Fakta kedua adalah adanya praktik pengaturan skor. Ini bagian dari "match fixing"; yang diatur adalah skor voting. Pokoknya kemauan bos mafia yang harus terjadi, bagaimana pun caranya. Dengan pengaturan skor voting, yang semula setuju sidang terbuka pun entah bagaimana caranya akhirnya berbalik setuju sidang dilakukan tertutup.
Sutradara Pencitraan
Yang saya maksud sebagai strategi sutradara pencitraan dalam kasus ini bukan mengacu pada perorangan, melainkan permufakatan. Sidang MKD seakan sudah ada skenarionya. Alternatif ending tiap adegannya sudah ada dibahas sebelumnya. Makanya kita tak perlu kaget ada manuver-manuver macam-macam dan aneh-aneh yang berujung pada keputusan yang mencederai keadilan, meski dibalut pertimbangan hukum. Memang hukum yang selalu jadi alasan mereka, keadilan cukup dijadikan alas kaki saja. Susah kalau sudah begini.
Rat Supremacy
Ini sebenarnya konsep permainan anak yang terbawa ke dunia orang tua. Permainan kucing dan tikus. Sekelompok anak bergandengan tangan membentuk lingkaran. Seorang anak berperan sebagai tikus, seorang lagi berperan sebagai kucing yang mengejar tikus tersebut. Anak-anak di lingkaran diwajibkan untuk membantu tikus meloloskan diri dari kucing dengan barikade yang mereka buat. Jika tikus mendekat dan ingin masuk, mereka mudahkan akses masuk semudah-mudahnya. Begitu sang tikus masuk, barikade menutup, tak ada celah bagi kucing pengejar untuk mendekati tikus di tengah para pelindungnya.
Bagaimana tak heran, jauh sebelum kantong gandum dijahit sebagai penutup dada bidadari surga, tikus itu sudah identik dengan hama yang harus dibasmi. Tapi dalam permainan itu justru dilindungi. Anak-anak dikondisikan melindungi tikus melalui permainan. Sedemikian pentingkah seekor tikus untuk dilindungi? Atau, sedemikian berkuasakah seekor tikus sehingga bisa mengerahkan semua orang untuk melindunginya? Dalam kasus permainan kucing dan tikus, musuh tikus hanya si kucing, tapi musuh si kucing adalah seluruh anak dalam permainan itu. Bukan main! Kecilnya melindungi hama, jangan-jangan nanti besar melindungi koruptor dan mafia.
By the way, jika sidang etik "ini" kita misalkan permainan kucing dan tikus ini, maka siapakah yang bergandengan tangan membentuk lingkaran melindungi tikus? [*nyesel blm bisa nggambar karikatur.]
Milli Vanilli Degrade
Milli Vanilli adalah grup musik Jerman yang pernah tenar pada dekade 90-an. Pernah menyabet Grammy, tapi sayangnya harus mengembalikan penghargaan tersebut karena mereka ketahuan cuma lip-sync; beraksi dengan suara orang lain. Prestasi yang diraih menjadi "ilehal" pula. Namun, kepopuleran mereka sudah telanjur mendunia.
Ide populer tanpa harus berusaha sendiri itu "mungkin" yang dulu-dulu biasa dipraktikkan sehingga sidang etik yang dihadiri disyaratkan harus dilakukan secara tertutup. Kalau terbuka, bisa-bisa terbongkar fakta bahwa publik Indonesia telah dan sedang "dikadali" para politisi senayan.