Mohon tunggu...
GNathalieL
GNathalieL Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

kita adalah korban sekaligus pelaku dari lingkungan kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Memaklumi

27 Desember 2021   13:04 Diperbarui: 27 Desember 2021   13:06 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang yang paling kesulitan

Adalah orang yang tidak bisa memaklumi dirinya sendiri

Orang yang paling kesulitan

Adalah orang yang tidak bisa melihat bahwa ini hanyalah mengenai jutaan sel rumit yang dialiri daya elektrik

Orang yang paling kesulitan

Adalah orang yang masih berusaha untuk bertanya

Kemana arah ini semua?

Dimana kotak yang aman untuk pion ini menetap selamanya?

Kamu adalah pengelana keras kepala

Yang terus menerus menggerus air keluar dari sungai dengan sepatumu

Yang menyekop debu dengan kuku kuku jarimu di Padang pasir

Berharap ini adalah misi dengan batu mulia nan agung sebagai hadiahnya

Yang bisa kausimpan untuk menjawab seluruh pertanyaan menumpuk di rongga mulutmu

Padahal jawabannya adalah satu kantong pasir dan satu kendi air

Kau butuhkan untuk diaduk dan bawa pulang

Jawabannya adalah pundakmu sendiri,

Kau mesti bertanya padanya

Mana yang cukup? Mana yang sanggup kau pikul untuk hari ini?

Objektifmu bukanlah memuaskan seluruh eksistensimu dalam semalam

Objektifmu adalah memahat satu baris kalimat

Yang menyimpulkan usaha memuaskan hari ini

Satu bulan sekali kau raba lagi,

Saat itulah kau berhak memberi pemaknaan akan perjalanan yang kau tempuh

Kita bergerak dalam roda yang kita percaya dalam perjalanannya ke tempat tak diketahui

Kita adalah mur mur yang dengan senang hati menerima posisinya

Belajar untuk tidak mengetahui lagi, dan tidak mengetahui untuk belajar lagi

Kita memanglah tidak dibentuk untuk memeluk pohon sampai dengan ujung ujung jari bertemu disisi lainnya

Kita dibentuk untuk meraba permukaannya, kagum, dan berpindah ke pohon lain

Kesulitan datang untuk dua alasan

Satu adalah memantik rasa ingin berjuang mu

Satu adalah untuk membuatmu tersenyum di hadapan cermin

Kamu sudah meraup yang jadi bagianmu, saatnya pulang

Mari jangan terlalu banyak simbahkan air mata penuh kebingungan

Mari jangan lepaskan isakan dengan nada bertanya yang kita tahu tak bisa didapatkan hari ini

Menangis saja untuk luka di tanganmu, menangis saja untuk kesepian yang melelahkan

Kau tak bersalah untuk merasa sakit akan hal-hal kecil itu

Tak ada orang dangkal, tak ada orang tak berpengalaman, tak ada orang dungu bila itu menyangkut hak untuk merasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun