Begitu juga dengan Jawa Tengah, yang pada 2013 lalu pemenang Pilkada-nya adalah PDIP dengan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko. Setahun setelahnya, Jokowi-JK menang mutlak di provinsi ini dengan mengantongi 66,65 persen suara.
Untuk Jatim, Partai Demokrat yang memenangi Pilgub berposisi netral, tidak mendukung siapapun. Hasilnya juga merefleksikan peroleh suara kedua pihak, tidak terpaut jauh. Jokowi-JK memperoleh 53,17 persen atau 11.669.313 suara. Sedangkan, Prabowo-Hatta memperoleh 46,83 persen atau 10.277.088 suara.
Sikap netral SBY dan Demokrat sudah terlihat dari sebelum Pilpres, di mana PD memilih untuk tidak mendukung kedua paslon, yakni Jokowi-JK maupun Prabowo-Hatta.
Karena itulah koalisi ini dianggap penting untuk kedua pihak, PD dan PDIP. Di Pilgub Jateng, Demokrat dan PDIP bersama mengusung Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimun. Sementara di Pilgub Kalbar, kedua partai ini mengusung Karolin Margaret Natasa - Suryadman Gidot.
Potensi kerjasama kedua partai ini nampaknya bermuara pada Pilpres nanti, di mana Jokowi digadang-gadang akan menambah kekuatan jika berpasangan dengan AHY.
Disaat peta politik Indonesia terbagi menjadi dua kubu; kanan dan kiri, PD tampak 'pewe' berada di tengah. Jika Kelompok 'kanan' dapat di generalisir sebagai kelompok islam-konservatif, maka kelompok kiri adalah kebalikannya.
Seperti diketahui, demografi pendukung Jokowi kebanyakan adalah dari kelompok kiri. Belakangan muncul penolakan dari kelompok islam-konservatif di mana kebijakan Jokowi selama ini dinilai memarjinalkan mereka. Seperti misalnya penerbitan UU ormas, hingga persekusi sejumlah ulama dan tokoh kanan.
Demonstrasi besar-besaran yang beberapa kali dilakukan juga mendeskripsikan bagaimana desakan dan penolakan begitu keras datang dari kelompok kanan.
Maka melalui AHY, Jokowi dipercaya akan menjadi lebih kuat dan dapat kembali menggambar ulang segmentasi pemilihnya. Karena nilai-nilai demokratis dan sikap netral SBY yang diturunkan kepada Partai Demokrat dan AHY bisa menjadi 'sura putih' bagi PDIP.Â
Tidak hanya itu, latar belakang AHY yang dari militer dan juga usianya yang masih muda, akan menambah kaya jumlah pemilih Jokowi, khususnya dari kalangan nasionalis dan generasi milenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H