Mohon tunggu...
Anggiani Wisda
Anggiani Wisda Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya membagikan apa yang saya baca, saya tonton, dan saya lihat, yang menginspirasi saya, sehingga dapat dibaca dan menginspirasi kembali. Sebab hal baik, tentu saja harus diteruskan secara estafet. 😉

Everything You Can Imagine Is REAL!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kamu yang Pilih Kampus, atau Kampus yang Memilih Kamu?

11 Januari 2021   23:37 Diperbarui: 12 Januari 2021   00:06 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian pernah nggak mendengar dari teman atau orang tua teman, atau siapapun tentang memilih kampus dan jurusan akan menentukan cepat lambatnya atau seberapa bonafitnya tempat kerja yang akan menerima kalian nantinya. Kalian percaya nggak akan hal itu? Terus kalau kalian jawab percaya, alasannya kenapa? Emangnya kalau kalian diterima di sebuah perusahaan yang kece badai, itu akan merubah sesuatu?

Kalau boleh memberikan penjelasan versi saya, memilih tempat untuk melanjutkan studi adalah sebuah tahap kita untuk menentukan relasi seperti apa yang akan kita pilih untuk nanti ke depannya jadi tempat kita berinteraksi dan tempat kita memupuk koneksi dengan rekan atau patner kita nanti. Siapa teman yang nantinya akan membuka jalan untuk membangun pondasi yang kuat dalam bisnis atau hubungan kerja. 

Contohnya ketika kuliah di kampus yang alumninya banyak jadi petinggi-petinggi negeri seperti menteri, presiden, atau bahkan pemilik bisnis yang menggurita, kita bisa dengan bangka menyebut bahwa itu adalah teman sekolah kita dulu. Eh tapi, kenapa harus pakai teman untuk menunjukkan siapa kita sih, kenapa tidak kita sendiri yang sukses supaya teman-teman se-alumni kita bangga punya teman seperti kita.

Duh kenapa ujung-ujungnya mengarah ke pride sih. Haha. So sorry guys. Ini hanya intermezo dan tulisan yang tak berujung. Intinya kalian boleh mencoba apa saja. Ada teman yang dulu sempat bilang kalau dia lebih suka jadi yang terbaik di kampus yang nggak terlalu baik atau favorit juga nggak apa-apa dari pada berhasil masuk di sekolah favorit dan terlihat biasa saja dan jadi mahasiswa mayoritas dan tidak terlalu dikenal.

Semua kembali lagi kepada tujuan kalian guys. Pilih sekolah atau pilih kampus hanyalah sebuah kendaraan yang bisa kita sewa untuk menuju tempat yang jadi tujuan kita nanti. Mau jadi pebisnis atau pekerja kantoran semua terserah kepada masing-masing.

Mau bilang kampusmu dimana akan menentukan mudah atau tidaknya kalian memperoleh pekerjaan juga kembali ke kepercayaan diri kalian dan keluarga masing-maisng. Tidak ada benar salah dalam memilih kampus atau sekolah. Bukan berarti swasta lebih baik atau negeri lebih baik. Sekolah di negara sendiri atau di negara tetangga lebih baik. Tidak ada yang bisa menjamin apapun.

Jadi, kampus apapun yang kalian pilih nantinya, berjuanglah di sana, bersenang-senanglah juga, lakukan apa yang kalian ingin lakukan, perdalam apa yang kalian inginkan, pertajam apa yang perlu untuk kalian pakai sebagai senjata nantinya, jangan takut dengan persaingan.

Tidak ada kok persaingan dalam dunia kerja. Itu hanya ilusi yang diciptakan sesama rekan kerja karena mungkin mereka kurang kerjaan atau lagi gabut. Tugas kita sama di muka bumi ini, bukan untuk jadi kaya atau hedon, tapi bagaimana ilmu yang kita dapat, kemampuan diri yang kita pertajam, ujung-ujungnya bisa bermanfaat buat diri sendiri yang utama, lalu untuk sesama dan orang banyak. Seperti lampu pijar dan teknologi yang bisa kita nikmati hari ini.

Stop jadi generasi yang banyak mengeluh dan penuh alasan untuk tameng malas bergerak, jadilah solusi untuk setiap permasalahan yang mungkin muncul di dunia ini suatu saat nanti. Kalau menjadi sesuatu untuk dunia terlihat terlalu besar di mata kalian, setidaknya menjadi solusi dan manfaat untuk diri sendiri atau keluarga juga oke. Tapi yang terpenting adalah kalian bahagia dulu, kalian sayang sama diri kalian dulu.

Lalu banyak mencintai diri sendiri dengan sering mengucapkan terimakasih kepada kedua kaki kalian yang sudah mau kalian ajak kemana-mana, tangan yang sudah mau diajak kerja keras, serta segala apa yang kita miliki, termasuk hembusan nafas. Semoga kita bisa bertanggung jawab atas setiap nafas yang kita hembuskan. Salam sayang (titik dua bintang).Ang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun