"Oh yaudah nton, ini ibu sekalian dong beliin alat make up ibu yang fondation aja nih di toko yang kemarin. Terus beli air galon satu, satu lagi suruh anter aja sama mereka. Terus beli mie 4 apa aja, sama telurnya 2kg ya buat jaga-jaga. Sama nih duit isi bensin sekalian kan?"
"Ebuset, banyak banget? Mampu gak tuh gue sendirian?" Bingung Anton sama metode sekalian ibu yang kayaknya kebanyakan deh.
"Ya kan kamu yang bilang buat irit waktu, bensin dan tenaga. Udah sana buruan." kata Ibu Anton.
Tidak disangka yang menurut Anton sekalian aja bisa menghemat waktu, tenaga, bensin dan uang bensin itu tidak sebanding dengan belanjaan yang harus dia beli dan bawa pulang kerumah. Susah payah Anton membawa itu semua sendirian tanpa ada bantuan hingga saat sampai dirumah telur-telur seberat 2kg yang anton bawa pun lenyap setengahnya karena terjatuh di jalan ketika Anton berusaha membawa semuanya sekaligus.
Pemilunya Sekalian Saja
BAWASLU saat ini. Ketika untuk pertama kalinya pemilihan calon legislatif dari tingkat kota hingga nasional beserta pemilihan umum untuk Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan secara serentak atau bahasa sehari-harinya "sekalian saja". Teorinya memang baik untuk menghemat dari waktu karena diselenggarakan langsung hanya sekali, menghemat uang negara hingga sebanyak 5 sampai 10 triliun rupiah, hingga menghemat tenaga dengan tidak melakukannya sebanyak dua kali dalam kurun waktu berdekatan.
Perumpamaan diatas sama seperti apa yang terjadi dengan pemilu, KPU, danNamun seperti yang kita lihat dari perumpamaan diatas, semua teori yang kita riset dan analisa tidak mungkin 100 persen akan sama hasilnya dengan praktek yang ada. Anggap saja Anton ini sebagai KPU, dengan mengira jika semua dilakukan bisa secara serentak atau "sekalian aja" dan mempunyai benefit yang bagus jika menilik pada riset dan uji-uji analisa yang ada. Ternyata hasilnya jauh dibanding riset tersebut.Â
Para anggota KPPS yang bertugas merasa kurangnya tenaga atau anggota tambahan untuk mengcover semua jenis rekapitulasi ataupun dokumen-dokumen yang harus di isi, perumpamaannya sama seperti ketika Anton kewalahan untuk membawa barang-barang belanjaan tersebut sekaligus. Banyaknya anggota KPPS yang meninggal dunia dikarenakan beban kerja yang berlebihan dari pemilu serentak ini, perumpamaan yang sama seperti telur-telur yang berjatuhan ketika Anton mencoba sekuat tenaga untuk membawa semua belanjaan tersebut. Belum lagi akhirnya kerugian-kerugian yang muncul dari pemilu serentak ini, sama seperti kerugian yang Anton rasakan ketika membawa semua barang sekaligus.
Saya pun juga akan setuju jika pemilu diadakan serentak. Ya saya setuju, tapi tidak secara serentak semuanya diambil. Dari tingkat kota hingga nasional. Seharusnya kita memiliki batasan-batasan tertentu. Jika memang tidak mau anggota KPPS masing-masing wilayah itu tidak ditambahkan untuk meringani beban kerja. Saya tau kelemahan menambah pekerja adalah menambah cost untuk pembayaran pekerja, tapi at least mengurangi beban kerja untuk mereka yang terjun dilapangan.
Saya sih punya solusi untuk mengatasi KPU yang maunya sekalian. Bagaimana jika yang diserentakan itu pemilihan Presiden, caleg tingkat nasional atau sebutannya caleg DPR RI dan DPD. Nah untuk caleg-caleg tingkat kota/kabupaten dan provinsi itu dipilihnya serentak dengan pemilihan gubernur? Saya tidak tahu akan bagaimana cost yang akan dikeluarkan jika memang serentaknya seperti solusi saya, tapi jika memang iya ini adalah salah satu bentuk dari "sekalian aja" juga kan? Benefitnya juga banyak tidak hanya untuk KPU tapi juga untuk para calon-calon legislatif yang untuk pemilu saat ini suaranya jauh turun semua dibanding periode saat pemilu tidak diserentakan.
Bagaimana, masih mau "sekalian aja"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H