KPU RI sudah menetapkan tanggal pencoblosan Pilkada Serentak 2018 yaitu pada tanggal 27 Juni 2018. Sebanyak 171 daerah yakni 17 Provinsi, 39 Kota, dan 115 Kabupaten akan menyelenggarakan pesta demokrasi tersebut pada 2018.
Berkaca pada Pilpres 2014 lalu, kamu mungkin risih melihat fenomena yang terjadi di masyarakat sebelum Pilpres atau pada masa kampanye, dan pasca Pilpres. Perdebatan, saling hujat, mendegradasi individu atau kelompok yang berbeda pandangan, dan sebagainya.
Pilgub DKI Jakarta contohnya, masyarakat seolah dibagi menjad kelompok A dan kelompok B, bahkan tidak jarang yang berseteru dengan teman dekat, teman di kantor, atau keluarga hanya karena berbeda pilihan. Hal itu bahkan berlangsung hinga kini.
Kamu pasti merasa dilema antara menggunakan hak pilih dengan ikut berdomekrasi, sementara tidak ada calon yang kamu inginkan. Atau karena pilihan yang terbatas. Atau mungkin kamu adalah tipe yang takut baper dan menghindari konflik dengan bersikap apatis terhadap isu politik.
Sebenarnya kamu dapat melakukan hal-hal berikut agar Pilkada atau Pilpres tidak menggangu ketenangan batin dan merusak moodsaat berkegiatan.
1. Tentukan Pilihan
Setelah nanti calon-calon kepala daerah atau Presiden secara resmi sudah ditetapkan KPU, tentu pada masa kampanye kamu akan dirasuki oleh berbagai hal. Pilih aku, pilih aku! Personifikasi tersebut mungkin akan banyak ditemui pada spanduk-spanduk, baliho, selebaran, atau pada kaos oblong yang sering dipakai abang-abangpenjual jajanan ringan.
Gaung iklan partai politik nan nasionalis, agamis, dan ideologis tersebut pasti akan nyaring terdengar di TV, radio, dan media daring. Bagaimanapun kamu harus menentukan pilihan, karena suara kamu sangat berarti untuk menentukan kemajuan daerah dan bahkan negara.
Pilihlah Calon atau Parpol dengan objektif. Sesuaikan apa yang kamu inginkan dengan visi-misi, ideologi, dan apa yang kamu rasa menjadi kebutuhan masyarakat. Sebisa mungkin hindari faktor emosional saat menentukan pilihan, seperti paras calon, kesamaan daerah asal dengan calon, spiritual, atau bahkan gaya hidup calon. Karena membangun citra pada masa kampanye sangatlah penting bagi politisi untuk meraup suara terbanyak. Untuk itu kamu perlu melakukan riset sendiri terhadap calon-calon tersebut.
2. Riset Sendiri Daftar Calon Satu Per Satu
Jangan malas! Jika kamu bisa ber jam-jam sibuk stalking gebetan kamu di Instagram, Facebook, dan lainnya, yang mungkin tingkat keberhasilanmu cukup rendah dalam itu, ada baiknya kamu mulai peduli terhadap lingkungan sekitar. Pemilihan umum sangat menentukan keberlangsungan daerah tempat kamu tinggal, dan bahkan negara yang kamu cintai ini.
Lakukanlah riset pada calon-calon tersebut. Sebaiknya, jangan menjadikan media sosial atau bahkan media mainstream,sebagai sumber utama. Karena bagaimanapun, media merupakan sebuah korporasi yang memiliki kepentingan, dimana terdapat framingdan agenda media pada setiap informasi yang disajikan. Carilah penelitian-penelitian ilmiah dan buku-buku biografi, untuk mengetahui rekam jejak sang calon. Ketahui rekam jejaknya, apa yang sudah dilakukan, bidang keahliannya dan 'kebersihan' calon dari kasus-kasus hukum dan korupsi.Kemudian komparasi dengan calon lain.
Gunakan websaite resmi dalam melakukan riset. Misal kamu dapat melakukan pengecekkan harta kekayaan pejabat di acch.kpk.go.id/aplikasi-lhkpn. Aplikasi LHKPN ini merupakan kumpulan dokumen pelaporan harta kekayaan penyelenggara negara yang telah diverifikasi oleh KPK.
Kamu juga perlu untuk mengetahui partai pendukung si calon, siapa aktor politik dibelakangnya, dan bagaimana orang-orang tersebut. Seringkali partai dengan angka korupsi tinggi kembali terpilih dengan suara banyak. Kamu harusnya peka terhadap hal itu.
3. Jangan Gantungkan Harapan Pada Janji-janji Kampanye
Mungkin kamu sudah bosan dengan politisi yang kerap mengumbar janji-janji manis, sementara hingga sekarang tidak ada realisasinya. Lebih sedih lagi kalau setelah terpilih politisi tersebut malah bertolak belakang dengan apa yang ia koarkan. Sudah banyak politisi yang melakukannya, mungkin kamu tahu orangnya.
Untuk itu, kamu tidak perlu berfokus pada apa yang mereka janjikan. Belajarlah dari pengalaman yang sudah-sudah. Cukup ketahui bentuk rancangan kerja mereka saja. Jika wacana tersebut bersifat retorika, misalnya Jika Saya Terpilih Saya Akan Mensejahterakan Rakyat! Tentu kamu sebagai kaum terpelajar akan sadar bahwa itu sudah seharusnya menjadi tugas seorang pemimpin, tidak perlu lagi digaungkan. Kecuali ia memiliki grand plan terhadap hal tersebut. Kemudian bandingkanlah hal tersebut dengan calon-calon lain.
4. Hati-hati dalam Menyaring Informasi
Saat masa kampanye, akan banyak informasi yang tidak jelas beredar di media sosial. Meme, link address, dan foto-foto mungkin akan berseliweran di newsfeedkamu. Bijaklah menyikapi hal tersebut. Jika kamu meragukannya, lakukan checkdan recheckterhadap informasi tersebut. Teliti lagi media apa yang menyebarkannya, apakah mdia tersebut kredibel dan bisa terpercaya.
Yang paling penting jangan terpancing dengan informasi-informasi yang ada. Sering kali suatu kelompok menyebarkan kebencian dan keburukan salah satu calon. Jika kamu telah yakin dengan pilihanmu, kenapa harus memusingkan 'sentilan' dari orang lain. Cukup yakini dan jangan pula ikut-ikutan mendegradasi calon atau kelompok lain. Karena hal itu akan membebani pikiran kamu sendiri, ya kan?Jika kamu menemukan adanya isu SARA, berita hoax,dan black campaign,ya tinggal dilaporkan saja, as simple as that.
5. Terima Hasil dengan Tenang dan Tidak Berlebihan
Siapapun nanti yang terpilih sebagai pemimpin, baik calon pilihanmu atau tidak, jangan over reacteddalam menyikapinya. Jika calon pilihanmu menang, ya sudah, kamu tidak perlu mengasihani atau membullycalon dan pendukung lain. Atau jika kamu kalah, mau tidak mau harus menerimanya. jangan gagal move on ya!
Calon yang memenangi pertarungan di Pilkada atau Pilpres nanti akan menjadi pemimpinmu juga. Sikap yang tidak bisa menerima kekalahan dengan membenci calon yang menang akan meracuni pikiranmu sendiri. Segala sesuatu yang akan ia kerjakan nanti mungkin tidak akan kamu sukai da tidak mendukungnya. Dengan bersikap demikian, paling tidak akan menghambat calon terpilih dalam melakukan tanggung jawabnya. Toh,sekeras apa pun kamu mengkritik, begitulah keputusannya.Â
Dengan bersikap cerdas dalam pemilu, setidaknya kita sebagai pemilih telah melakukan apa yang terbaik, terlepas dari apaun, siapaun yang terpilih. Jangan buang-buang tenaga dan pikiran untuk sesuatu hal yang bisa menggangu ketenangan kamu sendiri. Seperti kata-kata asyik yang sering dilontarkan supporter bola masa kini : fanatik boleh, bodoh jangan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H