Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teroris Layar Kaca

23 Januari 2016   21:41 Diperbarui: 23 Januari 2016   22:12 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain dicekoki konten negatif dan diformat untuk menjadi lemah dalam pembelaan diri, penonton televisi juga sering diprovokasi untuk marah, geregetan, dan penasaran. Hal ini terutama terindikasi pada drama atau sinetron bersambung bergenre "bully". Drama bergenre semacam ini selalu mempertontonkan bagaimana tokoh baik selalu di-bully oleh tokoh jahat dalam setiap serinya, tokoh jahat selalu berhasil dalam merekayasa kecelakaan bagi tokoh baik. Singkatnya, yang baik selalu teraniaya, yang jahat selalu berjaya. Kalaulah tokoh baik ada menangnya, itu pun mungkin hanya di akhir episode. Jadi, nyaris sepanjang tayangan diwarnai kekalahan tokoh baik atas tokoh jahat.

Ini jelas membuat penonton emosi dan geregetan. Apalagi jika tokoh jahatnya diskenariokan meneladani dajal atau iblis, sementara tokoh baiknya selalu sial dan bagai kerbau dicocok hidung menerima siksaan. Bagi penonton, hal ini merupakan ketidakadilan. Bahkan bisa jadi menimbulkan kemarahan dan kegelisahannya.

Penonton yang alam bawah sadarnya diwarnai ketidakpuasan pasti mudah galau. Ini pun mudah direkrut untuk bikin kacau. Dengan iming-iming keadilan di alam baka, mudahlah ia dihasut untuk mencelakai sesamanya.

Mengapa Teroris Layar Kaca Dibiarkan?

Lima aspek di atas belum semuanya. Namun, intinya adalah perusakan karakter masyarakat oleh tayangan televisi merupakan daya dukung terhadap maraknya anarki yang diarsiteki para teroris.

Penanggulangan teroris tidak dapat dilakukan hanya di hilirnya saja; tidak bisa hanya dilakukan dengan menangkap atau menembak tokoh-tokoh yang sudah "jadi". Penanggulangan teroris meliputi deradikalisasi. Dan ini bisa lebih efektif jika disertai dengan "menangani" teroris-teroris layar kaca. "Tertibkan" siaran televisi, pancung tayangan yang merusak karakter positif masyarakat, wajibkan mengganti dengan tayangan berkualitas.

Jangan biarkan para teroris layar kaca "berkarya" dan menebar "ranjau paku" ke segala penjuru melalui televisi. Ranjau paku itu dapat menjebak anak bangsa hingga pincang dan sulit melangkah. Pada gilirannya nanti ia akan mudah percaya pada orang yang mau memapahnya berdiri dan menunjukinya jalan. Dan dengan sedikit iming-iming semu, tak ragu ia menyongsong maut menerjang peluru bermandi mesiu, asalkan terbunuh orang yang dianggapnya seteru. Wahai pemerintah, jangan cuma membersihkan ranjaunya, potong juga tangan penebarnya.. tangan mereka, para teroris layar kaca. Mau tunggu apa?

–

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun