WEEH.. LHADALAH!!
Spontan aku terlompat mundur, kaget bukan kepalang. Katak mati itu tiba-tiba terbelah menjadi dua dan dua-duanya bergerak, hidup lagi. Kukira potongan tubuhnya yang terguling ke kanan dan ke kiri, ternyata tidak.Â
Utuh sekatak, tapi jumlahnya dua. Sekian detik aku terkesima. Teringat aku akan candabirawa, ajian Prabu Salya dalam kisah pewayangan. Candabirawa berujud raksasa kerdil yang jika mati akan hidup lagi dengan jumlah berlipat dua. Seperti katak itu, mati, lalu hidup lagi dan sekarang jumlahnya menjadi 2. Tapi sebentar...
Setahuku, candabirawa itu meski berubah jadi banyak tapi tetap kembar, serupa dan seukuran. Kalau katak ini semula satu dan sekarang jadi dua, tapi tidak kembar. Salah satunya lebih kecil...
OH MY GOD!!
Sebegitu mudahkah logikaku tertipu? Sebegitu cemen-kah akal sehatku? Di sisi lain, aku juga berpikir sebegitu kuatkah informasi di media massa menyetir persepsi dan tindakanku?
KONYOL!!
Aku memang membaca di media online. Juga menyaksikan liputan di layar kaca. Tentang teror ular kobra di awal musim hujan. Kata ahli, awal musim hujan memang musimnya telur kobra menetas.Â
Awal musim hujan adalah masa kobra berkembang biak. Info yang disebar di grup-grup Whatsapp alias WA juga begitu. Lengkap dengan tambahan narasi yang bikin ngeri. Masif sekali.
Mungkin informasi-informasi itu yang mendominasi pemikiranku tadi hingga jadi paranoid mewaspadai. Terlalu lebay kalau istilah masa kini. Lihat katak kembung kejang-kejang langsung memvonisnya kena bisa ular kobra yang mematikan.Â
Padahal, si katak kejang bukan karena kena bisa.Kejangnya lain cerita. Karena penyebabnya adalah katak lain yang lebih kecil yang lagi nangkring di punggungnya. Jantan pastinya.