Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kiswinar Tak Mirip Mario Teguh

23 Oktober 2016   07:51 Diperbarui: 23 Oktober 2016   08:37 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca berita online dan tautan-tautan di media sosial tentang kasus Kiswinar dan Mario Teguh akhirnya membuat saya tergoda untuk ikut-ikutan menulisnya. Hal ini terutama karena hampir semua opini menyerang dan menghujat pribadi si mantan motivator itu sejadi-jadinya.

Sementara arus dukungan lebih berat terarah ke Kiswinar dan Ibunya, saya mulai melihat dengan jelas luapan kebencian di wajah Kiswinar dan ibunya pada pihak yang digugatnya. Maka ini bukan murni soal menuntut kebenaran diungkapkan, tetapi sudah berbaur dengan kebencian yang menuntut pelampiasan. Saya ikut-ikutan prihatin dan menyayangkan.

Soal Kemiripan Wajah

Di internet beredar foto-foto Mario Teguh dan Kiswinar. Ada yang menyejajarkan foto-foto mereka saat berusia sebaya. Banyak yang berpendapat bahwa Kiswinar mirip dengan Mario Teguh. Saya berpendapat sebaliknya. Kiswinar tidak mirip dengan Mario Teguh. Orang yang bilang mirip tentu yang sebelumnya sudah membaca beritanya. Memaksakan prasangka pada fakta, jadinya terdistorsi habis kesahihan opininya.

Kalau sebelumnya tidak membaca beritanya, hampir pasti akan mengatakan tidak mirip. Karena memang tak mirip, yang satu kurus (Kiswinar) yang satunya lagi (Mario) tidak kurus. Saya bukan pelukis, tetapi saya kira seorang pelukis ulung pun akan menarik garis dengan pola yang berbeda untuk menggambar profil wajah Kiswinar dan Mario Teguh. Bahkan meski dalam bentuk karikatur.

Dengan pola rahang yang berbeda, maka mengisi bentuk wajah kosongan Mario Teguh dengan alis, mata, hidung, dan mulut Kiswinar bisa-bisa menyalahi prinsip golden ratioyang Tuhan ciptakan pada proporsi wajah manusia. Begitu pula sebaliknya.

Seorang anak laki-laki tak selalu mirip dengan ayahnya. Kadang mirip dengan ibunya. Contohnya saya. Saya memang mirip dengan ayah saya, selain mirip bentuk wajah, kaki juga sama berbulunya; anak-anak kecil sering mengejek saya kaki kemoceng. Tetapi kakak sulung saya yang juga laki-laki, miripnya dengan ibu saya, mirip wajahnya, dan kakinya tak ada bulunya, seperti kaki meja.

Konsekuensinya mudah ditebak, memang manusiawi jika ibu "lebih menyayangi" kakak saya daripada saya. Kalau ibu sedang tak akur dengan ayah, saya sering kena getah. Apa-apa jadi serba salah, dikit-dikit kena marah, minta uang saku jadi susah. Karena mungkin di benak ibu, saya ini bayangan ayah. Memang kadang susah juga jadi anak … wkwkwk.

Itu intermezo saja, sekadar ilustrasi. Tak perlu jadi pakar psikologi dulu, kita bisa berandai-andai seperti apa perlakuan Bu Aryani jika Kiswinar benar-benar mirip dengan Mario Teguh, laki-laki yang dianggap menorehkan luka di hatinya. Padahal kemiripan itu kadang tak cuma bentuk dan rupa, tetapi juga bau badan yang hanya bisa terdeteksi saat sangat berdekatan. Meski mata dipejamkan, hidung masih bisa menginformasikan.

Tapi kita tak perlu lagi berandai-andai. Karena Kiswinar memang mirip ibunya. Kalau ada fotonya, amati bentuk bibirnya bagian atas. Itu ibunya banget, tidak ada Mario-nya. Jadi, yang meyakini Kiswinar anak Mario berdasarkan jalur kemiripan wajah, sebaiknya lupakan!

Tapi hal itu bukan berarti pasti bukan anak Mario Teguh. Kalau Kiswinar ternyata juga mirip dengan salah satu famili ibunya, itu pun bukan berarti pasti bukan anak Mario. Karena bisa saja berarti Kiswinar mirip kakek/neneknya dari garis ibu. Ibu dan garis keturunan di atasnya tentu saja memiliki hak untuk dimiripi seorang anak, siapa pun ayah dari anak itu.

Tes DNA

Untuk saat ini, tes DNA memang merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh bukti valid, apakah Kiswinar benar-benar anak dari Mario Teguh atau bukan. Karena dalam hal ini pengakuan lisan maupun tertulis dari pihak manapun sudah tidak bisa dijadikan pedoman kebenaran.

Iya, tes DNA itu akan membuktikan apakah benar Mario Teguh hanya memiliki 2 anak atau 3 anak. Hasil tes DNA yang mengungkap apakah Kiswinar anak Mario Teguh atau bukan ini akan mengungkap pula pihak mana yang sengaja berbohong: pihak Mario Teguh atau pihak Aryani Soenarto.

Sad Ending

Kasus Mario versus Kiswinar ini sepertinya merupakan masalah keluarga, maka apapun hasilnya tentu sad ending belaka. Jika Kiswinar terbukti anak Mario Teguh, lalu Mario Teguh mengakui/menyesali ketidaktahuannya, akankah selesai persoalan? Belum. Mengingat masalah semacam ini cenderung menyontek kasus-kasus di luar negeri, biasanya ada masalah perdata rumit yang menyertainya.

Selain itu, Kiswinar sepertinya akan sulit untuk akur dengan Mario Teguh andai terbukti memang ayah kandungnya. Karena berdasarkan sifat agresif penuh kebencian pengacara yang disewanya, Kiswinar terkesan sengaja "berperang" dengan orang yang katanya dianggap ayahnya itu.

Kiswinar Membiarkan Ayahnya Dinista?

Secara logika, jika seorang anak menghormati orang yang diyakini sebagai ayahnya, ia tentu tak akan membiarkan orang menista ayahnya, apalagi di depan umum, di depan awak media. Tapi Kiswinar melakukannya. Ia membiarkan pengacaranya yang galak bukan kepalang berkata-kata kasar tentang orang yang katanya diakui sebagai ayahnya. Atau jangan-jangan Kiswinar tidak merasa ini masalah keluarga? Atau Kiswinar sejatinya sekadar mewakili ibunya, menjadi themessenger of angerbelaka? Fakta yang telah dan akan terus berbicara.

Pilihan Mario Teguh Lebih Bijak?

Entah karena terbiasa membangun dan mempertahankan citra baik atau apa, Mario Teguh terkesan lebih bijak dengan memilih seorang wanita yang juga seorang ibu sebagai kuasa hukumnya. Gaya bicaranya tidak meledak-ledak seperti pengacara laki-laki yang galak. Mungkin karena benar-benar menganggap ini masalah keluarga, maka memilih wakil yang mampu berbicara lembut dan enak didengarnya.

Bukan bermaksud menghakimi, tetapi persepsi seseorang atas kasus yang sedang dihadapinya tercermin jelas dari keputusannya memilih karakter pengacara.

**

Apapun endingnya nanti, semoga memenuhi rasa keadilan pihak-pihak yang telah berusaha jujur dan berbuat benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun