Mohon tunggu...
Gian Vere
Gian Vere Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memikirkan Masa Depan Ibukota Negara

25 November 2016   21:09 Diperbarui: 25 November 2016   21:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah-masalah yang terjadi di Ibukota Negara terus menerus mengalir. Banyak hal yang masih perlu banyak perhatian, walaupun kinerja Gubernurnya sekarang, Basuki Tjahaja “Ahok”, termasuk optimal dan excellent. Beliau sudah terpilih sejak Pemilihan Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012 lalu. 

Banyak solusi dan aksi nyata yang telah dilancarkan selama ini, walaupun juga banyak menuang kritik dan saran yang begitu ekstrem. Tetapi sekarang sudah mendekati akhir 2016, dimana pada tahun mendatang akan diadakan Pemilihan Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017. Berdasarkan apa yang telah terjadi selama ini, pasti sebagai warga negara kita bisa cermat dan berpikir logis dalam memilih calon yang kita anggap layak dan pantas untuk ibukota negara kita ini.

Setelah penyaringan dan berbagai proses, diputuskan bahwa terdapat 3 pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2021, mereka adalah Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja “Ahok” Purnama-Djarot Syaiful, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Dari ketiga pasangan tersebut, pasti ditemukan banyak kelebihan dan kekurangannya.

Dari pasangan Agus-Sylvi, Agus telah menyatakan bahwa ia akan mempertimbangkan keberadaan lokalisasi karena prostitusi telah dianggapnya sebagai penyakit sosial yang harus ditangani. Selain itu, Agus juga pernah berjanji jika ia terpilih nantinya, ia akan melakukan normalisasi kali Ciliwung yang sudah semakin parah dan menjadi sumber penyakit. 

Hal ini ia katakan saat dirinya tengah berkunjung ke Pejanten Timur (24/11/2016). Agus melihat sampah yang menyebabkan banjir sebagai prioritas saat ia terpilih nantinya. Dengan melihat kondisi Jakarta yang penuh dan sesak, masih banyak dari warga yang belum mendapat pekerjaan yang layak. Agus juga pernah berjanji bahwa ia akan berusaha menciptakan lapangan kerja baru dan memberi bantuan langsung kepada warga yang kurang mampu untuk berusaha berkembang dan bekerja sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat. 

Jika dirangkum, Agus-Sylvi akan menjadikan Jakarta sebagai kota “pintar dan kreatif” serta ramah lingkungan. Menurut saya, rencana-rencana yang matang ini tentunya tidak lepas dari ambisi mantan Presiden RI kita, yaitu ayah dari Agus, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sementara ini, berdasarkan Survei Indikator Politik yang telah mengadakan survei selama tanggal 15-22 November 2016, elektabilitas pasangan ini berada di peringkat pertama, dengan 30,4%.  

Dalam meraih tingkat elektabilitas ini, tentu kepopuleran juga didapat dari SBY serta karir militer Agus Yudhoyono dalam TNI Angkatan Darat hingga berpangkat Mayor sangat patut untuk diapresiasi. Tentu tidaklah mudah untuk mengundurkan diri dan terjun ke dunia politik, apalagi ia lahir di tengah keluarga dengan latar belakang pengabdian militer. Namun pasangan yang diusung oleh DEMOKRAT, PAN, PPP, dan PKB ini sementara sukses menjadi “dambaan” warga DKI Jakarta.

Dari pasangan Ahok-Djarot, partai pengusungnya adalah PDIP, NASDEM, HANURA, dan GOLKAR. Setelah begitu meluasnya kasus Ahok yang dituding mencemarkan Surat Al Maidah 51 dan begitu besarnya respon masyarakat terhadap hal itu, tentu mempengaruhi warga dalam pemilihan ini. Dari pasangan ini, mereka pernah berkata bahwa mereka akan berusaha agar dana yang akan dipergunakan untuk pengelolaan sampah di DKI Jakarta yang semakin tidak terbatas untuk cair setiap bulan, sebelumnya hanya per tiga bulan. Namun persentase warga DKI Jakarta untuk memilih kembali Ahok menjadi sangat menurun sampai sekitar 10%. Walau sebegitu dropnya, warga tetap mengapresiasi Ahok karena dinilai jujur dan kinerjanya membawa banyak perubahan untuk Jakarta. 

Apalagi menurut saya, program TransJakarta sudah berjalan sangat optimal dan bisa untuk ditingkatkan lagi. Namun yang sangat disayangkan, kasus Ahok belum juga reda dan Ahok masih dianggap sebagai terdakwa dan proses hukum masih berlanjut. Masalah yang sebenarnya bisa dibicarakan secara baik-baik dan bijaksana, sudah terlanjur mengundang amarah warga sehingga aksi demo terjadi dimana-mana. Memang, menyangkut Pilkada ini, tentu sebagai warga Jakarta, pasti ingin mempertimbangkan dahulu apalagi sedang dirundung situasi yang kurang mengenakkan ini, yang menyangkut urusan agama, ras, dan etnis. 

Namun menurut pendapat saya, jika memang aksi nyata orang tersebut telah memberi banyak keuntungan dan kemajuan, kenapa tidak untuk memilih lagi? Mungkin susah untuk menjawab pertanyaan ini di keadaan yang masih belum kondusif, tapi bisa untuk dipikirkan dan dipertimbangkan. Untuk sekarang ini, berdasarkan survei yang sama (Survei Indikator Politik 15-22 November 2016), elektabilitas pasangan Ahok-Djarot menduduki peringkat kedua, dengan 26,2%.

Dari pasangan Anies-Sandiaga, warga menganggap bahwa diantara calon lain, Anieslah calon yang paling jujur dan ramah (Survei Indikator Politik 15-22 November 2016) walaupun elektabilitas sementara pasangan ini berada di peringkat ketiga dengan 24,5%. Mereka diusung oleh Partai Gerindra dan PKS. Anis berkata bahwa jika ia terpilih nantinya, ia tidak hanya akan fokus pada pembangunan fisik, tetapi dioptimalkan juga kepada pembangunan masyarakatnya. 

Anies juga berencana menambah ketersediaan lapangan pekerjaan dan ketersediaan air bersih, yang menjadi masalah umum di kota-kota besar dan sesak. Melihat berbagai kalangan tumpah ruah menjadi satu, baginya, tentu harga bahan pokok juga perlu dikendalikan. Selain masalah-masalah tersebut, tentu dari setiap pasangan calon tak akan pernah terlepas fokusnya dari yang namanya “kemacetan” dan “banjir”, sama halnya seperti Anies-Sandiaga. 

Menurut saya, pasangan ini memiliki kemampuan intelektual yang luas, yang bisa digunakan untuk meyakinkan masyarakat. Figur seorang Anies ini juga sudah sangat dikenal oleh masyarakat Jakarta, bahkan Indonesia, karena merupakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan publik maupun lawan politik Anies terkejut karena tidak diprediksi akan maju dan baru “muncul” menjelang pendaftaran di KPU. 

Namun, dengan pernyataan bahwa Presiden RI kita, Joko Widodo “mengganti” Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang sebelumnya dijabat oleh Anies Baswedan menjadi Muhadjir Effendy, tentu memunculkan berbagai komentar dan pendapat di dalam pribadi masing-masing orang. Ada pandangan positif, juga ada pandangan negatif. Pandangan negatif tentang hal ini mungkin saja menjadi faktor utama mengapa elektabilitas pasangan Anies-Sandiaga berada di peringkat terakhir, apalagi basicseorang Anies berada di bidang pendidikan, sedangkan dia harus terjun di dunia yang baru, yaitu dunia politik. “Kurangnya pengalaman” membuat warga masih berpikir-pikir dahulu dalam memilih pasangan ini.

Dari survei yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa persaingan antara ketiga calon ini begitu ketat, terlihat dari tipisnya selisih persen elektabilitas. Walau begitu, sebenarnya masih banyak kelebihan dan kekurangan dari masing-masing calon yang belum teramati secara mendetail, baik oleh saya maupun oleh warga. 

Dan saya disini, hanya bisa memberikan komentar saya terhadap keadaan yang masih bisa teramati dari luar. Saya berharap warga Jakarta bisa berpikir cerdas dan cermat dalam memilih Calon Gubernur-Wakil Gubernur selanjutnya dengan terus mengamati situasi politik yang sekarang sedang berlangsung. 

Data yang telah disebutkan masih berupa survey sementara, bisa berubah-ubah kapanpun. Selebihnya, semua keputusan ada di tangan warga DKI Jakarta. Jadi, demi kemajuan Ibukota Negara kita, semoga warga DKI Jakarta bisa bertindak bijaksana dan kritis dalam memilih. Ingat, pilihanmu menentukan masa depanmu. (bren)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun