Mohon tunggu...
Izham Giffari
Izham Giffari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pengetahuan pintar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk mengembangkan kemampuan dalam hidup sehari-hari melalui kegiatan sebagai penulis ilmu pengetahuan secara besar & luas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerbau Air di Kudus sebagai Simbol Toleransi

26 Juni 2023   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2023   13:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hari, umat Islam di seluruh dunia akan merayakan Idul Adha, hadir dengan keagungan dan kekhasan tersendiri. Ketika tanggal 10 Dzul Hijriah dalam kalender Hijriah tiba, umat Islam diarahkan tidak hanya untuk memenuhi kewajiban shalat Idul Adha, tetapi juga untuk melakukan tindakan pengorbanan yang tak terlupakan. 

Bagi umat Islam, qurban telah menjadi tradisi umum yang melibatkan penyembelihan hewan seperti sapi dan kambing. Namun, ada satu kota di Indonesia yang menonjol karena tradisi qurbannya yang unik dan istimewa. Kota tersebut adalah Kudus, terletak di Jawa Tengah. 

Di Kabupaten Kudus, sebuah wilayah di Jawa Tengah, Indonesia, ada tradisi unik dan signifikan selama perayaan Idul Adha: pengorbanan kerbau. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol toleransi, tetapi juga penghormatan yang mendalam terhadap agama-agama lain. 

Menurut Nur Said, dosen filsafat Institut Agama Islam Negeri Kudus, tradisi berkurban kerbau merupakan bagian dari warisan Sunan Kudus, yang menyebarkan pesan toleransi dan kebaikan kepada semua orang. 

Ini dimulai sebagai bentuk penghormatan kepada komunitas Hindu di daerah itu oleh Sunan Kudus, seorang tokoh spiritual di abad ke-16. Daerah Kudus sendiri merupakan pusat agama Hindu pada waktu itu. 

Sejak itu, tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dilakukan dengan sangat hormat. 

Selain itu, ada istilah terkenal di masyarakat Jawa, "tepa salira," yang menggambarkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain dengan tujuan tidak menyakiti atau melukai mereka. 

Sunan Kudus mengerti bahwa sangat menyakitkan bagi mereka untuk menyembelih hewan yang mereka sembah, meskipun sapi tidak dilarang dalam Islam. 

Sumber: seasia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun