Mohon tunggu...
Tena Gievana
Tena Gievana Mohon Tunggu... Penerjemah - Ada namun tak terlihat

Ada namun tak terlihat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buku, Pena dan Ceritaku

21 Mei 2018   10:30 Diperbarui: 21 Mei 2018   10:55 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menutup buku yang kugenggam dengan keras

Meletakannya diatas meja yang seterusnya menjadi tempat persingahannya

Aku belum selesai membacanya tapi aku memutuskan untuk tak melanjutkannya

Sebab aku lelah dengan ceritanya yang begitu monoton!

Andai itu buku biasa, aku dapat membuka halaman terakhir untuk mengetahui akhir ceritanya

Tapi buku itu menuliskan lembaran kisah hidupku, tidak ada yang tau akhirnya seperti apa

Aku berharap aku akan menutupnya dengan senyuman

Namun  angin kencang datang meniup buku itu dari genggamanku

Aku memungutnya dan aku menutupnya dengan keras

Aku selalu merasa buku itu harus tetap dilanjutkan

Sebab aku selalu percaya drama-drama baru akan muncul menghiasi halaman-halaman berikutnya

Tetapi cerita yang kutunggu tidaklah datang, aku semakin putus asa

Sampai pada akhirnya aku ditawari sebuah pena terindah yang pernah kulihat

Pena yang kupercaya bisa memberiku inspirasi untuk menulis lebih dari yang kubayangkan

Dari bentuknya bisa kubayangkan betapa halusnya tulisan untuk bukuku

Sayang, penjualnya mengatakan pena ini harus digores diatas kertas yang bagus dan tebal

Supaya tintanya menyerap dengan sempurna, dia beralasan

Sedang bukuku terbuat dari kertas tipis dengan kualitas apa adanya

Aku tidak sanggup membeli buku dengan kualitas kertas yang dibutuhkan

Sang penjual sadar dan memeberiku tawaran dimana aku bisa membeli penanya saja

Dan dia akan memberiku bukunya asalkan aku berjanji untuk terus menulis berbagai cerita dengan berbagai tema

Tidak hanya buku tentang hidupku saja

Aku harus terus menemuinya dengan buku baru untuk menunjukkan bahwa aku menepati janjiku

Tak berpikir begitu panjang, aku membeli pena tersebut

Sungguh mahal tapi aku tidak menyesal sama sekali sebab kupercaya pena itu akan berguna

Lalu hari berganti hari, pena itu sungguh luar biasa, nyaman, elegan

Namun aku tidak bahagia membaca cerita-cerita yang kugoreskan diatas kertas

Semua terlihat palsu tak bernyawa, tak ada gairah membuncah saat membacanya

Cerita-ceritanya bagus dibaca sekejap tetapi jika dibaca sepenuh hati sungguh sampah

Sedang buku kosong yang baru begitu tebal menunggu untuk diisi dengan tulisan

Dan aku harus terus menulis dengan baik untuk menepati janjiku, setidaknya hingga tinta penaku habis

Atau sampai aku menulis cerita yang bagus yang bisa kubanggakan

Entah kapan semua itu akan terpenuhi sebab pena ini tak memberiku nyawa baru dibalik keanggunannya

Jika tiba saatnya aku menutup buku baruku, aku ingin menutupnya dengan pelan

Meletakannya di rak buku, sejajar dengan buku lamaku yang entah kapan akan kupindahkan dari persinggahannya

Walau terlihat berbeda dari luar, aku akan berkata lihatlah isinya

Sebab aku percaya siapapun yang membaca, bisa melihat intrik dan dinamika yang mungkin tidak kusadari 

Dalam setiap cerita

Dan bukankah sampah adalah emas bagi sebagian orang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun