Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perhitungan Komentar Kompasianer Memakai Sistem Noken?

21 Desember 2015   11:33 Diperbarui: 21 Desember 2015   14:10 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebenarnya sudah lama saya merasakan kejanggalan ini. Tapi saya biarkan saja. Karena saya pikir tak terlalu penting juga. Tapi sekarang tidak lagi. Saya mulai mengamat-amati profil saya di Kompasiana. Lama-lama saya jadi geli. Dua setengah tahun sudah saya menjadi kompasianer zonder verifikasi. Tapi jumlah komentar yang tertera cuma segini. Secara statistik kasar, saya komen sekali setiap 5 hari. Padahal saya baca Kompasiana hampir tiap hari. Vonis logisnya adalah: saya terindikasi egois dan malas "silaturahmi". Padahal gak gitu-gitu amat, loh. Meski memang iya, skornya mestinya tak semenyedihkan itu. Kadang iri melihat profil kompasianer lain yang jumlah komen-nya mencapai ribuan atau bahkan puluhan ribu.

Saya tak mampu mewujudkan one-day-one article, two days-one article, atau five-days-one-article. Secara statistik kasar pula, saya posting artikel sekali tiap 7 hari. Jadi untuk saya berlaku one-week-one article. Saya memang tidak membebani diri untuk produktif menulis di Kompasiana. Menulis dan posting ke Kompasiana bagi saya ibarat mengeluarkan hormon stress dari dalam tubuh ke udara. Makanya tidak posting artikel tiap hari, biar gak dianggap stress-nya juga tiap hari..hehe.

Karena tak bisa terlalu eksis lewat jalur artikel, saya pernah terpikir untuk "eksis" lewat jalur komen(tar). Sayangnya, pergerakan angka komen di profil tidak selalu "linear" dengan kenyataan. Kalau menurut perasaan sih, jumlah komen saya mestinya sudah tembus angka jutaan (*hiperbolis, pake bingits). Entah kenapa yang tertera di profil cuma segitunya.

Kalau sebelum rame-rame perbaikan, yang perhitungannya tidak real time seingat saya adalah counter untuk jumlah artikel. Jumlah artikel baru berubah "beberapa saat" setelah artikel tayang. Tapi sekarang counter artikel itu sudah beres sepertinya. Saat posting artikel baru, jumlah artikel di kolom profil otomatis bertambah satu. Tapi counter untuk komen yang masih "bermasalah".

Beberapa kali saya mencoba komen ke sana-kemari hingga ratusan kali (*hiperbolis juga), tapi yang di-approved hanya beberapa. Tambahan jumlah komen yang tertera mengindikasikan tak semua komen saya "dipercaya" sebagai komen. Mungkin dianggap komen jadi-jadian. Padahal swear, di antara semua komen saya, tak satu pun yang isinya kosong atau cuma satu karakter. Hampir semuanya kalimat berbunyi bahasa. Ini yang membingungkan saya. Lagipula, kabarnya para admin sudah lumayan overload beban kerjanya menyensor jutaan artikel per detik, masak malah ada tambahan lagi tugas menyensor komen yang jelas-jelas tak terbatas genre-nya .

Karena marketing (penasaran – pen), Minggu pagi kemarin saya sempatkan cek. Pada posisi jumlah komen di profil tertera 200, saya login lalu "bersilaturahmi" ke 10 kompasianer dengan cara memberi komentar. Setiap selesai kasih komen, saya cek halaman profil. Hingga komen kesepuluh, jumlah komen di profil saya belum juga berubah. Hanya abis zuhur baru terlihat ada perubahan. Jumlah komen di profil saya bertambah ….. 1 biji doang, jadi 201.

So, kalau bukan karena ada seleksi untuk para "komen" sedemikian rupa sehingga di antara 10 komen saya itu hanya 1 yang memenuhi syarat, tentu ada semacam sistem delegasi alias noken di Kompasiana sini untuk menghitung jumlah komen. Dalam kasus tadi pagi, satu poin mewakili 10 komentar. Kalaupun bukan dua itu alasannya, mungkin ada yang belum beres di script-nya. Jangan-jangan itu script nunggu tengah malam update-nya.

Saya tak tahu pasti apakah hanya saya sendiri (member tak terverifikasi) yang mengalaminya atau yang lain juga. Kalau cuma saya, saya pikir mendingan di kolom jumlah komentar di profil saya ditulis "invalid" saja. Daripada bohong dan jadi dosa.

Ternyata Saya Salah Sangka!

Ya. Ternyata saya salah sangka. Lebih tepatnya salah memahami informasi yang perubahannya tidak/belum diberitakan secara sewajarnya (atau terlewat saya baca). Yang saya salah-sangkai-i adalah angka comment di profil saya dan kompasianer lainnya, terutama pasca perubahan sekitar pertengahan tahun 2015 ini. Angka itu ternyata menunjukkan jumlah komentar dari kompasianer lain di lapak saya; bukan menunjukkan jumlah komentar yang saya sebarkan ke seantero jagad raya Kompasiana.

Pantas saja. Sempat beberapa waktu lalu saya intip profil 'kompasianer' yang nyepam ke mana-mana. Saya lihat jumlah komentar di profilnya kosong (nol) karena memang tak ada artikel. Tapi saya baru ngeh sekarang alasannya.

Dulu Kayaknya Gak Gitu, Deh

Seingat saya, dulu kolom jumlah komentar itu memang berisi jumlah komentar yang dibuat oleh pemilik profil, baik pada artikelnya sendiri maupun disebar ke lapak kompasianer lain. Maka sering dalam diskusi ada kompasianer yang "digosipkan" egois karena jumlah tulisannya jauh lebih besar daripada jumlah komentar yang tertera di lapaknya.

Jadi, kesimpulan awal saya memang telah terjadi perubahan makna angka comment di profil kompasianer.

Kapan Berubahnya

Agak mudah menebaknya. Perubahan itu kemungkinan besar dilakukan seiring pembaruan di sekitar pertengahan tahun 2015 ini.

Mengapa Berubah?

Kalau soal mengapa berubah, pastinya admin kompasiana yang lebih tahu, terutama tim IT-nya. Saya kira itu berhubungan dengan adanya pola perhitungan atau penilaian baru untuk berbagai kategori tulisan. Di antaranya adalah Nilai Tertinggi (NT) yang dihitung berdasarkan jumlah komentar dan vote (rating) pada artikel tersebut. Komentar yang dihitung adalah komentar selain penulis artikel.

Jadi terlihat hubungan logisnya mengapa pasca pembaruan kemarin itu banyak komentar penulis artikel di artikelnya sendiri yang tiba-tiba raib tak tentu rimbanya. Kemungkinan besar itu "korban" prosedur pemrograman yang dilakukan supaya admin/ tim IT lebih mudah menghitungnya, menghitung komentar yang bukan dari penulis artikelnya sendiri.

Jika sejak awal nilai comment di profil kompasianer itu memang berisi komentar orang di lapak kompasianer penulis artikel, ngapain ada komentar penulis artikel yang dihilangkan/disembunyikan saat pembaruan? Toh, variabel jumlah komentarnya sudah terwadahi sebelumnya. Kesimpulan akhirnya memang telah terjadi pergeseran makna nilai comment pada halaman profil kompasianer. By the way, I may be wrong.

Apapun itu, sebaiknya komentar penulis di artikelnya sendiri segera dikembalikan. Karena rangkaian komentar di bawah artikel berisi diskusi sambung-menyambung yang jadi aneh dan jaka sembung jika komentar penulis artikel dihilangkan. Toh masih banyak trik pemrograman lain untuk memudahkan pencacahan aktivitas pengguna di era event-driven programming sekarang ini.

Tengkyu admin. Maaf jika kurang gigih mencari berita pemberitahuan tentang "perubahan makna" tersebut jika memang pernah ada. Ini sekadar melepas hormon strees ke udara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun