Mohon tunggu...
Gia
Gia Mohon Tunggu... Konsultan - One of the 2% INTJ population in the world. Welcome to my random thoughts :)

IG: @giasintha | Podcast: BEDAH OTAK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadah, Kewajiban atau Kebutuhan?

30 Juni 2018   07:34 Diperbarui: 30 Juni 2018   10:35 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The beginning is always the hardest, they say. Teorinya kan memang begitu, segala sesuatu yang baik butuh waktu. Tapi kalau kita bisa melewati tahap ini percayalah insha'Allah langkah berikutnya dimudahkan. Buat gue niat adalah dasar dari segala perubahan. Tidak semua orang diberikan hak istimewa untuk menggunakan otak berpikirnya. Some people wasting it for something less important. 

Jadi daripada hari ini buang-buang waktu untuk main game online atau nonton gosip, why don't we allocate this little time to think? Just a little time of your 24 hours. Tanyakan kepada diri sendiri, seberapa penting pekerjaan untuk kita? Seberapa penting kesehatan untuk kita? Ketika kita takut dipecat atau takut sakit-sakitan yang sifatnya sementara, kenapa kita tidak takut masuk neraka jahanam yang sifatnya kekal? Kenapa kita begitu sombong menolak menggunakan kesempatan untuk bertaubat, ketika malaikat Izrail bisa saja mencabut nyawa kita kapan aja? Anytime. Anywhere. Anyhow.  And we won't even get any warning in advance.  

Kita sama-sama tahu bahwa sebagai orang Indonesia kita biasa dikenal dengan sifat 'enggak enakan'nya. Tapi sayangnya tidak diaplikasikan ke Tuhannya sendiri. Pardon for being a little judgmental here. But how could you feel bad being late to office but FELT NOTHING when leaving your prayer? Ini adalah pertanyaan retorika yang gue tanyakan kepada diri gue sendiri. 

Pasti ada yang salah nih. Ada kalkulasi logika yang kurang disini, pikir gue waktu itu. Ketika Allah SWT bisa mengambil semua yang dimiliki Nabi Ayyub dalam hitungan hari, bagaimana kita bisa begitu sombong berpikir Allah SWT tidak akan mengambil pekerjaan kita atau apapun yang kita agungkan dalam waktu nanosecond? Nabi Ayyub yang begitu mulia saja bisa kehilangan segalanya, apalagi kita manusia penuh dosa? Bagaimana bisa kita takut sama bos di kantor tapi kita tidak takut sama Tuhan, yang mana bahkan bos kita sendiri saja takut dengan Tuhannya? Like, how on earth that could happen?

Kalau ingat masa itu gue malu semalu-malunya sama Allah SWT. I felt like a total failure, manusia gagal yang diberikan akal tapi tidak mampu mempergunakannya secara maksimal. Gue merasa super bodoh. Bagaimana mungkin gue merasa bangga dengan pendidikan akademik, tapi memecahkan solusi sholat wajib saja tidak mampu? Seolah-olah neokorteks yang ditanamkan Tuhan di otak gue merupakan nikmat yang mubazir. SubhanAllah.

Apabila kita menginginkan sesuatu maka kita biasanya berusaha sekuat tenaga membangun niat untuk mencapai tujuan, apapun caranya. Ingin berkenalan dengan si Fulan. Ingin punya tas LV edisi terbaru. Ingin sunbathing di Bali. When you can achieve all that, you can achieve this. Mindset guys. It's all about mindset. Selama kita pintar bernegosiasi dengan bagian otak berpikir kita, maka otak kita akan memposisikan sholat wajib menjadi lebih penting daripada bertemu si Fulan. Siapa lagi yang paling paham dengan kita kalau bukan diri sendiri, bukan? 

Don't ever let yourself down by giving up over something that you can actually control. Jangan bikin kecewa diri sendiri cuma kerena kelemahan yang sebenarnya kuat dilawan. Buang sampah di jalan karena malas jalan sedikit ke tempat sampah. Nyiksa binatang hanya demi mencari popularitas di medsos. Kembali ke mantan pacar yang abusive karena menolak jomblo. Ikhlas masuk neraka jahanam hanya karena malas melawan nafsu syaitan. 

Musuh terbesar niat adalah nafsu. Niat selalu mudah dipatahkan oleh rasa malas. Sholat lima waktu yang terlihat begitu sederhana menjadi aktivitas yang begitu berat dilakukan. Syaitan bisa dengan cerdiknya mengelabui logika manusia untuk mengingkari hukum agama. SubhanAllah, gue bisa menghabiskan waktu satu hari penuh untuk marathon movie tapi tidak untuk sholat yang bahkan tidak sampai sepuluh menit lamanya?

Kembali lah ke individu masing-masing. Apa yang menurut diri kita sendiri bisa membangun nawaitu? Bisa dengan bertukar pikiran dengan akhi dan ukhti yang soleh dan solehah, mendekati mereka yang bijaksana dalam beribadah, cari kisah-kisah sukses sebagai motivasi diri. Atau bisa dengan cara-cara instan lainnya yang tidak terlalu memberatkan sebagai permulaan. Apapun caranya, teman-teman. Pupuk perlahan-lahan iman di dalam hati dan jangan pernah berhenti berusaha. Manfaatkan otak berpikir, renungkan dan aplikasikan. Remember guys, whatever it takes. WHATEVER. Jangan menyerah sampai mencapai garis finish: memenuhi kewajiban sholat. For our own sake. 

2) Bekali diri dengan ilmu 

Here comes the fun part. Di saat kita sudah berhasil memiliki kontrol penuh untuk diri sendiri, maka saatnya untuk memperkaya diri dengan ilmu. Belajar. Belajar. Dan belajar. Hanya itulah satu-satunya kunci mendekati kesempurnaan. Sudah belajar saja, pemeran tidak kasat mata yang namanya syaitan ini masih ngikutin kita kemana-mana. Kebayang dong chaos nya kalau kita tidak punya bekal ilmu sama sekali? Sama aja seperti ke medan perang tanpa amunisi. Bisa jadi kita terancam balik ke garis awal. Back to square. Sayang kan udah capek-capek kontrol diri, bangun niat, dalami iman eh terbujuk syaitan untuk main ke lingkarannya lagi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun