Semula Durna ingin berkelit, tapi setelah dilihatnya Bagong kembali mendekat, akhirnya ia bercerita apa adanya. Bahwa ia diperintahkan untuk menghasut Antareja agar Amarta kacau. Antareja di hasut dengan mengatakannya lebih pantas jadi raja daripada Gatotkaca.
Kresna dan para Pandawa hanya menghela napas mendengarnya. Sejahat dan selicik apapun, Durna pernah menjadi guru Pandawa. Tak elok kalau para Pandawa menghukum atau menghakiminya, apalagi membunuhnya.
"Eyang itu pandita, mestinya membangun akhlak kawula, bukan malah menghasutnya. Sebenarnya imbalan apa yang Eyang harap dari Rayi Suyudono?"tanya Kresna.
Durna diam. Ia malu kalau ketahuan masih memimpikan kekayaan dan kenikmatan dunia. Mau berbohong sepertinya bakal ketahuan juga. Karena Kresna sedemikian sakti dan waskita.
"Halah, paling imbalannya lebaran kuda kan, Durna?" kata Bagong nyinyir.
"Lebaran kuda bagaimana, Gong? Apa untungnya bagi Durna?" Petruk penasaran. Diam-diam para Pandawa pun ikut penasaran.
"Halah, Truk. Kamu lupa? Istri Durna itu kan ….
"Gong, jangaaan, Guong…"Durna menangis..malu.
***
"Lho, Mbah.. kenapa Durna menangis dikatai lebaran kuda?" tanya si Boy.
"Ya mungkin terharu atau gimana lah. Sudah dulu ya ceritanya..!" si Mbah berkelit, menghindaribercerita aib.