PPI Belanda membuat siaran pers yang dirilis oleh berbagai media Indonesia dengan judul
“Pelajar Indonesia di Belanda: Reklamasi Pulau di Teluk Jakarta Itu Ide Kuno”
Isi siaran pers di kalimat pembuka:
Mahasiswa Indonesia di Belanda menyebutkan bahwa rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk melakukan reklamasi pulau dan membentuk Giant Sea Wall sebagai bentuk pertahanan pesisir sebagai ide yang ketinggalan zaman dan sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju, seperti Belanda.
Baru satu kalimat ini saya sudah tercekat, betapa judul dan kalimat ini sungguh menyesatkan bagi mereka yang kurang memahami bagaimana kondisi dan situasi Belanda yang negaranya berada di bawah permukaan laut itu, Buat suami saya yang warga Belanda pengajar teknik sipil basah di Belanda, ataupun anak saya yang mahasiswa sipil bagunan, jelas penyataan itu membuat sakit hati. Seolah ilmunya diinjak-injak oleh Indonesisch studenten dan secara tidak langsung sudah memfitnah para ilmuwan Belanda. Seolah para ilmuwan Belanda sudah salah memberi advis pada Indonesia dengan ilmu yang kadaluarsa. Pemerintah Indonesia dengan bodohnya mau menerima yang sudah kuno itu. Terlalu toch?
Dalam siaran pers itu dijelaskan bahwa Belanda sudah meninggalkan konsep tanggul laut lalu sekarang beralih ke konsep lain yaitu Room for The Rivers dan Sand Nourishment.
Kalimatnya sebagai berikut:
“ …..upaya mitigasi banjir di Belanda justru dilakukan dengan merobohkan tanggul-tangggul sungai yang sudah ada dan menggantinya dengan konsep "Room for the rivers". “
Saya tidak tahu, apakah yang menyusun siaran pers ini sengaja membuat sensasi atau memang justru sebetulnya tidak paham dengan apa yang ditulisnya. Karena pernyataan itu jelas sangat tidak benar. Padahal banyak sekali website berbahasa Belanda yang menjelaskan tentang berbagai kemajuan, ide-ide baru, teknik-teknik baru dan rencana selanjutnya dengan penataan airdan dijken (pertanggulan). Apakah yang membuat rilis tidak pernah membacanya?
Masyarakat Belanda yang umumnya olahraga bersepeda itu seringkali mengunjungi de dijken (tanggul-tanggul) dan de sluizen (pintu air) mempelajari sendiri tentang pertanggulan di negerinya. Jadi pengetahuan tentang tanggul sudah umum. Di sekolah lanjutan mereka juga dapat. Dengan begitu persoalan tanggul adalah pengetahuan umum. Mereka menyadari akan pentingnya tanggul bagi kehidupan di tanah Belanda, baik bagi manusia, binatang, maupun tanaman. Para ahli tanggul dan pengairan senantiasa mengembangkan ide-ide barunya menjaga negerinya dari serangan badai laut maupun hujan. Lalu mengapa tiba-tiba ada sekelompok pelajar Indonesia mengatakan bahwa tanggul laut sudah kuno, kadaluarsa, sudah ditinggalkan dan bahkan tanggul sungainya dibongkari. Ongeloflijk he? Bukan main.
Tanggul laut dan room for the riviers
Tanggul laut dan Room for the riviersadalah dua hal yang berbeda. Tanggul laut berurusan dengan pertahanan air dari laut, sedang room for the riviers adalah memperluas sungai sebagai pertahanan terhadap air hujan.
Room for the riviers atau ruimte voor de riviers diajukan karena meluapnya air sungai-sungai besar di Belanda di tahun 1993 dan 1995. Konsep ini mulai dikerjakan tahun 2007 di 36 tempat di Belanda. Para ahli berpendapat bahwa meluapnya air disebabkan karena air kekurangan ruangan sebagai akibat dari adanya tanggul kecil di tengah sungai yang disebut zomerdijk (tanggul musim panas). Sungai-sungai yang besar itu jika musim panas hanya dialiri oleh sedikit air sedang sungainya sangat lebar air menjadi dangkal sehingga kapal tidak bisa masuk. Padahal sungai di Belanda adalah sarana transportasi. Untuk mengatasi ini orang kemudian membuat tanggul di tengah sungai supaya semua air yang ada terkumpul di tengah. Tetapi nyatanya di musim dingin dan hujan, air justru meluap menyebabkan banjir di mana-mana. Kemudian zomerdijk ini harus dibongkar sebagai gantinya dasar sungai bagian tengah diperdalam agar kapal masih dapat liwat. Sementara itu tanggul tepi sungai yang disebut winterdijk dipindah yang menjadikan sungai menjadi lebih lebar. Winterdijk diperkuat dengan cara meninggikan serta memilihkan material yang tahan jika ada tekanan dan badai (Jadi tidak benar jika tanggul-tanggul sungai dibongkar, hanya zomerdijk di beberapa tempat memang dibongkar)
Tanggul atau dijken di Belanda ada bermacam-macam. Ada yang alami disebut duinen berada di tepi pantai bagai bukit-bukit pasir dengan ketinggian 8 hingga 15 meter, dan ada yang dibuat. Ada yang di tengah laut untuk mengatur keluar masuk air laut sebagaimana di daerah pelabuhan Rotterdam dan pelabuhan Den Helder. Tanggul laut Rotterdam dijadikan pelabuhan kapal barang. Disana terdapat pintu air yang dalam situasi normal dibiarkan terbuka, tetapi jika ada air pasang pintu segera ditutup.
Tanggul lainnya yaitu tanggul di sepanjang pesisir pantai disebut zeedijk; winterdijkyaitu tanggul sungai di bagian luar dan zomerdijk yaitu tanggul di tengah sungai; serta polderdijk yaitu tanggul di sekeliling polder (sebidang tanah yang dikeringkan dengan kanal-kanal kemudian daerah ini dilindungi dengan tanggul yang disebut polderdijken). Masih ada tanggul-tanggul lain dengan fungsinya masig-masing.
Tanggul laut
Tanggul laut raksasa di Belanda ada dua, yang pertama tanggul laut Afsluitdijk yang menghubungkan desa Den Oever di provinsi Noord Holland dengan desa Zurich di provinsi Frisland. Panjangnya 32 km. Tanggul ini dibuat selain dijadikan dam sumber air minum juga melindungi dari air pasang laut masuk ke darat di daerah Flevoland. Selain itu dengan cara ini pekerjaan membuat tanggul menjadi lebih pendek jika dibandingkan dengan membuat tanggul di sepanjang pesisir pantai yang panjangnya hingga 251 KM. Sementara itu pesisir pantai sepanjang 251 KM juga dibuatkan tanggul (Flevoland dijken) tetapi lebih rendah daripada Afsluitdijk.
Tanggul laut raksasa atau giant sea wall lainnya yaitu di daerah Zeeland. Tanggul laut ini sangat terkenal bukan hanya karena panjangnya yang 700 km tetapi juga sejarahnya. Daerah Zeeland dan sekitarnya adalah delta dengan pulau-pulau kecil di dalamnya. Tahun 1953 terjadi bencana alam dimana terjadi dua kejadian sekaligus yaitu adanya laut pasang dan juga curah hujan hebat disertai badai angin besar. Bencana ini menewaskan 1836 penduduk, dan 20.000 orang kehilangan rumah. Tanggul ini dibuat mulai tahun 1954 – 1991 secara bertahap. Kemudian dilakukan pembaharuan dari tahun 1997 – 2015. Beberapa dam disini dijadikan danau air tawar sebagai sumber air minum. Tidak semua daerah yang dibendung menjadi dam air tawar (menampung air sungai). Di beberapa tempat diletakkan pintu air dengan pompa yang mengatur keluarnya air dari daratan/sungai ke laut agar daratan tidak banjir. Di beberapa tempat dalam kondisi normal terbuka berhubungan dengan laut namun jika ada air pasang pintu air segera ditutup.
Tanggul laut yang tengah digarap adalah tanggul untuk pelabuhan baru Rotterdam. Dengan reklamasi seluas 700 Ha areal baru dan tanggul laut, Rotterdam menjadi pelabuhan terbesar di Eropa. (Sumber)
Inovasi konsep tanggul
Sementara PPI Belanda mengatakan bahwa tanggul laut adalah ide kuno, namun fakta yang ada di Belanda justru Belanda tengah mengembangkan beragam inovasi berbagai tanggul dengan teknologi sesuai lokasi dan fungsinya. Belanda juga membantu banyak negara mengatasi masalah bencana alam akibat banjir baik banjir laut pasang maupun banjir curah hujan dengan pekerjaan raksasa dengan cara membangun tanggul.
Berbagai inovasi dirancang dan dilakukan penelitian sesuai lokasi dan kebutuhannya. Bila konsep tanggul dahulu hanyalah melindungi dari serangan air, kini konsep ini dikembangkan secara luas menjadi tanggul dengan multifungsi. Misalnya beberapa bagian di daerah Zeeland dan sekitarnya menjadi cagar alam, mengembangkan vegetasi baru akibat berubahnya lingkungan, daerah pertanian dan industri, tempat berkembang biak binatang liar. Di beberapa bagian digunakan sebagai pusat rekreasi, olah raga jalan kaki dan sepeda, serta perumahan dan industri.
Dengan adanya inovasi konsep dan teknologi tanggul ini diharapkan perlindungan negeri Belanda dari serangan air hujan dan laut pasang bisa digunakan hingga 100 tahun ke depan.
Sand nourishment
Sedang sand nourishment atau zand suppletie adalah salah satu inovasi memperkuat tanggul (hanya salah satu inovasi masih banyak inovasi lain!) yang tengah dikembangkan oleh Belanda untuk melindungi tanggul yang menghadap laut agar tidak rusak tergerus ombak. Caranya daerah pantai yang rawan erosi diperluas dengan cara menambah pasir baru. Mulai dari tanggul hingga sekitar 200-an meter jauhnya masuk ke daerah air laut, dan tingginya hingga tiga meter. Bibir laut di pantai menjadi jauh dari tanggul. (Untuk menerapkan tehnik ini daerah itu tentu harus mempunyai tanggul dahulu).
- Tidak benar bahwa teknologi tanggul laut di Belanda adalah ilmu yang sudah kuno dan kadaluarsa. Benar bahwa konsep tanggul tunggal sebagai penahan serangan air sudah ditinggalkan, namun konsep tanggul justru diperbarui diperluas dengan berbagai inovasi yaitu tanggul diperkuat dan dikembangkan menjadi multifungsi (tempat rekreasi, cagar alam, perumahan/industri/pusat belanja, pelabuhan samudra, gudang dan bongkar pasang kontainer, untuk dan dam sumber air minum, juga dilengkapi dengan pintu-pintu air yang bisa ditutup saat air pasang serta pompa untuk mengeluarkan air ). Konsep baru dengan berbagai teknologi dan kebutuhan inilah yang ditawarkan pada Indonesia.
- Tidak benar bahwa tanggul-tanggul sungai yang ada dirobohkan, meninggalkan konsep tanggul dan menggantinya dengan room for the rivers. Yang benar adalah tanggul musim panas (zomerdijk) yang dibongkar, dan tanggul tepi sungai dipindah, (diperkuat dan ditinggikan) sehingga sungai lebih luas.
- Tidak benar bahwa teknologi sand nourishment adalah untuk menahan banjir rob, yang benar adalah untuk melindungi tanggul laut yang rawan erosi akibat ombak laut.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran fakta yang ada di negeri Belanda. Mohon juga sampaikan penjelasan ini kepada teman-teman lain di tanah air untuk membantu mengurangi kebingungan informasi. Terima kasih.
Referensi:
Rijkswaterstaat Project Enover Zicht
Rijkswaterstaat Bescherming Tegen Het Water
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI