IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA TEORI BEHAVIORISTIK
Gifriani Fanizatus Soleha
gifrianifanizatus@gmail.com
ABSTRAK
Dalam bidang pendidikan, kita sering mendengarkan bahkan mengetahui pengertian teori belajar, apa itu teori belajar, bahkan penerapan teori belajar dalam proses pembelajaran yang berlangsung saat ini, salah satu teori teori pembelajaran tersebut adalah teori belajar Behavioris, yang memodelkan hubungan antara respond an stimulus, dan menekankan pada pembentukan tingkah laku akibat proses pembelajaran. Reaksi yang dimaksud adalah tingkah laku atau respon siswa terhadap stimulus yang diberikan. Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan siswa kepada siswa.Â
Teori ini biasanya diterapkan  pada jenjang pendidikan paling awal, seperti kelompok permainan, taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Dapat dilihat dan disimpulkan dari jenjang pendidikan ini bahwa dalam proses pembelajaran siswa masih menunggu instruksi atau perintah dari guru.Â
Dibawah bimbingan guru, siswa tidak akan melakukan ini dulu, oleh karena itu, terlihat jelas bahwa ketika siswa merespon, guru akan memberikan intensif berupa perintah-perintah, yaitu untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang.Â
Pembelajaranyang dirancang dan berpijak pada teori Behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pembelajar.
Kata Kunci : Pendidikan, Teori Behavioristik
ABSTRACT
In the field of education, we often listen to knowledge about the meaning of learning theory, what is learning theory, even the application of learning theory in the current learning process, one of the learning theories is Behaviorist learning theory, which models the relationship between response and stimulus, and the formation of behavior as a result of the learning process.Â
The reaction in question is the behavior or student response to the given stimulus. Stimulus is anything that is given to students. This theory is usually applied to the earliest levels of education, such as group games, kindergarten, elementary school, and junior high school. It can be seen and the key of this education is that in the learning process students are still waiting for instructions or orders from the teacher.Â
Under the guidance of the teacher, students will not do this just yet, therefore, it is clear that when students respond, the teacher will give intensive instructions in the form of instructions, namely to carry out tasks that have been completed by someone. Learning that is designed and based on Behavioristic theory views that knowledge is objective, certain, fixed, unchanging. Knowledge has been structured neatly, so that learning is knowledge, while teaching is transferring knowledge to the learner or learner.
Keywords: Education, Behavioristic Theory
Teori belajar behavioristic adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Â
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Pembelajaran berdasarkan teori belajar behavioristik ini mengacu pada pembelajaran yang menjelaskan perubahan tingkah laku, yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Perubahan itu terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang membentuk hubungan perilaku reaktif (respon). Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
 Menurut Teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka orang yang belajar harus dihadapakan dengan peraturan yang jelas dan ditetapkan secara tegas. Kebiasaan dan kedisiplinan sangat penting dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih berkaitan dengan kedisiplinan. Â
Dalam behavioristik, kegagalan belajar atau ketidakmampuan untuk menambah pengetahuan dikalsifikasikan sebagai kesalahan yang membutuhkan hukuman, dan keberhasilan atau kemampuan belajar dikalsifikasikan sebagai bentuk perilaku yang layak diberi penghargaan. Menurut teori behavioristik yjuan pembelajaran yaitu menekankan pada peningkatan pengetahuan, dan pembelajaran merupakan kegiatan "meniru", yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam bentuk laporan, kuis, ataupun tes. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulun secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku, dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku tersebut.
Teori Behavipristik menekankan terbentuknya perilaku yang terlihat sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus respons ini, menekankan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa yang kuat apabila diberikan penguatan dan akan menghilang jika dikenai hukuman.
Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan untukpembentukan hubungan anatar stimulus dan respon. Dengan memberikan ransangan siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut. Hubungan stimulus dan respon mengembangkan kebiasan -- kebiasaan belajar, sehingga anak memiiki tingkah laku atau respon tertentu untuk menangapi atau merespon rangsangan tertentu. Istilah -- istilah seperti hubungan stimulus- respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) denga tenataan kondisi secara ketat ini semua merupakan unsur yang penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai pembelajaran di Indonesia. Hal ini sangat tampak pada penyelenggaraan pemeblajaran dari tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermai, Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi.
Pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau  hukuman, masih sering dilakukan. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran bergantung dari beberapa hal seperti berikut :
- Teori pembelajaran
- Sifat materi pembelajaran
- Karakteristik siswa
- Media dan fasilitas dalam pembelajaran yang tersedia.
Teori belajar behavioristik cenderung membimbing siswa berpikir. Teori belajar behavioristik adalah sebuah proses membentuk, yaitu membawa siswa untuk mencapai tujuan satu, shingga siswa tidak bisa leluasa mengekspresikan kreativitasnya, hanya dalam bayangan saja. Pembelajaran yang dirancang pada teori behavioristik ini memandang pengetahuan itu adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan penegtahuan kepada siswa.Â
Oleh sebab itu siswa diharap memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan oleh pengajar. Artinya apa yang diberikan, diajarkan, atau diterangkan oleh guru itulan yang harus dipahami oleh siswa.Â
Faktor lain yang penting dalam teori belajar behvioristik adalah faktor penguatan. Penguatan sendiri dilihat dari pengertiannya yaitu segala sesuatu yang daoat memperkuat timbulnya respons. Pandangan behavioristik bisa dibilang kurang menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswanya. Walaupun siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama.
 Dalam pandangan Behavioristik tidak dapat menjelaskan dua siswa yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang kuat, semuanya dianggap sama. Melihat kemampuannya, dua siswa tersebut memiliki perilaku dan tanggapan yang berbeda dalam memahami suatu pelajaran, namun tetap behavioristik hanya mengakui adanya stimulus respon yang dapat diamati . teori belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur -- unsur yang diamati.Â
Begitu juga dalam pembelajaran, siswa dianggap sebagai objek yang pasif, yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, pendidik mengenbangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pemebelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Evaluasi belajar juga diukur dari hal- hal yang nyata dan dapat diamati saja. Sehingga banyak hal -- hal yang sulit bahkan tidak bisa diamati dan diajngkau dalam proses evaluasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H