aku tercabik............
separuh jiwaku mati
satu-satunya yang ku harapkan
sudah pupus dan sirna
aku lunglai...............
tak berdaya diantara
kerumitan dan keruwetan
aku tertampar.............
dan membuka mataku
bahwa perubahan begitu cepat
dan meninggalkanku sendiri
dalam penantian yang sia-sia
dan akhirnya, aku terkapar..............
untuk kembali menata puing-puing kehancuranku
dan aku bangun lagi
untuk membuat monumen-monumen asa
( In'@rt-X/VIII_24 November 2006 )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!