Mohon tunggu...
Anggiani Wisda
Anggiani Wisda Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya membagikan apa yang saya baca, saya tonton, dan saya lihat, yang menginspirasi saya, sehingga dapat dibaca dan menginspirasi kembali. Sebab hal baik, tentu saja harus diteruskan secara estafet. 😉

Everything You Can Imagine Is REAL!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

2021, Siapa Sebenarnya yang Kembali Belajar?

3 Januari 2021   12:12 Diperbarui: 3 Januari 2021   12:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar via savloir.com

Tapi sekarang kemampuan Bu Tuti melesat tajam, bahkan ia sudah bisa menggunakan aplikasi edit video dan beberapa alternatif aplikasi yang disediakan google.

"Jaman sudah canggih ya mbak, kalau nggak karena pandemi ini saya mungkin nggak sadar kalau saya ketinggalan jauh banget, pake ini nggak bisa, pake itu nggak bisa, aplikasi ini nggak tau, apalagi yang ini, eh sekarang sudah bisa rekam diri sendiri lagi ngomong, bisa edit-edit video juga, saya seneng banget mbak, hhehe, walaupun awalnya ya minta diajari sama anak saya yang paling gede, yang awalnya ngomel-ngomel karena saya yang diajari nggak ngerti-ngerti. Pokoknya seneng banget mbak, anak-anak ngumpul juga di rumah, jadi kalau ada yang saya nggak ngerti, saya bisa langsung nyari mereka ke kamarnya." Cerita Bu Tuti dengan senyum lebar di bibirnya.

Terus terang saya merasa ada peningkatan sumber daya manusia yang dibawa oleh virus ajaib ini, bahkan dalam banyak aspek kehidupan. 

Pada guru yang walaupun seorang pengajar sebenarnya mereka juga sedang belajar, pada orang tua yang labelnya saja yang tua, namun sebenarnya juga tertatih-tatih memaksa diri berkembang dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang sebelumnya mereka acuhkan karena merasa tidak memerlukannya. 

Begitu juga para civitas kesehatan, lebih solid dan lebih saling mengenali satu sama lain. Belajar mengerti bahwa tugas mereka bukan hanya mengejar passion semata, melainkan tanggung jawab besar yang harus mereka emban. Jam terbang semakin tinggi, semakin mahir dan tanggap mereka dalam menangani pasien.

Lingkungan sosial juga bertumbuh semakin baik, yang dulunya teknologi menjauhkan yang dekat, dan mendekatkan yang jauh, hari ini benar-benar menjadi core supaya otak tetap stabil. 

Lingkungan sosial dari orang tua yang mudah beradaptasi bahkan sungguh membuat terkesima. Ada kelompok orang tua murid yang berkumpul via virtual juga, mereka membentuk group untuk saling bertukar pikiran dan membahas perkembangan anak-anaknya. 

Tidak hanya sekedar itu saja, mereka juga bertukar kebahagiaan, saling berkirim makanan via ojek online, juga membuat group arisan secara virtual yang pembayarannya melalui transfer. Mengejutkan bukan?

Anak-anak ketika ditanya apa mereka rindu bertatap muka dengan teman-temannya? Mereka dengan cepat menganggukkan kepala, namun lebih cepat juga melanjutkan dengan it's oke, sebab masih bisa berkomunikasi dan saling tukar pikiran dengan teman-teman melalui berbagai teknologi canggih yang sudah mendukung. 

Keingintahuan dan kreatifitas yang tinggi juga semakin tersalurkan, karena waktu bermain di luar anak-anak sudah diganti dengan penggunaan gadged yang menjadi wadah baik untuk mereka mengasah kemampuan. 

Sinergi yang baik ini seharusnya juga diapresiasi. Bukan hanya anak-anak yang kembali belajar, melainkan orang tua juga berkembang pesat, bahkan ada yang terbalik belajar dari anak-anaknya yang tumbuh pesat secara pengetahuan dan teknologi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun