Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Teror di Awal Musim

19 Desember 2019   06:25 Diperbarui: 20 Desember 2019   19:31 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi seekor katak. (sumber: pxhere.com)

Pagi ini aku buka tirai jendela kaca depan rumahku. Seekor katak puru kembung terlihat tersungkur di dekat pot selada. Kepala katak kuning berbintik-bintik merah itu nyungsep di lantai paving taman. 

Salah satu kaki belakangnya terlihat bergerak-gerak, mengejang beberapa kali, diam, lalu mengejang lagi. Kupikir ia sekarat atau mungkin terluka. Tapi karena apa?

Aku urungkan niatku untuk membuka jendela. Biar udara pagi masuk lewat lubang angin yang lain dulu saja. Bisa jadi ini tanda adanya bahaya. Akhir-akhir ini banyak berita meresahkan tentang kobra-kobra yang berkeliaran di permukiman di awal musim hujan. 

Kupikir katak itu bisa jadi digigit ular berbisa, entah kobra entah sejawatnya. Tuhan memperingatkanku soal bahaya itu melaluinya. Thanks, God.

Kuedarkan pandangan ke lantai teras di bawah jendela, terlihat biasa saja. Tak terlihat ular apa pun. Tak tampak juga sisa-sisa kemunculan laron di bawah lampu teras semalam. O, iya sudah kusapu, seingatku. Lalu kira-kira ke mana ularnya?

Kembali mataku menangkap gerakan si katak. Pelan. Salah satu kaki belakangnya terlihat mengejang lagi, lalu...diam. Matikah? Sepertinya iya. Jangan-jangan ular yang menggigitnya masih di dekat situ. Kuraih ponselku. 

Terbersit niatan untuk memotretnya, akan kuunggah di akun Facebook, akan kutambahkan narasi tentang betapa berbahayanya ular berbisa, betapa mengerikannya teror yang menyertai datangnya musim hujan tahun ini. 

Semua orang harus waspada. Tak boleh sedetik pun bersantai. Karena bahaya mengintai di mana-mana.

Ponsel canggihku sudah di tangan. Siap memotret. Tapi rasanya masih kejauhan. Posisi si katak masih 3 meteran di seberang jendela. Meski kacanya bening, hasilnya pasti kurang optimal dengan fitur zooming alias perbesaran yang hanya 2 kali. Padahal aku ingin hasilnya jelas, sejelas narasi bahaya yang akan kutambahkan nantinya dalam unggahan di akun Facebook milikku.

Tak ada cara lain, aku harus mendekati objek bidikan kamera ponselku. Meski menantang bahaya, aku harus melakukannya.

Tapi aku tak berani lewat pintu depan. Terlalu riskan. Aku putuskan lewat pintu samping. Pelan kubuka pintu sambil mendeteksi bunyi dan gerakan lain, kalau ada. Kewaspadaan tak boleh dikendorkan. Kudekati objek utama jepretan sambil masih tetap celingukan. Sekarang kamera ponsel aku fokuskan. Sekalian zooming aku maksimalkan. Cuma dua kali, sih. Tadi sudah kuceritakan. Sekonyong-konyong ....

WEEH.. LHADALAH!!

Spontan aku terlompat mundur, kaget bukan kepalang. Katak mati itu tiba-tiba terbelah menjadi dua dan dua-duanya bergerak, hidup lagi. Kukira potongan tubuhnya yang terguling ke kanan dan ke kiri, ternyata tidak. 

Utuh sekatak, tapi jumlahnya dua. Sekian detik aku terkesima. Teringat aku akan candabirawa, ajian Prabu Salya dalam kisah pewayangan. Candabirawa berujud raksasa kerdil yang jika mati akan hidup lagi dengan jumlah berlipat dua. Seperti katak itu, mati, lalu hidup lagi dan sekarang jumlahnya menjadi 2. Tapi sebentar...

Setahuku, candabirawa itu meski berubah jadi banyak tapi tetap kembar, serupa dan seukuran. Kalau katak ini semula satu dan sekarang jadi dua, tapi tidak kembar. Salah satunya lebih kecil...

OH MY GOD!!

Sebegitu mudahkah logikaku tertipu? Sebegitu cemen-kah akal sehatku? Di sisi lain, aku juga berpikir sebegitu kuatkah informasi di media massa menyetir persepsi dan tindakanku?

KONYOL!!

Aku memang membaca di media online. Juga menyaksikan liputan di layar kaca. Tentang teror ular kobra di awal musim hujan. Kata ahli, awal musim hujan memang musimnya telur kobra menetas. 

Awal musim hujan adalah masa kobra berkembang biak. Info yang disebar di grup-grup Whatsapp alias WA juga begitu. Lengkap dengan tambahan narasi yang bikin ngeri. Masif sekali.

Mungkin informasi-informasi itu yang mendominasi pemikiranku tadi hingga jadi paranoid mewaspadai. Terlalu lebay kalau istilah masa kini. Lihat katak kembung kejang-kejang langsung memvonisnya kena bisa ular kobra yang mematikan. 

Padahal, si katak kejang bukan karena kena bisa.Kejangnya lain cerita. Karena penyebabnya adalah katak lain yang lebih kecil yang lagi nangkring di punggungnya. Jantan pastinya.

Eh, jangan-jangan katak itu juga mencermati berita, ya? Bahwa akhir-akhir ini para ular gencar berkembang biak. Ia pun tak mau ketinggalan, segera melakukan ritual perkembangbiakan begitu ketemu pasangan. Intinya tak mau kalah. Entahlah..***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun