   20:19 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu pagi yang cerah Ibu Anton sedang memasak semur jengkol di dapur kesayangannya, iya kesayangan soalnya didalam dapurnya semua perabotannya dan temboknya warna pink kesukaan Ibu Anton. Sementara si Antonnya sendiri sedang tidur membayangkan makan makanan yang dimasak sama Pevita Pearce di dapur kesayangan Ibunya, iya Pevita Pearce soalnya kan khayalan biar lapernya makin terasa. Lagi asik mengigau ngobrol dengan Kak Pev, eh Anton dibangunin sama Ibunya. 

"Antoooonnn, bangun bangun nak! Udah siang! Pevita gak suka sama laki-laki yang bangun siang. Bangun pagi aja males gimana bangun rumah tangga lu!" Ceplos Ibu Anton bagai motor drag kopongan yang dibawa sama anak-anak bau kencur, kok gitu? Ya iya kan mereka sukanya ngegas melulu.

Karena dibangunkan secara paksa, Anton pun marah ke Ibunya "Apaan sih bu! Katanya udah siang? Ini masih jam sembilan pagi, tukang tipu ih! Pantes Anton kalo bohong suka jago."

"Yaudah iya maaf-maaf. Ini ibu mau minta tolong dulu" Pinta Ibunya.

"Minta tolong apa bu? Anton masih ngantuk ini".

"Ibu kan lagi masak semuk Jengkol kesukaan elu nih ya udah mau jadi nih eh, ibu lupa Jengkolnya belum di beli. Hehehe tolong ya beliin Jengkol di pasar. Buruan keburu abis, nanti kalo abis menu makan kita jadi semur angin." Ngeles ibunya sambil cengengesan ke Anton.

Terkejut Anton terheran-heran. Kok bisa ibunya lagi masak udah mau jadi eh lupa bahan UTAMANYA, tepok jidat lah si Anton. Pergi deh si Anton membeli Jengkol yang ketinggalan di abang-abang jualan di pasar. Ya sekiranya 15 menit kemudian Anton pulang dengan membawa Jengkol yang akan dia makan. Baru aja Anton masukin motor di garasi dan buka pintu rumah, ada si ibu di balik pintu itu sambil senyum-senyum sumringah seperti ngeliat seorang penolong yang ingin menolong ibu.

"Eh Anton hehe, udah pulang ya nton? Hehe, rame gak di pasar?" Tanya ibu yang membuat Anton heran dan bingung.

"Apaan dah bu? Gayanya begitu kayak anak kecil minta jajan tapi maunya pake kode, Anton udah gede udah bisa tahu ibu mau minta tolong lagi kan?" Tegas Anton untuk mempercepat cerita ini kelar.

"Hehe, anak ibu pinter udah bisa tahu ibu mau minta tolong hehe. Ini Anton tadi lupa, tolong juga dong beliin bumbu dapur dong hehe" pinta ibunya dengan memelas dan cengengesan.

"Udah itu aja? Beneran? Ada lagi gak? Biar sekalian aja satu jalan, hemat waktu dan bensin dan tenaga" Tegas Anton mengingatkan ibunya takut jika dia lupa lagi ingin beli sesuatu.

"Oh yaudah nton, ini ibu sekalian dong beliin alat make up ibu yang fondation aja nih di toko yang kemarin. Terus beli air galon satu, satu lagi suruh anter aja sama mereka. Terus beli mie 4 apa aja, sama telurnya 2kg ya buat jaga-jaga. Sama nih duit isi bensin sekalian kan?"

"Ebuset, banyak banget? Mampu gak tuh gue sendirian?" Bingung Anton sama metode sekalian ibu yang kayaknya kebanyakan deh.

"Ya kan kamu yang bilang buat irit waktu, bensin dan tenaga. Udah sana buruan." kata Ibu Anton.

Tidak disangka yang menurut Anton sekalian aja bisa menghemat waktu, tenaga, bensin dan uang bensin itu tidak sebanding dengan belanjaan yang harus dia beli dan bawa pulang kerumah. Susah payah Anton membawa itu semua sendirian tanpa ada bantuan hingga saat sampai dirumah telur-telur seberat 2kg yang anton bawa pun lenyap setengahnya karena terjatuh di jalan ketika Anton berusaha membawa semuanya sekaligus.

Pemilunya Sekalian Saja

Ajakan KPU Kalbar untuk memilih dalam Pemilu Serentak 2019
Ajakan KPU Kalbar untuk memilih dalam Pemilu Serentak 2019
Perumpamaan diatas sama seperti apa yang terjadi dengan pemilu, KPU, dan BAWASLU saat ini. Ketika untuk pertama kalinya pemilihan calon legislatif dari tingkat kota hingga nasional beserta pemilihan umum untuk Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan secara serentak atau bahasa sehari-harinya "sekalian saja". Teorinya memang baik untuk menghemat dari waktu karena diselenggarakan langsung hanya sekali, menghemat uang negara hingga sebanyak 5 sampai 10 triliun rupiah, hingga menghemat tenaga dengan tidak melakukannya sebanyak dua kali dalam kurun waktu berdekatan.

Namun seperti yang kita lihat dari perumpamaan diatas, semua teori yang kita riset dan analisa tidak mungkin 100 persen akan sama hasilnya dengan praktek yang ada. Anggap saja Anton ini sebagai KPU, dengan mengira jika semua dilakukan bisa secara serentak atau "sekalian aja" dan mempunyai benefit yang bagus jika menilik pada riset dan uji-uji analisa yang ada. Ternyata hasilnya jauh dibanding riset tersebut. 

Para anggota KPPS yang bertugas merasa kurangnya tenaga atau anggota tambahan untuk mengcover semua jenis rekapitulasi ataupun dokumen-dokumen yang harus di isi, perumpamaannya sama seperti ketika Anton kewalahan untuk membawa barang-barang belanjaan tersebut sekaligus. Banyaknya anggota KPPS yang meninggal dunia dikarenakan beban kerja yang berlebihan dari pemilu serentak ini, perumpamaan yang sama seperti telur-telur yang berjatuhan ketika Anton mencoba sekuat tenaga untuk membawa semua belanjaan tersebut. Belum lagi akhirnya kerugian-kerugian yang muncul dari pemilu serentak ini, sama seperti kerugian yang Anton rasakan ketika membawa semua barang sekaligus.

Saya pun juga akan setuju jika pemilu diadakan serentak. Ya saya setuju, tapi tidak secara serentak semuanya diambil. Dari tingkat kota hingga nasional. Seharusnya kita memiliki batasan-batasan tertentu. Jika memang tidak mau anggota KPPS masing-masing wilayah itu tidak ditambahkan untuk meringani beban kerja. Saya tau kelemahan menambah pekerja adalah menambah cost untuk pembayaran pekerja, tapi at least mengurangi beban kerja untuk mereka yang terjun dilapangan.

Saya sih punya solusi untuk mengatasi KPU yang maunya sekalian. Bagaimana jika yang diserentakan itu pemilihan Presiden, caleg tingkat nasional atau sebutannya caleg DPR RI dan DPD. Nah untuk caleg-caleg tingkat kota/kabupaten dan provinsi itu dipilihnya serentak dengan pemilihan gubernur? Saya tidak tahu akan bagaimana cost yang akan dikeluarkan jika memang serentaknya seperti solusi saya, tapi jika memang iya ini adalah salah satu bentuk dari "sekalian aja" juga kan? Benefitnya juga banyak tidak hanya untuk KPU tapi juga untuk para calon-calon legislatif yang untuk pemilu saat ini suaranya jauh turun semua dibanding periode saat pemilu tidak diserentakan.

Bagaimana, masih mau "sekalian aja"?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun