Mohon tunggu...
Tena Gievana
Tena Gievana Mohon Tunggu... Penerjemah - Ada namun tak terlihat

Ada namun tak terlihat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Merelakanmu

9 September 2019   11:30 Diperbarui: 9 September 2019   11:32 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setelah sekian lama

Akhirnya hatiku berlabuh di sebuah dermaga

Dermaga hatimu yang penuh dengan cambuk asmara

Begitu hangat dan sejuk hatiku dibuatnya

Aku tau dan sadar awan sedikit mendung saat aku datang

Kapal bergoyang tertiup angin yang terkadang menerjang

Bebatuan dan aku yang berdiri di tebing karang

Entah kenapa kau tak menarikku menjauh agar tak terjengkang

Tidak, bukan karena kau seorang yang jahat

Sebab kau berdiri tepat disampingku dengan tekad yang bulat

Jika ku jatuh kau juga akan melompat

Dan memang tak selamanya angin mengumpat

Sampai badai pun datang dan engkau menarikku perlahan

Aku berlari bersamamu, berlindung di bawah sebuah dahan

Sia-sia sebab tanganmu kau lepaskan

Terbawa lah kau ke pusaran

Aku tertinggal 

Merenung, terpaku dengan tangan terkepal

Rupanya badai minta tumbal

Agar berhenti menghabisi tebing karang tempat semuanya berawal

Kau pergi agar aku bisa mengenang

Yang indah, yang kekal, yang membuat tertawa senang

Semua di tebing karang

Tanpa kau sadari bahwa langkahku kembali terulang

Disana separuh telah runtuh

Dan aku pun terjatuh

Terluka, darahku mewarnai air yang tetiba keruh

Kau tidak pernah tau dan terlanjur pergi menjauh

Ku ingin kau tinggal di sini

Sebab badai kan kembali walau satu telah mati 

Tapi aku memahami

Bahwa kau tak ingin aku mati

Karena itu aku akan merelakanmu menyusuri

Ribuan jalan yang harus kau lewati

Sebab badai membawamu ke labirin yang perlu untuk kau daki

Agar bisa kembali ke tepi pantai

Walau aku tidak ada di pantai itu

Akan kutahan badai ini untukmu dengan caraku

Supaya tidak mencapai pantaimu

Yang suatu saat nanti akan kau capai sendiri dengan kakimu

Biar aku disini di tebing yang melebur

Pelan-pelan aku akan memanjatnya sebelum hancur

Kuharap nanti ku akan melihat tanganmu mengulur

Membantuku agar aku tak kembali tersungkur

Tidak apa jika tidak bisa

Aku akan merelakanmu lagi, merelakanmu lagi disana

Tersenyumlah cinta

Kan ku kecup bayangmu dengan doa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun